Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah sikap tertib seseorang yang menunjukkan kepatuhan atau ketaatan kepada peraturan
dan ketentuan yang telah ada dengan sukarela dan senang hati dalam arti tanpa paksaan. Untuk membentuk dan membina disiplin itu perlu adanya peraturan-
peraturan atau ketentuan yang dimaksudkan sebagai pedoman atau acuan dalam bertindak, berperilaku atau bersikap yang diharapkan dapat menjadi suatu kebiasaan
atau sesuatu yang wajar dengan senang hati. Namun disiplin kerja itu tidak datang begitu saja akan tetapi melalui usaha-
usaha yang dilakukan oleh pimpinan agar anak buahnya dapat disiplin dalam bekerja. Dan dalam proses pendisiplinan itu seorang pimpinan harus memiliki kapabilitas
untuk memotivasi para karyawannya dengan berbagai macam cara dan metode.
E.3.2. Tipe-Tipe Kegiatan Disiplin
Handoko 1998:208 menguraikan bahwa secara komprehensif ada dua tipe kegiatan pendisiplinan, yaitu:
1. Disiplin Preventif
Disiplin Preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standard dan aturan sehingga penyelewengan-
penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri di antara para karyawan. Dengan cara ini para karyawan menjaga disiplin diri
mereka bukan semata-mata karena dipaksa oleh aturan organisasi maupun perintah pimpinan.
Manajemen mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan suatu iklim disiplin preventip di mana berbagai standar diketahui dan dipahami. Bila para
karyawan tidak mengetahui standar-standar apa yang harus dicapai, mereka
Universitas Sumatera Utara
cenderung menjadi salah arah atau eratik. Di samping itu, manajemen hendaknya menetapkan standar-standar secara positif dan bukan secara negative, seperti “Jaga
Keamanan” dan bukan “Jangan Berisik”. Mereka biasanya juga perlu mengetahui alasan-alasan yang meletarbelakangi suatu standar peraturan agar mereka dapat
memahaminya dan menjalankannya dengan baik.
2. Disiplin Korektif
Disiplin Korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran
lebih lanjut. Kegiatan korektif ini pada umumnya berupa suatu bentuk hukuman dan biasa disebut tindakan pendisiplinan disciplinary action. Sebagai contoh, tindakan
pendisiplinan bisa berupa peringatan atau skorsing. Sasaran-sasaran tindakan pendisiplinan hendaknya positif, bersifat mendidik
dan mengevaluasi. Dan bukan tindakan negatif yang menjatuhkan karyawan yang bersalah. Maksud pendisiplinan adalah untuk memperbaiki kegiatan di waktu yang
akan datang dan bukan menghukum kegiatan di masa lalu. Pendekatan negatif yang bersifat menghukum biasanya mempunyai berbagai pengaruh sampingan yang
merugikan, seperti hubungan emosional terganggu, absensi meningkat, apati atau kelesuan dalam bekerja, dan ketakutan pada pengawasan. Berbagai sasaran tindakan
pendisiplinan secara ringkas adalah sebagai berikut: a.
Untuk memperbaiki setiap pelanggaran b.
Untuk menghalangi karyawan yang lain melakukan tindakan yang serupa
c. Untuk menjaga berbagai standar kelompok tetap konsisten dan efektif
Bentuk tindakan disiplin yang terakhir adalah pemecatan. Tindakan ini sering dikatakan sebagai kegagalan manajemen dan departemen personalia, tetapi pandangan
Universitas Sumatera Utara
tersebut tidak realistic. Alasannya adalah bahwa tiadk ada manajer maupun karyawan yang sempurna, sehingga hampir pasti ada berbagai masalah yang tidak dapat
dipecahkan. Terkadang lebih baik bagi seorang karyawan untuk pindah bekerja di perusahaan lain. Bagaimanapun juga organisasi mempunyai keterbatasan kemampuan
yang dapat dicurahkan untuk mempertahankan seorang karyawan.
E.3.3. Indikator Yang Mempengaruhi Kedisiplinan.
Adapun indikator yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan Dharma, 2003 adalah:
1. Kehadiran Karyawan Setiap Hari