1. Pertukaran informasi, hal ini terutama bertujuan untuk memungkinkan adanya kebersamaan antara pengambil keputusan dan rakyat untuk memungkinkan rakyat
biasa yang secara bersama mengembangkan ide-ide dan keinginan. 2. Pendidikan, ini berhubungan penyebaran informasi secara terinci dari suatu
rencana sehingga memungkinkan masyarakat mengerti akan rencana tersebut. 3. Bangunan dukungan support building ini terutama melibatkan kegiatan yang
bersifat menciptakan suasana yang baik sehingga memungkinkan tidak terjadi benturan di antara kelompok-kelompok masyarakat dan antara kelompok
masyarakat dan pemerintah. 4. Proses pembuatan keputusan yang terbuka, ini terutama bertujuan untuk
memungkinkan masyarakat biasa memberikan ide-ide baru atau pilihan ide dalam proses perencanaan.
5. Masukan dari masyarakat, sebagai suatu usaha mengumpulkan dan mengidentifikasikan sikap dan pendapat dari kelompok masyarakat.
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Menurut Slamet 1993, faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan mata
pencaharian. Sedangkan
menurut Sastropoetro 1988, adalah sebagai berikut: a. Pendidikan, kemampuan membaca dan menulis, kemiskinan, kedudukan sosial
dan percaya terhadap diri sendiri. b. Faktor lain adalah pengintegrasian yang dangkal terhadap agama.
Universitas Sumatera Utara
c. Kecendrungan untuk menyalah artikan motivasi, tujuan dan kepentingan organisasi penduduk yang biasanya mengarah kepada timbulnya persepsi yang
salah terhadap keinginan dan motivasi serta organisasi penduduk seperti hanya terjadi di beberapa Negara.
d. Tersedianya kesempatan yang lebih baik di luar pedesaan. e. Tidak terdapatnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai program
pembangunan. Adapun persyaratan melaksanakan partisipasi masyarakat secara efektif,
Sastropoertro 1988, berpendapat: a. Perlu waktu untuk berpartisipasi sebelum berlangsungnya suatu kegiatan.
b. Subjek partisipasi perlu relevan dengan kepentingan manusianya masyarakatnya. c. Orang-orang yang berpartisipasi haruslah mempunyai kemampuan, seperti halnya
kecerdasan dan pengetahuan. d. Tidak ada salah satu pihak pun yang biasmerasa dirinya terganggu karena
partisipasi. e. Biaya kegiatan partisipasi tidak boleh melampaui nilai ekonomi atau sejenisnya.
f. Partisipasi adalah memutuskan untuk melaksanakan kegiatan. Adapun 4 empat halkondisi yang mendukung partisipasi masyarakat,
menurut Moeljarto 1987 adalah: a. Strategi pembangunan diarahkan pada bagian rakyat miskin.
b. Adanya struktur kepemimpinan yang cocok, karena para pemimpin desa mempunyai kepentingan yang sama dengan si miskin sendiri atau karena adanya
Universitas Sumatera Utara
persaingan yang signifikan untuk kedudukan kepemimpinan dari mereka yang mewakili kepentingan kaum elit.
c. Pembentukan kelompok di luar koperasi kerjasama yang berbasis pedesaan. d. NGO-NGO memainkan peranan yang bersifat mendukung.
Sementara itu, menurut Ife 1995, faktor-faktor yang mendorong masyarakat berpartisipasi adalah:
a. Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka merasa masalah atau kegiatan itu penting baginya First, people will participated if they feel, he issue or activity is
important. b. Mereka akan berpartisipasi jika akan menimbulkan suatu perubahan dan adanya
nilai tambah bagi dirinya The second condition for participation is that people must feel that their action will make a difference.
c. Adanya perbedaan bentuk dari partisipasi masyarakat diakui sesuai dengan nilai- nilai yang mereka miliki This implies the third condition for participation,
namely that different forms of participation must be acknowledged and valued. d. Masyarakat mungkin berpartisipasi jika mereka mendapatkan dukungan atau
dorongan The fourth condition for participation is that people must be enabled to participate and supported in their participation.
e. Masyarakat akan berpartisipasi jika diciptakan suatu struktur dan proses yang memungkinkan terjadinya partisipasi The final condition for participation is that
structures and processes must not be alienating.
Universitas Sumatera Utara
Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi dalam partisipasi masyarakat menurut Moeljarto 1987, yaitu:
1. Kurangnya perhatian yang murni terhadap persamaan sosial. 2. Kekhawatiran terhadap aksi bersama
3. Kurangnya akses kesempatan rakyat 4. Pendekatan pembangunan yang terpecah-pecah
Secara umum ada 3 tiga hambatan yang terjadi dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan, yaitu:
1. Belum dipahaminya akan makna sebenarnya dari konsep partisipasi oleh pihak perencana dan pelaksana pembangunan. Kesan yang timbul selama ini adalah
bahwa keterlibatan masyarakat, terutama bila telah dilakukan pertemuan secara formal antara aparat dan kelompok masyarakat maka partisipasi telah muncul.
Padahal untuk mengetahui secara dalam keinginan mereka masyarakat, maka tidak cukup hanya dilakukan pertemuan yang kadangkala hanya dilakukan sekali
dengan sekelompok orang, tetapi harus dilakukan melalui pertemuan-pertemuan yang intensif dan mendalam.
2. Reaksi balik yang datang dari masyarakat sebagai akibat dari diperlakukannya pembangunan sebagai ideologi bagi negara kita.
3. Lemahnya kemauan rakyat untuk berpartisipasi dalam pembangunan berakar pada banyaknya peraturanperundang-undangan yang meredam keinginan rakyat untuk
berpartisipasi. Peraturan perundang-undangan yang pada masa sebelumnya cenderung membatasi ruang gerak masyarakat untuk berpartisipasi.
Universitas Sumatera Utara
2. 3. Pemberdayaan Kelurahan 2.3.1. Pengertian Pemberdayaan
Kata pemberdayaan empowerment, sangat mudah diucapkan oleh setiap orang. Tanpa keharusan adanya pemahaman pengertiannya dan apa implikasinya
dalam sikap dan tindakan nyata, khususnya dalam pembangunan daerah dan masyarakat. Kartasasmita, 1995, menguraikan dengan baik pengertiannya, sehingga
konsep pemberdayaan ini mudah diterapkan dalam praktek pembangunan, yaitu: “Pemberdayaan Daerah adalah suatu upaya untuk membangun daya daerah dengan
mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya”.
Istilah pemberdayaan empowerment dan empower yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi “pemberdayaan” menurut Webster dan Oxford
English dictionary kata empower mengandung dua pengertian, yaitu pertama to give power and authority to dan pengertian kedua to give ability to or anable. Dalam
pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan dalam pengertian kedua, diartikan
sebagai upaya memberikan kemampuan atau keberdayaan Prijono, 1996. Adapun konsep pemberdayaan pada hakikatnya dapat dipandang sebagai
upaya untuk mewujudkan keberdayaan, yaitu kemampuan dan kemandirian. Menurut Kartasasmita 1996 keberdayaan merupakan unsur-unsur yang memungkinkan suatu
masyarakat bertahan survive dan dalam pengertian dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Unsuir-unsur yang menjadi sumber keberdayaan masyarakat
Universitas Sumatera Utara