4.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam
Pemberdayaan Kelurahan
Untuk mengetahui faktor-faktor yang iperkirakan mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan kelurahan, digunakan model regresi
berganda. Untuk melihat pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan
kelurahan disajikan dalam daftar sidik ragam pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Daftar Sidik Ragam
ANOVAb Model
Sum of Squares
df Mean Square
F F-tabel
1 Regression
129.635 4
32.409 13.502
2.50 Residual
204.021 85
2.400
Total 333.656
89
a Predictors: Constant, Peraturan, Pendidikan, Pekerjaan, Pemahaman b Dependent Variable: Partisipasi Masyarakat
Sumber: Data Primer Diolah 2010 Dari daftar sidik ragam, ternyata F-hitung F-tabel pada taraf 0,05 13,502
2,50, ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama semua variabel independen berpengaruh sangat nyata terhadap perubahan nilai variabel dependen. Dengan nilai
koefisien determinasi R
2
yang diperoleh sebesar 0,389. Hal ini berarti bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan keragaman variabel dependen sebanyak
38,9. Sedangkan sisanya sebesar 61,1 diterangkan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model ini.
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel terhadap variabel dependen Y partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan kelurahan dapat dilihat pada persamaan
Universitas Sumatera Utara
regresi. Partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan kelurahan merupakan fungsi berbagai variabel yang mempengaruhi secara bersama-sama sehingga
munculnya partisipasi. Adapun persamaan regresi yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = 6,031 + 0,846 X
1
+ 0,243 X
2
+0,515 X
3
+ 0,107 X
4
Untuk melihat pengaruh variabel independen X secara parsial terhadap partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan kelurahan Y dapat dilihat
pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Pengaruh Variabel Indenpenden X terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Program pemberdayaan kelurahanY
Variabel
Koefisien Regresi
t-hitung db = 85
t-tabel 0.05
Keterangan
X
1
X
2
X
3
X
4
0,846 0,243
0,515 0,107
2,825 0,991
1,675 0,360
1.660 tn
tn
Konstanta 6,031
Data primer Diolah 2010 Keterangan: = nyata pada taraf 95
tn = tidak nyata X
1
= Pendidikan X
2
= Pekerjaan X
3
= Pemahaman X
4
= Peraturan Dari model regresi dapat dilihat besarnya pengaruh independen variabel
terhadap dependen variabel yang dijelaskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Faktor Pendidikan X
1
Faktor pendidikan X
1
dari persamaan regresi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,846. Dengan demikian ada pengaruh positif dari faktor
pendidikan terhadap partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan kelurahan. Ini menunjukkan bahwa setiap konstanta pendidikan naik satu-satuan hal ini akan
memberikan pengaruh sebesar 0,846 satuan terhadap partisipasi masyarakat, artinya pertambahan nilai pendidikan secara konstruktif mempengaruhi nilai partisipasi
masyarakat sebesar 0,846. Dengan uji parsial, diperoleh t-hitung lebih besar dari t- tabel pada taraf nyata 0,05 2,825 1,660 yang berarti bahwa faktor pendidikan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan kelurahan.
Hal ini diperkirakan dengan semakin tingginya pendidikan anggota masyarakat juga akan semakin meningkat terhadap berbagai hal termasuk terhadap
program pemberdayaan kelurahan. Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pemberdayaan kelurahan maka partisipasinya dalam program pemberdayaan
kelurahan cenderung akan semakin meningkat. Slamet 1993 mengemukakan tingkat pendidikan merupakan faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat.
Hasil penelitian ini mempertegas kembali hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunizar 2006, di mana hasil penelitiannya menyimpulkan tingkat pendidikan
masyarakat mempengaruhi partisipasi masyarakat secara signifikan dalam pengelolaan sampah di Kota Binjai. Hal yang sama juga sesuai dengan hasil
penelitian Sitorus 2008 menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
positif dan nyata terhadap partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa di Kecamatan Balige.
Studi Kaspia Institute 2008 menyatakan bahwa sadar ataupun tidak, masyarakat harus mampu mengawal proses perencanaan dan penganggaran yang
dilakukan oleh pemerintah daerah, karena masyarakat sebagai subjek dan objek mempunyai hak untuk dapat berpartisipasi di dalam proses pembangunan. TEntunya
hal ini membutuhkan masyarakat yang kritis di dalam melihat persoalan-persoalan perencanaan dan penganggaran di daeranya untuk dapat mengawal proses
perencanaan dan bermuara kepada anggaran pembangunan. Masyarakat yang mampu kritis dalam memandang perencanaan pembangunan harus didukung oleh tingkat
pendidikan yang memadai untuk mampu memahami apa yang tertuang dalam rencana pembangunan.
Pekerjaan X
2
Faktor pekerjaan X
2
dari persamaan regresi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,243. Dengan demikian ada pengaruh positif dari faktor pekerjaan
terhadap partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan kelurahan. Ini menunjukkan bahwa setiap konstanta pekerjaan naik satu-satuan hal ini akan
memberikan pengaruh sebesar 0,243 satuan terhadap partisipasi masyarakat, artinya pertambahan nilai pekerjaan secara konstruktif mempengaruhi nilai partisipasi
masyarakat sebesar 0,243. Di mana bila masyarakat memiliki pekerjaan yang semakin bagus maka partisipasinya dalam kegiatan program pemberdayaan kelurahan
akan semakin baik pula.
Universitas Sumatera Utara
Dengan uji parsial, diperoleh t-hitung lebih kecil dari t-tabel 0,991 1,660 yang menunjukkan bahwa faktor pekerjaan tidak nyata memberikan pengaruh
terhadap perubahan partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan kelurahan. Hasil penelitian ini mempertegas kembali hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yunizar 2006, di mana hasil penelitiannya menyimpulkan pekerjaan masyarakat tidak mempengaruhi partisipasi masyarakat secara signifikan dalam pengelolaan
sampah di Kota Binjai.
Pemahaman X
3
Dari persamaan regresi bahwa nilai koefisien regresi dari faktor pemahaman X
4
, adalah 0,515. Hal ini berarti bahwa faktor pemahaman memberikan pengaruh yang positif terhadap partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan kelurahan.
Ini menunjukkan bahwa setiap konstanta pemahaman naik satu-satuan hal ini akan memberikan pengaruh sebesar 0,515 satuan terhadap partisipasi masyarakat, artinya
pertambahan nilai pemahaman secara konstruktif mempengaruhi nilai partisipasi masyarakat sebesar 0,515. Semakin tinggi tingkat sosialsasi dalam program
pemberdayaan kelurahan tersebut dan semakin tinggi pengertian atau pengetahuan masyarakat terhadap pemahaman tentang program pemberdayaan kelurahan, maka
partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan kelurahan juga semakin tinggi. Dengan uji parsial t-test, dapat dilihat bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel
pada taraf nyata 0,05 1,675 1,660. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh yang nyata dari faktor pemahaman terhadap partisipasi masyarakat dalam program
pemberdayaan kelurahan. Slamet 1993 mengemukakan tingkat pendidikan
Universitas Sumatera Utara
merupakan faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat. Semakin meningkat tingkat pendidikan masayarakat akan semakin meningkat pengetahuan
masyarakat tentang pemberdayaan kelurahan sehingga pemahaman untuk berpartisipasi dalam program pemberdayaan kelurahan cenderung akan semakin
meningkat. Hasil penelitian ini mempertegas kembali hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunizar 2006, di mana hasil penelitiannya menyimpulkan pemahaman
masyarakat mempengaruhi partisipasi masyarakat secara signifikan dalam pengelolaan sampah di Kota Binjai.
Peraturan X
4
Faktor peraturan X
4
dari persamaan regresi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,107. Dengan demikian ada pengaruh positif dari faktor peraturan
terhadap partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan kelurahan. Ini menunjukkan bahwa setiap konstanta peraturan naik satu-satuan hal ini akan
memberikan pengaruh sebesar 0,846 satuan terhadap partisipasi masyarakat, artinya pertambahan nilai peraturan secara konstruktif mempengaruhi nilai partisipasi
masyarakat sebesar 0,846. Di mana bila masyarakat mengetahui tentang peraturan maka partisipasinya dalam kegiatan program pemberdayaan kelurahan akan semakin
baik pula. Dengan uji parsial, diperoleh t-hitung lebih kecil dari t-tabel 0,360 1,660
yang menunjukkan bahwa faktor peraturan tidak nyata memberikan pengaruh terhadap perubahan partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan kelurahan.
Hasil penelitian ini mempertegas kembali hasil penelitian yang dilakukan oleh
Universitas Sumatera Utara
Yunizar 2006, di mana hasil penelitiannya menyimpulkan peraturan tidak mempengaruhi partisipasi masyarakat secara signifikan dalam pengelolaan sampah di
Kota Binjai. Keberhasilan pemberdayaan kelurahan suatu daerah sangat ditentukan oleh
tingkat partisipasi masyarakatnya dan tingkat partisipasi tersebut akan dapat diharapkan keberadaannya apabila masyarakat telah mengetahui akan hak dan
kewajibannya terhadap program pemberdayaan kelurahan itu sendiri. Masyarakat yang tidak mengetahui hak dan kewajibannya maka akan sulit untuk menuntut dan
mengharapkan partisipasinya. Kedudukan Kecamatan dalam pengelolaan pembangunan, merupakan titik
temu antara pembangunan dari berbagai sektor pemerintah dengan kegiatan pembangunan dan swadaya masyarakat. Selain itu juga, Kecamatan merupakan unit
pemerintah terdepan dalam pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintah di daerah. Oleh karena itu, dengan mengingat sistem pembangunan yang melebar pada sistem
pemerintahan, maka pemerintah kecamatan dan pengelolaan pembangunan di wilayah kecamatan mempunyai posisi strategis.
Dengan mempertimbangkan posisi kecamatan tersebut, maka kapasitas manajemen pembangunan yang memadai di wilayah kecamatan merupakan faktor
yang sangat penting, selanjutnya struktur organisasi dan sumber daya manusia yang memadai pada tingkat kecamatan merupakan faktor lain yang turut menentukan
dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan di daerah. Sehingga diperlukan upaya-upaya dalam mendorong dan meningkatkan peran aktif
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang merupakan wujud dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Kinerja ini akan menentukan keberhasilan pemerintah kecamatan sebagai fasilisator
dari aspirasi masyarakat dan kebijakan dari pemerintah. Pengembangan wilayah dalam penelitian ini dapat dikaitkan dari aspek sosial dan kelembagaan Aspek sosial
ditandai dengan meningkatnya jiwa kegotongroyongan penduduk dalam pembangunan dan pemeliharaan prasarana kelurahan, sedangkan aspek kelembagaan
ditandai dengan peningkatan pelayanan aparat kelurahankecamatan kepada masyarakat melalaui program pemberdayaan kelurahaan yang meliputi kebersihan,
keamanan, ketertiban, pembinaan masyarakat dan pelayanan masyarakat.
4.7. Kaitan Hasil Penelitian dengan Perencanaan dan Pengembangan