34
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Perbedaan Harga, Volume Penjualan, Biaya Produksi Dan Pendapatan Antara
PT Perkebunan Nusantara III PTPN III Dengan PT Perkebunan Nusantara II PTPN II
5.1.1. Analisis Perbandingan Harga
Seperti diuraikan sebelumnya bahwa harga CPO dari perusahaan perkebunan bersertifikat RSPO akan diberikan harga premium namun besarnya
menurut kesepakatan antar penjual dan pembeli. Untuk mengetahui perkembangan harga jual CPO ekspo dari PTPN III dan PTPN II dapat dilihat
pada Gambar 4.
Sumber: PTPN III dan PTPN II, 2005-Agustus 2011 Lampiran 4 dan 5
Gambar 4. Perbandingan Harga Jual CPO Ekspor RpTon dari PTPN III dan PTPN II Dalam Harga Nominal
Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa harga jual CPO dalam harga nominal RpTon untuk ekspor dari PTPN III selalu lebih tinggi dibandingkkan
harga dari PTPN II kecuali untuk tahun 2006. Sebelum PTPN III bersertifikat RSPO, harga CPO di PTPN III terus meningkat dari tahun 2005 kecuali di tahun
2009 yang mengalami penurunan yang sangat signifikan. Untuk PTPN III, harga
CPO yang ada selalu menggungguli PTPN II kecuali di tahun 2006. Hal yang sama juga terjadi pada PTPN III, harga CPO PTPN III terus meningkat dari
tahun 2005 kecuali pada tahun 2009 yang mengalami penurunan. Setelah PTPN III bersertifikat RSPO, dapat dilihat bahwa harga CPO di PTPN III selalu
menggungguli PTPN II. Dapat disimpulkan bahwa walaupun setelah bersertifikat RSPO, harga di PTPN III memang selalu lebih tinggi, hal ini dikarenakan mutu
CPO yang bagus dan kadar ALB Asam Lemak Bebas yang rendah dari PTPN III. Sehingga, harga yang diterima PTPN III juga selalu lebih besar dari PTPN II.
Jadi sertifikat RSPO tidak tampak pengaruhnya untuk meningkatkan harga CPO dalam penjualan di PTPN III. Dalam transaksi penjualan ekspor CPO ke pasar
dunia menggunakan mata uang Dollar maka dari itu perlu dilihat perkembangan harga dalam bentuk harga riil USTon yang disajikan pada Gambar 5.
Sumber: PTPN III dan PTPN II, 2005-Agustus 2011 Lampiran 4 dan 5
Gambar 5. Perbandingan Harga Jual CPO Ekspor USTon dari PTPN III dan PTPN II Dalam Harga Riil
Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa tidak dapat perbedaan antara harga CPO dalam bentuk harga riil ataupun dalam bentuk harga nominal. Kecuali di
tahun 2006 pada PTPN III, pada harga nominal terjadi kenaikan harga namun pada harga riil malah terjadi sebaliknya yakni terjadi penurunan sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada penjualan di tahun 2006 ada pengaruh inflasi atau nilai tukar sehingga terjadi perbedaan antara harga nominal dengan harga riil.
Secara deskriptif, dilihat dari perkembangan harga jual CPO pada PTPN III dengan Negara tujuan untuk Negara-negara Uni Eropa pada saat PTPN III
telah memperoleh sertifikat RSPO tidak terlihat perbedaan harga diantara kedua Negara pembeli tersebut. Sebagai contoh, pembelian yang dilakukan pada tanggal
23 Juni 2011 dengan tujuan Italia dan India. Italia yang merupakan salah satu Negara Uni Eropa menghargai CPO PTPN III yang telah tersertifikasi RSPO
sebesar US 107,80ton dan India sebagai Negara non Uni Eropa yang melakukan pembelian pada tanggal yang sama juga menghargai CPO PTPN III yang telah
tersertifikasi RSPO dengan harga yang sama yakni sebesar US 107,80ton. Hal yang sama juga tampak jika harga penjualan CPO PTPN III
dibandingkan dengan harga penjualan CPO PTPN II. Didapatkan bahwa untuk transaksi penjualan yang dibantu oleh KPB selaku mediator juga tidak tampak
perbedaan. Sebagai contoh, pembelian CPO PTPN II yang dilakukan dengan Negara tujuan India pada tanggal 21 November 2010 mempunyai harga sebesar
US 95,60ton. Pada tanggal yang sama terjadi pembelian CPO dari PTPN III dengan Negara tujuan Italia yang merupakan salah satu Negara Uni Eropa namun
harga yang diterima oleh PTPN III sama halnya dengan yang terjadi di PTPN II yakni sebesar US 95,60ton. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi perbedaan harga jual CPO antara perkebunan bersertifikat RSPO dengan
perkebunan tidak bersertifikat RSPO. Sehingga harga premium yang dijanjikan akan diberikan konsumen kepada perusahaan perkebunan pemegang sertifikat
RSPO dalam prakteknya belum terjadi. Selanjutnya, pada bagian ini juga akan dilihat perkembangan harga lokal
domestik penjualan CPO dari PTPN III maupun PTPN II. Hal ini dilakukan karena target pasar untuk kedua perusahaan perkebunan yakni untuk pasar lokal
terutama untuk PTPN II. Hal ini juga dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh RSPO terhadap pasar lokal dengan melihat perbedaan antara harga lokal
penjualan CPO dari PTPN III dan PTPN II. Harga nominal untuk penjualan CPO dari PTPN III dan II dapat dilihat pada Gambar 6.
Sumber: PTPN III dan PTPN II, 2005-Agustus 2011 Lampiran 7
Gambar 6. Perbandingan Harga Jual CPO Lokal RpTon dari PTPN III dan PTPN II Dalam Harga Nominal
Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa harga jual CPO untuk pasar lokal dari PTPN III selalu lebih besar daripada PTPN II kecuali di tahun 2005, harga jual
CPO PTPN II mengungguli harga jual CPO PTPN III. Walaupun demikian, hal ini tidak dipengaruhi sertifikasi RSPO melainkan mutu CPO yang ada pada CPO
PTPN III. Konsumen dalam negeri belum mementingkan apakah CPO yang dikonsumsi berasal dari perkebunan bersertifikat RSPO atau tidak seperti halnya
konsumen di negara Uni Eropa. Sehingga, bagi PTPN II, sertifikasi belumlah terlalu penting karena pasar dalam negeri masih menerima CPO hasil perusahaan
perkebunannya namun untuk kualitas CPO yang dihasilkan perlu untuk ditingkatkan agar harga yang tercipta dapat lebih baik yang pada akhirnya dapat
meningkatkan penerimaan walaupun tidak ada ekspor ke negara Uni Eropa. Selain harga nominal RpTon perlu juga untuk dilihat perkembangan
harga jual CPO lokal dalam harga riil USTon yang dapat dilihat pada Gambar 7.
Sumber: PTPN III dan PTPN II, 2005-Agustus 2011 Lampiran 7
Gambar 7. Perbandingan Harga Jual CPO Lokal USTon dari PTPN III dan PTPN II Dalam Harga Riil
Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa dalam harga riil , harga jual CPO PTPN III untuk ekspor juga lebih tinggi namun prbedaannya tidak terlalu besar.
Seperti yang disebutkan sebelumnya perbedaan harga jual ini tercipta karena adanya perbedaan mutu CPO di masing-masing perusahaan,
Secara kuantitatif, untuk melihat perbedaan harga baik harga nominal maupun harga riil antara PTPN II dengan PTPN III maka dilakukan uji beda rata-
rata a.
Analisis Perbandingan Harga Nominal Ekspor dan Lokal Untuk melihat perbedaan harga baik ekspor maupun lokal yang diterima
oleh PTPN II maupun PTPN III dalam harga nominal sebelum PTPN III memperoleh sertifikat RSPO dilakukan uji beda rata-rata dengan hasil seperti
pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Harga Nominal Penjualan Ekspor PTPN III dan PTPN II tahun 2005-2009
Uraian PTPN III
PTPN II
t
-hitung
t
-tabel
Sig
Mean Harga Nominal RpTon
513,486.74 507,685.46
0.059 2.306
0.954 Sumber: Analisis Data, 2005-2009 Lampiran 9
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata harga nominal pada PTPN III dan PTPN II tidak
terdapat perbedaan nyata pada α = 0.05, nilai t
-hitung
= 0.059 dan t
-tabel
= 2.306. Pada rata-rata harga nominal dapat dilihat bahwa rata-rata harga nominal PTPN III lebih besar daripada rata-rata penerimaan PTPN II. Maka
sesuai kaidah t
-hitung
t
-tabel,
keputusannya adalah H
1
ditolak dan H diterima.
Sehingga secara statistik dapat dinyatakan tidak ada perbedaan nyata pada harga nominal PTPN III dan PTPN II dari tahun 2005-2009.
Tabel 9. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Harga Nominal Penjualan Ekspor PTPN III dan PTPN II tahun 2010-Agustus 2011
Uraian PTPN III
PTPN II
t
-hitung
t
-tabel
Sig
Mean Harga Nominal RpTon
873,195.63 853,137.96
0.105 4.302
0.926 Sumber: Analisis Data, 2005-2009 Lampiran 10
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa rata-rata harga nominal pada PTPN III dan PTPN II tidak terdapat perbedaan nyata pada α = 0.05, nilai t
-hitung
= 0.105 dan
t
-tabel
= 4.302. Pada rata-rata harga nominal dapat dilihat bahwa rata-rata harga nominal PTPN III lebih besar daripada rata-rata harga nominal PTPN II. Maka
sesuai kaidah t
-hitung
t
-tabel,
keputusannya adalah H
1
ditolak dan H diterima.
Sehingga secara statistik dapat dinyatakan tidak ada perbedaan nyata pada harga nominal PTPN III dan PTPN II dari tahun 2010-Agustus 2011. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa baik sebelum atau sesudah PTPN III bersertifikat RSPO tidak terdapat perbedaan harga pada harga nominal, RpTon dengan PTPN II
yang tidak bersertifikat RSPO sehingga sertifikasi RSPO tidak meningkatkan harga jual CPO bagi perusahaan perkebunan yang telah tersertifikasi.
Tabel 10. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Harga Nominal Penjualan Lokal PTPN III dan PTPN II tahun 2005-2009
Uraian PTPN III
PTPN II
t
-hitung
t
-tabel
Sig
Mean Harga Nominal RpTon
524,025.02 509,754.80 0.139 2.306
0.893 Sumber: Analisis Data, 2005-2009 Lampiran 15
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa rata-rata harga nominal pada PTPN III dan PTPN II tidak terdapat perbedaan nyata pada α = 0.05, nilai t
-hitung
= 0.139 dan t
-tabel
= 2.306. Pada rata-rata harga nominal dapat dilihat bahwa rata-rata harga nominal PTPN III lebih besar daripada rata-rata harga nominal PTPN II.
Maka sesuai kaidah t
-hitung
t
-tabel,
keputusannya adalah H
1
ditolak dan H diterima. Sehingga secara statistik dapat dinyatakan tidak ada perbedaan nyata
pada harga nominal PTPN III dan PTPN II dari tahun 2005-2009.
Tabel 11. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Harga Nominal Penjualan Lokal PTPN III dan PTPN II tahun 2010-Agustus 2011
Uraian PTPN III
PTPN II
t
-hitung
t
-tabel
Sig
Mean Harga Nominal RpTon
720,780.55 699,659.00 0.341 4.303
0.766 Sumber: Analisis Data, 2005-2009 Lampiran 16
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa rata-rata harga nominal pada PTPN III dan PTPN II
tidak terdapat perbedaan nyata pada α = 0.05, nilai t
-hitung
= 0.341 dan t
-tabel
= 4.303. Pada rata-rata harga nominal dapat dilihat bahwa rata-rata harga nominal PTPN III lebih besar daripada rata-rata harga nominal PTPN II. Maka
sesuai kaidah t
-hitung
t
-tabel,
keputusannya adalah H
1
ditolak dan H diterima.
Sehingga secara statistik dapat dinyatakan tidak ada perbedaan nyata pada harga nominal PTPN III dan PTPN II dari tahun 2010-Agustus 2011.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di pasar lokal penjualan CPO dari masing-masing perusahaan perkebunan juga tidak menimbulkan perbedaan
yang nyata sesuai hasil analisis yang dilakukan. b.
Analisis Perbandingan Harga Riil Ekspor dan Lokal
Untuk melihat perbedaan harga jual CPO baik ekspor maupun lokal yang diterima oleh PTPN II maupun PTPN III dalam harga riil sebelum PTPN III
memperoleh sertifikat RSPO dilakukan uji beda rata-rata dengan hasil seperti pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Harga Riil Penjualan Ekspor PTPN III dan PTPN II Tahun 2005-2009
Uraian PTPN III
PTPN II
t
-hitung
t
-tabel
Sig
Mean Harga Riil USTon
52.75 52.30
0.046 2.306
0.965 Sumber: Analisis Data, 2005-2009 Lampiran 12
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa rata-rata harga riil pada PTPN III dan PTPN
II tidak terdapat perbedaan nyata pada α = 0.05, nilai t
-hitung
= 0.046 dan t
-tabel
= 2.306. Pada rata-rata harga riil dapat dilihat bahwa rata-rata harga riil PTPN III lebih besar daripada rata-rata harga riil PTPN II. Maka sesuai kaidah
t
-hitung
t
-tabel,
keputusannya adalah H
1
ditolak dan H diterima. Sehingga secara
statistik dapat dinyatakan tidak ada perbedaan nyata pada harga riil PTPN III dan PTPN II dari tahun 2005-2009.
Tabel 13. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Harga Riil Penjualan Ekspor PTPN III dan PTPN II Tahun 2010-Agustus 2011
Uraian PTPN III
PTPN II
t
-hitung
t
-tabel
Sig
Mean Harga Riil USTon
97.90 95.91
0.082 4.302
0.942 Sumber: Analisis Data, 2005-2009 Lampiran 13
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa rata-rata harga nominal pada PTPN III dan PTPN II tidak terdapat perbedaan nyata pada α = 0.05, nilai t
-hitung
= 0.082 dan t
-tabel
= 4.302. Pada rata-rata harga riil dapat dilihat bahwa rata-rata harga riil PTPN III lebih besar daripada rata-rata harga riil PTPN II. Maka sesuai kaidah t
- hitung
t
-tabel,
keputusannya adalah H
1
ditolak dan H diterima. Sehingga secara
statistik dapat dinyatakan tidak ada perbedaan nyata pada harga riil PTPN III dan PTPN II dari tahun 2010-Agustus 2011. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa baik sebelum atau sesudah PTPN III bersertifikat RSPO tidak terdapat perbedaan harga pada harga riil, USTon dengan PTPN II yang tidak
bersertifikat RSPO sehingga sertifikasi RSPO tidak meningkatkan harga jual CPO bagi perusahaan perkebunan yang telah tersertifikasi. Dari hasil anisis ini tampak
bahwa tidak adanya harga premium yang dujanjikan untuk perusahaan perkebunan bersertifikat RSPO.
Tabel 14. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Harga Riil Penjualan Lokal PTPN III dan PTPN II Tahun 2005-2009
Uraian PTPN III
PTPN II
t
-hitung
t
-tabel
Sig
Mean Harga Riil USTon
53.22 51.76 0.149
2.306 0.885
Sumber: Analisis Data, 2005-2009 Lampiran 17
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa rata-rata harga riil pada PTPN III dan PTPN II tidak terdapat perbedaan nyata pada α = 0.05, nilai t
-hitung
= 0.149 dan
t
-tabel
= 2.306. Pada rata-rata harga riil dapat dilihat bahwa rata-rata harga riil PTPN III lebih besar daripada rata-rata harga riil PTPN II. Maka sesuai kaidah
t
-hitung
t
-tabel,
keputusannya adalah H
1
ditolak dan H diterima. Sehingga secara
statistik dapat dinyatakan tidak ada perbedaan nyata pada harga riil PTPN III dan PTPN II dari tahun 2005-2009.
Tabel 15. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Harga Riil Penjualan Lokal PTPN III dan PTPN II Tahun 2010-Agustus 2011
Uraian PTPN III
PTPN II
t
-hitung
t
-tabel
Sig
Mean Harga Riil USTon
80.65 78.275
0.255 4.303
0.822 Sumber: Analisis Data, 2005-2009 Lampiran 18
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa rata-rata harga riil pada PTPN III dan PTPN II tidak terdapat perbedaan nyata pada α = 0.05, nilai t
-hitung
= 0.255 dan t
-tabel
= 2.306. Pada rata-rata harga riil dapat dilihat bahwa rata-rata harga riil PTPN III lebih besar daripada rata-rata harga riil PTPN II. Maka sesuai kaidah
t
-hitung
t
-tabel,
keputusannya adalah H
1
ditolak dan H diterima. Sehingga secara
statistik dapat dinyatakan tidak ada perbedaan nyata pada harga riil PTPN III dan PTPN II dari tahun 2010-Agustus 2011.
5.1.2. Analisis Perbandingan Volume Penjualan PTPN III