Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Tinjauan Pustaka

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada perbedaan harga, volume penjualan, biaya produksi dan pendapatan antara perkebunan yang bersertifikat RSPO dengan perkebunan yang tidak bersertifikat RSPO? 2. Apakah ada perbedaan harga, volume penjualan, biaya produksi dan pendapatan pada perusahaan perkebunan sebelum dan sesudah mendapatkan sertifikat RSPO? 3. Apakah faktor-faktor yang menjadi pertimbangan produsen untuk mendapatkan atau tidak mendapatkan sertifikat RSPO?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis perbedaan harga, volume penjualan, biaya produksi dan pendapatan antara perkebunan yang bersertifikat RSPO dengan perkebunan yang tidak bersertifikat RSPO. 2. Untuk menganalisis perbedaan harga, volume penjualan , biaya produksi dan pendapatan pada perusahaan perkebunan sebelum dan sesudah mendapatkan sertifikat RSPO. 3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi pertimbangan produsen untuk mendapatkan atau tidak mendapatkan sertifikat RSPO.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan pemasaran CPO baik dari perkebunan bersertifikat RSPO maupun dari perkebunan tidak bersertifikat RSPO 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan sertifikasi RSPO oleh perkebunan yang belum bersertifikat RSPO 7 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Sebagai salah satu produsen utama minyak sawit dunia, Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk terus berperan dalam pasar dunia. Pada dekade 1980-an ekspor minyak sawit CPO Indonesia hanya ke Eropa Barat, tetapi beberapa tahun terakhir permintaan dari negara-negara lain seperti China, India, Pakistan, Myanmar, Kenya, Tansania, dan Afrika Selatan terus meningkat Anonimous, 2010. Luas areal perkebunan yang ada di Sumatera Utara, apabila dibagi menurut pengusahaannya, maka areal perkebunan tersebut dibagi kepada tiga kelompok. Pertama, perkebunan rakyat seluas 815.071 hektar dengan produksi 2.829.280 ton. Kedua, perkebunan swasta seluas 425.551 hektar dengan produksi 4.934.556 ton. Sedangkan ketiga, lahan perkebunan PTPN seluas 388.534 hektar dengan produksi 4.461.398 ton Dinas Perkebunan Sumut, 2009. Standar-standar produk dan proses untuk kesehatan, kesejahteraan, kualitas, ukuran dan berbagai pengukuran dapat menciptakan hambatan perdagangan dengan menyingkirkan produk yang tidak memenuhi standar. Prosedur pengujian dan sertifikasi biasanya mahal, menyita waktu dan sulit diterapkan. Standar seperti ini dapat dipergunakan untuk merintangi perdagangan Simamora, 2000. RSPO merupakan sebuah inisiatif yang dibuat oleh beragam pemangku kepentingan yang ingin mempromosikan produksi minyak kelapa sawit yang berkelanjutan di seluruh dunia. Organisasi tersebut meliputi lebih dari 500 anggota termasuk perusahaan kebun kelapa sawit, perusahaan penyuling minyak, perusahaan manufaktur bahan konsumsi, retailer, investor, serta LSM sosial dan lingkungan. RSPO itu sendiri dimulai pada 2003 sebagai kerja sama informal antara Aarhus United UK Ltd, WWF World Wildlife Fund, Golden Hope Plantations Berhad, Migros, the Malaysian Palm Oil Association, Sainsbury, dan Unilever. RSPO telah memiliki 525 anggota yang berasal dari produsen, manufaktur, perbankan, retail, NGO dan CPO trader. Dengan rincian, anggota ordinary berjumlah 451, anggota afiliasi sebanyak 84 dan Supply Chain Associates berjumlah 31 anggota RSPO, 2011. RSPO menetapkan standar produksi yakni 8 prinsip dan 39 kriteria RSPO dan mengawasi sistem sertifikasi yang menjaga seluruh rantai pasokan produk kelapa sawit berkelanjutan, aturan pemasaran memastikan bahwa perusahaan- perusahaan secara akurat menginformasikan kepada konsumen bahwa produksi mereka atau penggunaan kelapa sawit berkelanjutan. Kedelapan prinsip tersebut adalah: 1 komitmen terhadap transparansi; 2 memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku; 3 komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan keuangan jangka panjang; 4 penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik; 5 tanggung jawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan keanekaragaman hayati; 6 tanggung jawab kepada pekerja, individu dan komunitas dari kebun dan pabrik; 7 pengembangan perkebunan baru secara bertanggung jawab; dan 8 komitmen terhadap perbaikan terus-menerus pada wilayah utama aktivitas. RSPO, 2011. Anggota RSPO terdiri dari Anggota Biasa di tujuh sektor yang berbeda, Afiliasi Anggota dan Supply Chain Associates. Ketujuh sektor Anggota Biasa adalah produsen minyak sawit, pedagang dan pemroses minyak sawit, industri pengguna minyak sawit, pengecer, bank dan investor, serta lembaga swadaya masyarakat LSM di bidang lingkungan dan bidang pembangunan dan sosial. Anggota RSPO dari Indonesia ada 88 yang terdiri dari Anggota Biasa, Afiliasi Anggota dan Supply Chains Associates namun perkebunan Indonesia yang telah memiliki sertifikat RSPO, antara lain PT Perkebunan Nusantara III, PT Socfindo, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk, PT Tolan Tiga, Musim Mas Grup, PT BW Plantations Tbk, dan PT Hindoli, anak usaha Cargill Indonesia, PT Bakrie Sumatera Plantations dan PT Perkebunan Nusantara IV RSPO, 2011. Dapat dilihat bahwa perusahaan perkebunan yang telah mendapatkan sertifikat RSPO adalah Perkebunan Besar Negara PBN dan Perkebunan Besar Swasta PBS. Perkebunan Rakyat smpai saat ini belum ada yang mendapatkan sertifikat RSPO karena sulit untuk mengurus sertifikasi dan mahalnya biaya sertifikasi. Anggota Biasa adalah setiap organisasi yang memiliki keterlibatan langsung dalam rantai pasokan minyak sawit, atau LSM yang terkait. Anggota- anggota mempunyai hak suara di Majelis Umum dan dapat terbuka menyatakan bahwa mereka adalah anggota RSPO. Anggota Afiliasi adalah individu atau organisasi dengan keterlibatan langsung atau kepentingan dalam rantai pasokan minyak sawit, tidak memiliki hak suara dan tidak memiliki hak untuk mengklaim mereka adalah anggota RSPO. Supply Chain Associates adalah organisasi-organisasi yang aktif dalam rantai pasokan minyak sawit bersertifikat RSPO yang tidak membeli produk kelapa sawit lebih dari 500 juta ton tahun. Mereka tidak memiliki hak suara di Majelis Umum RSPO. Mereka diperbolehkan untuk publik negara mereka adalah anggota Asosiasi RSPO RSPO, 2011. Biaya Keanggotaan setiap tahun adalah Anggota Biasa: € 2.000, Anggota Biasa petani kecil 500 ha: € 500, Afiliasi Anggota: € 250, Supply Chain Associate: € 100. Adapun pembuatan sertifikat RSPO menelan biaya antara US 20-US 40 per ton RSPO, 2011. Menurut penelitian terdahulu yakni Pirrong 2005, menyebutkan bahwa kekuatan harga sangat mempengaruhi intensitas pembelian pasar. Harga premium yang tidak terintegrasi dengan baik dapat berisiko menurunnya volume penjualan. Harga premium merupakan strategi penetapan harga dengan melakukan strategi diferensiasi untuk mencapai keunggulan kompetitif dengan menyediakan produk atau jasa yang memberikan kualitas unik yang diperlukan pelanggan. Harga premium dapat berjalan sepanjang pasar terdiri dari paling tidak dua kelompok pembeli, yaitu kelompok yang mementingkan mutu dan kelompok yang mementingkan harga. 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Harga

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Terhadap Kewajiban Sertifikasi ISPO (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL) Dalam Kaitannya Dengan Pertumbuhan Investasi Sektor Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia (Studi Pada PT. REA KALTIM PLANTATION – Jakarta)

7 96 190

Analisis Konsistensi Mutu dan Rendemen CPO (Crude Palm Oil) di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

7 58 77

Dampak Penerapan Rspo (Roundtable On Sustainable Palm Oil) Terhadap Volume Penjualan Ekspor CPO Dan Pendapatan Di Perusahaan Perkebunan Negara (Studi Kasus: PT. Perkebunan Nusantara III)

0 8 60

Dampak Penerapan Rspo (Roundtable On Sustainable Palm Oil) Terhadap Volume Penjualan Ekspor CPO Dan Pendapatan Di Perusahaan Perkebunan Negara (Studi Kasus: PT. Perkebunan Nusantara III)

0 0 11

Dampak Penerapan Rspo (Roundtable On Sustainable Palm Oil) Terhadap Volume Penjualan Ekspor CPO Dan Pendapatan Di Perusahaan Perkebunan Negara (Studi Kasus: PT. Perkebunan Nusantara III)

0 0 1

Dampak Penerapan Rspo (Roundtable On Sustainable Palm Oil) Terhadap Volume Penjualan Ekspor CPO Dan Pendapatan Di Perusahaan Perkebunan Negara (Studi Kasus: PT. Perkebunan Nusantara III)

0 0 9

Dampak Penerapan Rspo (Roundtable On Sustainable Palm Oil) Terhadap Volume Penjualan Ekspor CPO Dan Pendapatan Di Perusahaan Perkebunan Negara (Studi Kasus: PT. Perkebunan Nusantara III)

0 0 12

Dampak Penerapan Rspo (Roundtable On Sustainable Palm Oil) Terhadap Volume Penjualan Ekspor CPO Dan Pendapatan Di Perusahaan Perkebunan Negara (Studi Kasus: PT. Perkebunan Nusantara III)

0 0 2

Analisis Implement Asi Prinsip dan Kriteria Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) pada Perkebunan Sawit Rakyat

0 0 11

KEBIJAKAN INDONESIA DALAM TATA KELOLA MINYAK SAWIT: ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL (RSPO) DAN INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 14