4. Mengakibatkan resiko keuangan 5. Merupakan identitas yang menciptakan image khusus bagi konsumen.
Dengan demikian, semakin penting dan beresiko suatu produk yang akan dibeli, konsumen semakin mempertimbangkan berbagai merek dan mencari
berbagai informasi yang dibutuhkan.
b. Complex decision making
Complex decision making bisa terjadi, ketika konsumen melakukan pembelian produk yang membutuhkan berbagai pertimbangan sehubungan dengan
pentingnya produk dan tingginya resiko bagi individu konsumen. Pada umumnya, konsumen akan mempertimbangkan berbagai merek dan mencari berbagai
informasi yang dibutuhkan sebelum membeli rumah atau mobil. Informasi ini penting bagi konsumen, supaya tidak terjadi post purchase dissonaance
ketidaknyamanan setelah pembelian.
c. Limited decision making
Limited decision making terjadi ketika konsumen melakukan keputusan untuk membeli suatu produk yang membutuhkan pertimbangan merek dan
informasi, yang secara kontiniu menarik bagi konsumen sering mengkonsumsi atau menggunakan produk tersebut. Proses pembuatan keputusan terbatas ini
membutuhkan lebih sedikit informasi daripada complex decision making. Berdasarkan teorinya, pembelian cereal atau makanan ringan termasuk
dalam limited decision making. Namun bagi konsumen yang sedang melakukan diet kalori atau konsumen yang berwawasan green product, atau natural
product, mereka akan melakukan pencarian informasi yang lebih banyak untuk
Universitas Sumatera Utara
memutuskan pembelian produk sereal atau makanan ringan, daripada konsumen pada umumnya, sehingga pembuatan keputusannya termasuk kompleks.
d. Brand loyalty
Brand loyalty menunjukkan sikap loyal terhadap merek tertentu dan berdampak pada pembelian secara konsisten sepanjang waktu. Konsumen loyal
terhadap merk tertentu akan melakukan pembelian merk tersebut dalam jangka panjang, dan membutuhkan informasi yang relatif sedikit, karena sudah menjadi
kebiasaannya untuk membeli produk dengan merek tersebut. Loyalitas konsumen terhadap merek tertentu ini disebabkan oleh rasa puas
terhadap merk tersebut secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.
e. Inertia
Ketika konsumen menggunakan hierarki low involvement, konsumen membentuk keyakinan terhadap produk secara pasif dan membuat keputusan
hanya dengan memproses sedikit informasi dan selanjutnya mengevaluasi merek setelah pembelian. Jenis produk inertia antara lain garam dapur. Konsumen tidak
perlu pikir panjang untuk membeli garam dapur berdasarkan pengalamannya di masa lalu terhadap merk tertentu, atau merek lain yang tersedia di toko.
Proses ini kadang disebut dengan spurious loyalty, karena seakan-akan konsumen loyal terhadap merek garam tersebut, namun ketika merek garam yang dimaksud
tidak tersedia, konsumen akan dengan cepat beralih merek tanpa pikir panjang lagi.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Proses keputusan pembelian
Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut: pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian dan perilaku setelah pembelian, sehingga jelas bahwa pemasar perlu focus pada seluruh proses pengambilan keputusan Setiadi,
2003:16
Tahap-tahap proses pengambilan keputusan pembelian konsumen dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1 Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Sumber: Setiadi 2003 :16 Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pengenalan masalah, proses membeli secara diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat
perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkan. 2. Pencarian informasi, seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan
terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. 3. Evaluasi alternatif, kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen
sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pada
pertimbangan yang sadar dan rasional.
Pengenalan Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian
Perilaku Pasca Pembelian
Universitas Sumatera Utara
4. Keputusan pembelian, pada tahap evaluasi konsumen membentuk preferensi terhadap merek-merek yang terdapat pada perangkat pilihan.
5. Perilaku sesudah pembelian suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuaasan atau ketidakpuasan. Konsumen tersebut juga
akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dengan penggunaan produk.
2.5 Penelitian Terdahulu
Melita 2008 melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Oleh Kaum Metroseksual Di
Bandar Lampung”. Jumlah sample yang digunakan 85 orang. Dari hasil uji simultan uji f diketahui bahwa gaya hidup berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian produk kosmetik dan berdasarkan uji parsial uji t diketahui bahwa gaya hidup berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian produk kosmetik. Wahyuni 2008 melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Motivasi,
Persepsi, dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek “Honda” di Kawasan Surabaya Barat. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui dan menganalis pengaruh motivasi, persepsi dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian. Jumlah sample yang digunakan sebanyak 125
orang. Dari hasil uji F diketahui apabila motivasi, persepsi, sikap konsumen berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian motor
merek Honda dan berdasarkan uji t diketahui bahwa motivasi, persepsi, sikap
Universitas Sumatera Utara
konsumen berpengaruh secara positif dan signifikan t erhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Honda.
2.6 Kerangka Konseptual