Tabel 5.1. menunjukkan bahwa seluruh responden yang telah diteliti dengan menggunakan lembar observasi melakukan uraian tindakan 1, 2, 4, 7,
8, sedangkan pada uraian tindakan 3, 5, dan 6 hanya 50 yang melakukan tindakan pencegahan hipotermi.
2. Kompetensi bidan dalam pencegahan hipotermi
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Kompetensi Bidan dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalifah
Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014 No Kompetensi
f 1.
2. Kompeten
Tidak Kompeten 5
27 15,6
84,4 Total
32 100
Tabel 5.2. menunjukkan bahwa sebanyak 5 15,6 responden yang kompeten dalam melakukan uraian tindakan pencegahan hipotermi,
sedangkan terdapat 27 84,4 responden yang tidak kompeten dalam melakukan uraian tindakan pencegahan hipotermi.
B. Pembahasan
1. Interpretasi dan diskusi hasil
Berdasarkan hasil analisis statistik univariat deskriptif dari masing- masing uraian tindakan didapatkan sebanyak 21 65,6 responden yang
tidak melakukan pengukuran suhu tubuh bayi baru lahir dalam upaya pencegahan hipotermi.
Hal ini menunjukkan masih banyak bidan yang mengacuhkan pengukuran suhu pada bayi baru lahir, tindakan ini penting dilakukan agar
setelah diperoleh suhu bayi kita dapat mengetahui dimana bayi akan diletakkan dan upaya yang selanjutnya dilakukan, ini membuktikan bahwa
pentingnya pengetahuan bidan mengenai upaya pencegahan hipotermi pada
Universitas Sumatera Utara
bayi baru lahir sehingga dapat memberikan pelayanan yang maksimal dan mengurangi angka kematian bayi.
Menurut Sarwono 2007, bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuhnya secara langsung saat lahir dan dapat dengan cepat kedinginan, jika
kehilangan panas tidak segera dicegah, bayi yang mengalami kehilangan panas kemudian terjadi hipotermi serta berisiko jatuh sakit dan meninggal.
Hipotermia pada bayi baru lahir merupakan penurunan suhu tubuh bayi kurang dari 36
o
C. Untuk suhu tubuh normal pada bayi baru lahir adalah antara 36,5
o
C-37,5
o
C. Menurut Rudolph 2006, selama beberapa jam pertama, suhu tubuh
bayi harus berulang kali diukur dan dicatat. Suhu yang relevan adalah suhu pusat tubuh bayi. Pengukuran suhu pada aksila biasanya merupakan alternatif
yamg cocok dan aman. Rentang suhu aksila normal adalah 36,5-37,4
o
C. Menurut Widyas 2011, pada bayi baru lahir, akan memiliki
mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi
hipotermi.Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi dankonduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan
dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28
o
C, dikeringkan dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat
digunakan sebagai produksi panas. Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang
penting untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang digunakan untuk memproduksi panasdaripada untuk
pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan O
2
. Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan panas tubuhnya dengan
Universitas Sumatera Utara
posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang
timbul dari efek hipotermi, begitu juga hipoksia dan hiperbilirubin. Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga
tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37
o
C. Pada uraian tindakan 6 didapatkan sebanyak 1753,1 yamg tidak
melakukan tindakan memakaikan pakaian pada saat penimbangan bayi atau menghindarkan kontak kulit bayi langsung ke dasar timbangan.
Hal ini menunjukkan responden yang tidak melakukan tindakan belum mengetahui 4 mekanisme kehilangan panas yang mengakibatkan
hipotermi pada bayi baru lahir, sehingga masih banyak responden yang menimbang bayi tanpa menggunakan alas dan pakaian.
Menurut Djami 2013, salah satu mekanisme kehilangan panas pada bayi yaitu konduksi. Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya
yang kontak langsung dengan tubuh bayi. Contoh, menimbang bayi tanpa alas timbangan.
Hipotermi terjadi karena penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh berbagai keadaan, terutama karena tingginya kebutuhan oksigen dan
penurunan suhu ruangan. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan bayi baru lahir.
Pengaturan suhu tubuh tergantung pada faktor penghasil panas dan pengeluarannya, sedangkan produksi panas sangat tergantung pada oksidasi
biologis dan aktifitas metabolisme dari sel-sel tubuh waktu istirahat Jensen, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Di RB Citra Insani pada bulan April terdapat 40 persalinan, dan dari studi pendahuluan yang dilakukan pada 8 bayi baru lahir yang dimandikan 6
jam pasca kelahiran, hampir seluruhnya mengalami penurunan suhu. Penurunan suhu terendah 0.5
o
C, pada bayi dengan berat badan 3500 gram dan penurunan suhu tertinggi 1,7
o
C, pada bayi dengan berat badan 3200 gram. Penurunan suhu ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu lingkungan, syok,
infeksi, kurang gizi, obat-obatan, dan cuaca. Sehingga bayi mengalami mekanisme hilangnya panas seperti konduksi, konveksi, evaporasi, dan
radiasi yang menyebabkan bayi mengalami hipotermia Yaniedu, 2011.
2. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan Pendidikan Bidan