Suhu Tubuh Perawatan Segera setelah Bayi Lahir

F. Perawatan Segera setelah Bayi Lahir

1. Suhu Tubuh

Bayi baru lahir memiliki kemungkinan besar untuk kehilangan sejumlah besar panas badannya setelah lahir. Saat lahir, kulit bayi diliputi oleh cairan amnion, bayi biasanya terpajan pada suhu rendah yang mengelilingi di ruang persalinan, dan sering kali dibiarkan tanpa diselimuti untuk memungkinkan observasi awal yang baik. Dengan demikian, bayi akan kehilangan panas badan melalui evaporasi, radiasi dan konveksi. Bayi merespon terhadap keadaan dingin ini melalui perangsangan metabolisme simpatis, yang meningkatkan produksi panas. Panas juga dipertahankan dengan mengurangi aliran darah kulit. Selama beberapa jam pertama, suhu tubuh bayi harus berulang kali diukur dan dicatat. suhu pusat tubuh yang baik, tetapi sebuah alat pengukur suhu yang keras yang ditinggalkan di dalam rektum tanpa pengawasan konstan dapat menyebabkan perforasi usus besar. Pengukuran suhu aksila biasanya merupakan alternatif yang cocok dan aman. Suhu tubuh normal bila diukur dari aksila yaitu 36,5 -37, 4 o C. Bila bayi ditempatkan di inkubator, suhu tubuh bayi sekaligus suhu lingkungan di dalam inkubator harus dipantau dan dicatat. Peningkatan suhu tubuh dapat disebabkan oleh meningkatnya suhu inkubator. Bayi hipotermi harus dihangatkan di dalam inkubator. Umumnya, bayi paling baik dihangatkan kembali pada kecepatan sedang, biasanya 2 sampai 4 jam agar suhu inti mencapai 37 o C. Upaya menghangatkan tubuh bayi secara cepat memerlukan lebih banyak panas eksternal, yang dapat menimbulkan apnoe. Penghangatan yang lambat akan disertai dengan hipoglikimia dan asidosis metabolik persisten. Universitas Sumatera Utara Begitu bayi cukup bulan yang baru lahir mampu mempertahankan suhu yang stabil, mereka dapat dirawat diranjang terbuka, asalkan berpakaian dan dibungkus dengan selimut. Sebuah ruangan bebas angin dengan suhu 24-26 o C akan memberi kondisi termal netral yang adekuat Rudolfh, 2006. Pada bayi baru lahir pengaturan suhu tubuh belum berfungsi sempurna, untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas dari tubuh bayi karena bayi mempunyai resiko hipotermi yang dapat menyebabkan kematian. Hipotermi dapat terjadi apabila tubuh bayi dalam keadaan basah dan tidak segera dikeringkan. Terdapat 4 mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir yaitu : a. Konduksi Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi. Contoh, menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong yang dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir. b. Konveksi Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara. Contoh, membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir di ruang yang terpasang kipas angin. c. Radiasi Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda. Contoh, bayi baru lahir di biarkan dalam keadaan telanjang, bayi Universitas Sumatera Utara baru lahir di tidurkan berdekatan dengan ruang yang dingin misalnya dekat tembok. d. Evaporasi Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembaban udara perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap. Evaporasi dipengaruhi oleh: jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembaban udara, aliran udara yang melewati Djami, 2013.

2. Penilaian Apgar Score

Dokumen yang terkait

Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga Oleh Bidan Dalam Upaya Mencegah Atonia Uteri Berdasarkan Catatan Medik di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014.

2 51 68

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Bidan Praktek Swasta Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial di Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

0 35 78

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap pencegahan Hipotermi pada bayi baru lahir di Klinik Bersalin Bidan Mariani dan Klinik Ramini Medan Tahun 2010

10 103 69

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Rawat Gabung Di Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2009

0 54 50

Faktor-Faktor Yang Menghambat pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 0 – 6 bulan di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

0 56 63

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Persepsi Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2016

1 9 119

LANGUAGE SHIFT OF MANDAILINGNESE IN BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN.

0 6 24

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Persepsi Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2016

0 0 17

BILINGUALISME KEDWIBAHASAAN pada masyarakat 1

0 0 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tindakan - Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014

0 0 18