lama, maka dilakukan penelitin ini yang melihat pengaruh ekstrak air biji pepaya Carica papaya L. dan Testosteron Undekanoat TU terhadap gambaran histologis
jaringan ginjal mencit Mus musculus L. apakah menimbulkan kerusakan pada ginjal atau tidak.
1.2 Permasalahan
Biji pepaya dan testosteron undekanoat TU merupakan suatu kombinasi bahan obat yang dapat dimanfaatkan sebagai kontrasepsi pria anti fertilitas. Syarat kontrasepsi
yang ideal menurut Mochtar 1998, aman pemakaiannya dan dapat dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada, tidak menimbulkan kerusakan pada organ-organ
yang lain agar obat tersebut dapat terus dimanfaatkan dan dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Sehubungan dengan hal tersebut maka dilakukan penelitian ini
untuk mengetahui bagaimanakah gambaran histologi jaringan ginjal mencit Mus musculus L. setelah pemberian ekstrak air biji pepaya Carica papaya L. dengan
dosis 30 mg0,5mlhari secara oral dan penyuntikan 0,25mg testosteron undekanoat interval 6 minggu sekali secara intra muskular?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak air biji pepaya Carica papaya L. dan Testosteron Undekanoat TU terhadap gambaran histologis
jaringan ginjal mencit Mus musculus L..
1.4 Hipotesis Penelitian
Pemberian ekstrak air biji pepaya Carica papaya L. dan Testosteron Undekanoat
TU dapat menimbulkan kerusakan jaringan ginjal mencit Mus musculus L.. 1.5
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kemungkinan penggunaan ekstrak air biji pepaya dan testosteron undekanoat
sebagai alternatif bahan kontrasepsi bagi pria yang aman dengan toksisitas yang
rendah, mudah diperoleh dan tidak menimbulkan efek samping.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Pepaya Carica papaya L.
Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexsiko dan Coasta
Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daeah tropis maupun sub tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan
sampai 1000 m dpl. Buah pepaya merupakan buah meja bermutu dan bergizi yang tinggi Prihatman, 2000.
Dalam sistematika tumbuhan pepaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae Divisi
: Spermatophyta Class
: Dicotyledonae Ordo
: Cistales Famili
: Caricaceae Genus
: Carica Spesies
: Carica papaya L. Nama lokal
: Pepaya Tjitrosoepomo, 2004.
Gambar 2.1. Tanaman pepaya Carica papaya L.
Universitas Sumatera Utara
Biji pepaya yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari buah pepaya daerah Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan Komplek Adam
Malik Kota Madya Medan, Sumatera Utara. Secara umum tanaman pepaya memiliki ciri-ciri yang sama dengan tanaman pepaya yang hidup di daerah lain. Biji pepaya
yang diambil dari buah pepaya didaerah ini memiliki bentuk buah agak panjang dan lonjong, ukurannya bervariasi, dari yang kecil, sedang sampai besar. Menurut Kalie
1996, Pepaya merupakan tanaman herba. Batangnya berongga, biasanya tidak bercabang, dan tingginya dapat mencapai 10 m. Daunnya merupakan daun tunggal,
berukuran besar, dan bercangap. Tangkai daun panjang dan berongga. Bunganya terdiri dari tiga jenis, yaitu bunga jantan, bunga betina, dan bunga sempurna. Bentuk
buah bulat sampai lonjong. Batang, daun, dan buahnya mengandung getah yang memiliki daya enzimatis, yaitu dapat memecah protein. Pertumbuhan tanaman pepaya
termasuk cepat karena antara 10-12 bulan setelah ditanam buahnya telah dapat
dipanen Kalie, 1996.
Bagian tanaman yang digunakan untuk penelitian ini adalah biji. Biji pepaya berbentuk agak bulat dengan panjang kira-kira 5 mm. Bagian biji terdiri dari embrio,
jaringan bahan makanan, dan kulit biji. Kulit biji pepaya berwarna hitam dengan permukaan kasar, bergerigi, membentuk alur-alur sepanjang biji, tebal dan keras.
Dalam satu gram biji pepaya terdiri antara 45-50 buah. Sewaktu masih melekat pada buah, biji dilapisi oleh suatu lapisan kulit biji yang berwarna keputihan, lunak, dan
agak bening Kalie, 1996.
Banyaknya biji tergantung dari besar kecilnya buah. Permukaan biji agak keriput dan dibungkus oleh kulit ari yang bersifat seperti agar atau transparan,
kotiledon putih, rasa biji pedas atau tajam dengan aroma yang khas Ochse, 1931; Gintings, 1979; Rismunandar, 1982. Kandungan kimia yang terdapat dalam biji
pepaya adalah: 25 atau lebih lemak campuran, 26,2 lemak, 24,3 protein, 17 serat, 15,5 karbohidrat, 8,8 abu dan 8,2 air Hooper dalam Burkill, 1935 dalam
Amir, 1992.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Komposisi biji pepaya Komponen
Persen Berat
Minyak 9,5 Protein 8,5
Abu 1,47 Karbohidrat 9,44
Cairan 71,98
Sumber: Yuniwati 2008
Beberapa penelitian yang menggunakan ekstrak biji pepaya telah dilakukan oleh Das, Fransworth, Chinoy dan Rangga, pada varietas honeydew yang terdapat di
India, dan Amir pada pepaya gandul melaporkan bahwa ekstrak biji pepaya tersebut ternyata mempunyai khasiat sebagai antifertilitas pada hewan, namun dosis dari biji
pepaya yang dapat menyebabkan infertilitas tersebut masih belum dapat diketahui secara tepat Yunardi, 2001.
Hasil penelitian Satriyasa 2010, Fraksi heksan ekstrak biji pepaya muda dapat menurunkan jumlah sel spermatogonia, sel spermatosit primer pakhiten, sel
spermatid dan sel sertoli dengan sangat bermakna dan penurunannya lebih besar daripada fraksi metanol ekstrak biji pepaya muda akan tetapi fraksi heksan ekstrak biji
pepaya tidak dapat menurunkan jumlah sel leydig dan kadar hormon testosteron.
Penelitian terhadap organ ginjal seperti penelitian yang dilakukan oleh
Lil Hanifah, 2008
terhadap Pengaruh pemberian buah pepaya Carica papaya L. terhadap tingkat nekrosis epitel glomerulus dan tubulus ginjal mencit Mus musculus
L. yang diinduksi CCl
4
karbon tetraklorida bahwa pemberian buah pepaya Carica papaya L. tidak memberikan pengaruh pada tingkat nekrosis epitel glomerulus ginjal
mencit Mus musculus L. yang diinduksi karbon tetraklorida CCl4 akan tetapi memberikan pengaruh pada tingkat nekrosis epitel tubulus ginjal mencit yang
diinduksi karbon tetraklorida CCl4. Dosis yang paling baik mengurangi tingkat nekrosis epitel tubulus adalah dosis III 0,52 g mencit hari.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chusniati et al., 2008, terhadap pengaruh pemberian biji pepaya Carica papaya terhadap gambaran histopatologi hepar ayam
Universitas Sumatera Utara
yang diinfeksi telur cacing Ascaridia galli, disimpulkan bahwa pemberian biji pepaya dengan 1x dan 2x pemberian terhadap perubahan gambaran terhadap histopatologi
hepar ayam tidak berbeda nyata diantara kedua perlakuan. Pemberian biji pepaya dengan tiga kali pemberian mengalami kerusakan degenerasi paling tinggi
dibandingkan dengan pemberian biji pepaya dengan 1x dan 2x pemberian.
Pada biji pepaya terdapat kandungan berupa glucocide caricin dan carpain Wijayakusumah dkk, 1995 dalam Ilham et al., 1999. Diduga zat yang terkandung
dalam biji pepaya yang berperan adalah glucosinolat, yang merupakan bagian dari glucosida. Glucosida adalah zat yang mengandung gugus triterpenoid dan steroid
Trevor, 1995 dalam Ilham et al., 1999.
Hasil uji fitokimia terhadap ekstrak kental metanol biji pepaya diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder golongan triterpenoid, flavonoid, alkaloid,
dan saponin. Secara kualitatif, berdasarkan terbentuknya endapan atau intensitas warna yang dihasilkan dengan pereaksi uji fitokimia, diketahui bahwa kandungan
senyawa metabolit sekunder golongan triterpenoid merupakan komponen utama biji pepaya. Uji fitokimia triterpenoid lebih lanjut terhadap ekstrak kental n-heksana
menggunakan pereaksi Liebermann–Burchard juga menunjukkan adanya senyawa golongan triterpenoid. Hal ini memberi indikasi bahwa pada biji pepaya terkandung
senyawa golongan triterpenoid bebas Sukadana et al., 2008.
2.2 Testosteron Undekanoat