Dari gambaran morfologi di atas antara kelompok kontrol dan perlakuan memiliki berat dan warna yang tidak jauh berbeda baik setelah diberi perlakuan atau
pun tidak. Gambar di atas menunjukkan bahwa warna ginjal kelompok kontrol dan perlakuan memiliki warna yang tidak jauh berbeda, yaitu merah, merah kecoklatan,
merah gelap kehitaman sampai merah pucat. Konsistensi ginjal kenyal dan permukaan ginjal licin. Ginjal dengan berat yang paling tinggi pada kelompok kontrol adalah
pada minggu ke 24 K4 memiliki berat 0,42 g, dan yang paling rendah pada kelompok kontrol adalah pada minggu ke 6 K1 memiliki berat 0,21 g. Pada
kelompok perlakuan minggu ke 24 P4 memiliki berat ginjal tertinggi yaitu 0,48 g, sedangkan berat ginjal yang paling rendah pada kelompok perlakuan yaitu pada
minggu ke 0 K0 dengan berat 0,25 g. Pada umumnya perubahan morfologi sulit diukur Lu, 1994. Secara
morfologi, ginjal kelompok kontrol dan perlakuan tidak jauh berbeda baik setelah diberi perlakuan atau pun tidak. Hal ini dikarenakan dosis ekstrak air biji pepaya dan
testosteron undekanoat masih dapat ditolerir oleh ginjal mencit tersebut. Menurut Ariens et al., 1993 dosis ditentukan oleh konsentrasi dan lamanya
eksposisi zat yang diberikan. Keberadaan suatu bahan yang bersifat toksik akan mempengaruhi kerja organ yang bersangkutan. Dalam hal ini, ginjal merupakan organ
ekskresi utama. Ginjal mempunyai fungsi yang paling penting yaitu menyaring plasma dan memindahkan zat dari filtrat pada kecepatan yang bervariasi tergantung
pada kebutuhan tubuh. Akhirnya, ginjal membuang zat yang tidak diinginkan dengan filtrasi darah dan mensekresikanya dalam urin, sedangkan zat yang dibutuhkan
kembali ke dalam darah Syaifuddin, 2001. Peristiwa tersebut menyebabkan ginjal bekerja dengan sangat keras, sehingga dapat mempengaruhi perubahan berat dan
morfologi ginjal. Akan tetapi kemampuan ginjal dalam mentolerir setiap bahan toksikan yang masuk kedalam tubuh, perubahan morfologi dan berat ginjal tidak
begitu terlihat baik sebelum atau sesudah diberi perlakuan.
4.3 Hasil berat ginjal
Setelah dilakukan pembedahan, ginjal bagian kanan dan kiri mencit ditimbang dengan menggunakan timbangan, kemudian berat kedua ginjal dirata-ratakan dan menjadi
rata-rata berat ginjal masing-masing mencit. Data rataan yang diperoleh dianalisis
Universitas Sumatera Utara
secara statistik. Secara statistik setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians menunjukkan bahwa data berdistribusi normal p0.05. Karena data
berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji 0neway anova. Data tetap berdistribusi normal p0.05 maka dilanjutkan dengan uji analisis Post Hoc –
Bonferroni taraf 5
.
Hasil yang diperoleh tidak terdapat perbedaan berat ginjal mencit pada setiap minggu pengamatan p0.05. Rata-rata berat ginjal kontrol dapat dilihat
pada Gambar 4.1 berikut
Gambar 4.1 Grafik rata-rata berat ginjal kelompok kontrol K disetiap minggu pengamatan. Huruf yang sama pada minggu pengamatan yang
berbeda adalah tidak berbeda nyata pada taraf 5 p0,05.
Dari grafik di atas, hasil uji statistik menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol minggu ke 0 K0 hingga minggu ke 18 K3 tidak berbeda nyata. Sedangkan
kelompok kontrol pada minggu ke 24 K4 berbeda nyata dengan kelompok kontrol pada minggu ke 0 K0 dan kelompok kontrol pada minggu ke 6 K1, akan tetapi
tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol pada minggu ke 12 K2 dan kelompok kontrol pada minggu ke 18 K3. Persentase berat ginjal yang paling tinggi terjadi
pada kelompok kontrol minggu ke 24 K4 ± 0,33 g dan persentase berat ginjal yang terendah yaitu pada kelompok kontrol minggu ke 6 K1 ± 0,18 g.
Pada kelompok perlakuan, setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varian diperoleh hasil bahwa data berdistribusi normal p0.05. Karena
data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji 0neway anova. Data tetap 0,00
0,05 0,10
0,15 0,20
0,25 0,30
0,35 0,40
0,45
K0 K1
K2 K3
K4 B
e r
at Gin
jal g
Lama Perlakuan Minggu KONTROL
6 12
18 24
a a
ab ab
b
Universitas Sumatera Utara
berdistribusi normal p0.05 maka dilanjutkan dengan uji analisis Post Hoc – Bonferroni taraf 5
.
Rata-rata berat ginjal perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut
Gambar 4.2 Grafik rata-rata berat ginjal kelompok perlakuan P disetiap minggu pengamatan. Huruf yang sama pada minggu pengamatan
yang berbeda adalah tidak berbeda nyata pada taraf 5 p0,05.
Pada kelompok perlakuan, hasil uji statistik menunjukkan bahwa kelompok perlakuan minggu ke 0 P0, minggu ke 6 P1, dan minggu ke 12 P2 tidak berbeda
nyata. Sementara pada kelompok perlakuan minggu ke 18 P3 dan minggu ke 24 P4 tidak berbeda nyata, akan tetapi berbeda nyata dengan kelompok perlakuan minggu ke
0 P0. Persentase berat ginjal yang tertinggi terjadi pada perlakuan minggu ke 24 P4 ± 0.34 g, sedangkan persentase berat ginjal yang terendah terjadi pada kelompok
perlakuan minggu ke 0 P0 ± 0,20 g.
Uji antar kelompok untuk membandingkan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dilakukan dengan uji T-Test. Hasil yang diperoleh tidak terdapat perbedaan
berat ginjal mencit antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan p0.05. Rata- rata berat ginjal kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dapat dilihat pada Gambar
4.3 berikut 0,00
0,05 0,10
0,15 0,20
0,25 0,30
0,35 0,40
0,45
P0 P1
P2 P3
P4 B
e r
at Gin
jal g
Lama Perlakuan Minggu PERLAKUAN
6 12
18 24
a ab
ab b
b
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Grafik rata-rata berat ginjal antara kelompok kontrol K dan
perlakuan P di setiap minggu pengamatan. Huruf yang sama pada minggu pengamatan yang berbeda adalah tidak berbeda nyata
pada taraf 5 tn= p0,05.
Pada kelompok kontrol dan perlakuan disetiap minggu pengamatan, hasil uji statistik menunjukkan bahwa antara kelompok kontrol dan perlakuan K0P0, K1P1,
K2P2, K3P3, dan K4P4 pada setiap minggu pengamatan tidak terlihat adanya perbedaan yang nyata p0,05. Menurut Lu 1994, bila terjadi perubahan pada berat
ginjal, bila dibandingkan dengan hewan kontrol, sering menunjukkan lesi ginjal. Lesi ginjal merupakan kerusakan jaringan karena gangguan fisik atau patologis.
Bila berat organ ginjal mengalami peningkatan seiring dengan lamanya perlakuan hal tersebut dapat terjadi karena adanya substansi seperti air dan lemak
yang terjadi dalam sel sehingga volume sel akan bertambah dan akhirnya akan mempengaruhi berat organ hewan uji Anggraini, 2008.
4.4 Gambaran hasil histologi tubulus proksimal ginjal