3.5.4. Lembaran Tugas
Ada beberapa lembaran tugas yang harus diisi oleh subjek, pada sesi-sesi tertentu selama proses intervensi berlangsung. Dimana lembaran tugas tersebut
akan menjadi alat bukti yang nyata terlihat dan nantinya juga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap intervensi yang sudah dilakukan.
3.6. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terbagi menjadi dua bagian yaitu: tahap persiapan penelitian dan tahap pelaksanaan penelitian.
3.6.1. Tahap Persiapan Penelitian
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan peneliti dalam tahap persiapan penelitian ini adalah:
1 Menterjemahkan skala ke bahasa Indonesia Skala CPRS Conduct Problem Risk Screen berisi 7 aitem dan skala BAQ
Buss-Perry Aggression Questionnaire berisi 29 aitem. Adapun gambaran mengenai isi aitem skala CPRS, dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Blue-print Skala CPRS
Symptoms Nomor Aitem
Jumlah
ODD 5, 6, 7
3 CD
2, 3 2
ADHD 1,4
2
Total 7
Kemudian untuk mengetahui lebih jelas tentang gambaran isi aitem skala BAQ, dapat dilihat dari tabel 2 di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Blue-print Skala BAQ
Faktor Nomor Aitem
Jumlah
Physical Aggression 2, 5, 8, 11, 13, 16, 22, 25, 29
9 Anger
1, 9, 12, 18, 19, 23, 28 7
Hostility 3, 7, 10, 15, 17, 20, 24, 26
8 Verbal Aggression
4, 6, 14, 21, 27 5
Total 29
2 Orientasi kancah Merupakan proses dalam mencari informasi mengenai sekolah yang akan
dipilih, dimana murid-muridnya memiliki ciri-ciri yang sudah ditentukan pada penelitian ini. Dalam hal ini peneliti akan memilih sekolah SMPN 1
Kutacane, yang lokasinya berada di kabupaten Aceh Tenggara. Ada beberapa alasan peneliti memilih sekolah ini yaitu: a ada permintaan dari kepala
sekolah dan guru-guru, untuk menangani siswa nya yang dilabel “nakal”; b
sebagai wujud rasa tanggung jawab moral peneliti sebagai guru BK Bimbingan Konseling di sekolah tersebut, yang selama ini kurang bisa aktif
bertugas karena sedang mengikuti perkuliahan Magister Profesi Psikologi kekhususan Klinis Anak di USU; dan c peneliti menguasai lokasi dan
adanya dukungan dari rekan-rekan seprofesi yang siap membantu dalam proses penelitian ini.
3 Uji coba skala Skala CPRS dan skala BAQ perlu diuji cobakan, supaya dapat diketahui
apakah skala tersebut mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Dalam hal ini skala tersebut diuji validitasnya dan setelah
aitem-aitem terpilih maka dilanjutkan dengan uji reliabilitas yang mengacu
Universitas Sumatera Utara
kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur Azwar, 1999. Meskipun peneliti menggunakan metode uji coba terpakai yaitu bersamaan dengan
pengambilan data pertama. Akan tetapi sebelum skala diberikan oleh subjek penelitian yang sebenarnya, peneliti melakukan evaluasi terlebih dahulu,
dengan tujuan agar isi dari aitem skala dapat difahami dengan jelas oleh responden. Evaluasi tersebut dilakukan pada 6 orang siswa SMP, rekan
mahasiswa di Magister Psikologi Profesi USU dan professional judgement dosen pembimbing. Uji coba skala dilakukan selama tiga hari, yang dimulai
dari tanggal 9 – 11 Januari 2014. Adapun cara yang dilakukan dalam menguji
validitas dengan menggunakan teknik corrected item-total correlation, yaitu mengkorelasikan masing-masing skor aitem dengan skor total dan melakukan
koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang over estimasi. Pengolahan data diproses dengan program SPSS Statistical Product and Service Solution 18,
sehingga nantinya akan diperoleh aitem yang valid. Cara dalam menguji realibilitasnya menggunakan metode
Cronbach’s Alpha, karena sesuai untuk bentuk skala Likert. Pengolahan data diproses dengan program SPSS 18,
sehingga nantinya akan diperoleh aitem yang reliabel Sulistyo, 2010. Berdasarkan hasil analisa data diperoleh semua aitem dari skala CPRS dan
BAQ dinyatakan valid juga reliabel, karena nilainya 0,361 signifikansi 5, n=30 dan nilai kritik r : 0,361, lebih rinci ada pada lampiran.
4 Penyusunan norma kategorisasi skala Tujuan diperlukannya menyusun norma kategorisasi skala yaitu, agar
mempermudah peneliti dalam menginterpretasi skor yang diperoleh subjek,
Universitas Sumatera Utara
sehingga dapat dikategorisasikan dalam beberapa tingkatan sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Kedua skala berbentuk skala Likert,
dengan rentang nilai skor bergerak dari 0-4. Pada skala CPRS berisi 7 aitem, sementara skala BAQ berisi 29 aitem. Mengacu pada rumus norma
kategorisasi yang dikemukakan oleh Azwar 1999, untuk menginterpretasi skor yang diperoleh subjek ke dalam tingkatan perilaku remaja disruptive
behavior disorders dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Norma Kategorisasi Skala CPRS
Sedangkan untuk menginterpretasi skor yang diperoleh subjek ke dalam tingkatan agresivitas dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4. Norma Kategorisasi Skala BAQ
5 Mengukur kecerdasan dengan alat tes SPM Standard Progressive Matrice Semua subjek penelitian yang terpilih, akan diukur kecerdasan secara klasikal
dengan alat tes SPM. Pengukuran dilakukan selama satu hari, pada tanggal 13 Januari 2014. Adapun hasilnya, dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:
Rumus Skor
Kategorisasi Keterangan
X ≤ - 1,5 σ X ≤ 7
Sangat rendah X = 14
σ = 4,6 0,5 σ = 2,3
1,5 σ = 6,9 -
1,5 σ X ≤ - 0,5 σ 7
X ≤ 12 Rendah
- 0,5 σ X ≤ + 0,5 σ 12 X ≤ 16
Sedang + 0,5 σ X ≤ + 1,5 σ 16 X ≤ 21
Tinggi + 1,5 σ X
21 X
Sangat tinggi
Rumus Skor
Kategorisasi Keterangan
X ≤ - 1,5 σ X ≤ 29
Sangat rendah X = 58
σ = 19,3 0,5 σ = 9,65
1,5 σ = 28,95 -
1,5 σ X ≤ - 0,5 σ 29
X ≤ 48 Rendah -
0,5 σ X ≤ + 0,5 σ 48 X ≤ 68 Sedang + 0,5 σ X ≤ + 1,5 σ 68 X ≤ 87 Tinggi
+ 1,5 σ X 87
X Sangat tinggi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Taraf Kecerdasan Subjek dengan Alat Tes SPM
6 Penyusunan modul AMT Anger Management Training Materi dan teknik-teknik yang diberikan pada pada modul AMT ini
dikembangkan peneliti dari tiga buku yaitu: anger management for men Greene, 2003; anger management Bhave Saini, 2009; dan anger
management for substance abuse and mental health clients Reilly Shopshire, 2002. Peneliti merencanakan AMT akan dilakukan dalam tiga
kali pertemuan pada pertemuan pertama ada 4 sesi, pertemuan kedua ada 1 sesi dan pertemuan ketiga ada 4 sesi, yang memerlukan waktu 2 jam 120
menit disetiap pertemuannya. Rancangan modul AMT secara garis besar ada pada tabel 6, namun lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran.
NO Kelompok
Inisial Subjek
Skor pada
SPM
Taraf Kecerdasan
Keterangan
1
Eksperimen
FA 15
Kurang Sekali KS
= Intellectually defective
2 CAP
41 Sedang
3 NS
33 Kurang
4 AZ
35 Kurang
5 TZ
36 Kurang
K = Definisitely
below average in intellectual
capacity 6
RHM 20
Kurang Sekali 7
AD 49
Baik
8 AS
38
Sedang
9 SP
35 Kurang
S = Intellectually
Average 10
MJR 26
Kurang Sekali 11
Kontrol
AWS 28
Kurang 12
FF 30
Kurang 13
AJI 17
Kurang Sekali B
= Definisitely above the average
in intellectual capacity
14 JS
45 Sedang
15 YPA
36 Kurang
16 FJ
13 Kurang Sekali
17 AUM
10 Kurang Sekali
BS = Intellectually
superior 18
ARD 32
Kurang 19
IM 14
Kurang Sekali 20
HDL 21
Kurang Sekali
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Rancangan Modul Anger Management Training
Sesi Kegiatan
Tujuan Materi Metode
I Pembukaan.
Ice breaking. Peserta
memahami tujuan intervensi dan
jumlah sesi yang akan dijalani.
Mengakrabkan antara sesama peserta dan
fasilitator. Penjelasan
secara verbal oleh fasilitator
dan menanyakan
harapan peserta
mengikuti intervensi. Permainan
bisikan punggung.
Pemahaman dasar
tentang marah.
Memahami tentang
marah, secara lebih khusus.
Definisi marah. Mitos tentang marah.
Metode diskusi kasus dan presentasi.
II Memahami
ekspresi marah
dan akibatnya. Supaya
seseorang semakin yakin dalam
memilih ekspresi
marahnya, dengan
mempertimbangkan akibatnya.
Ekspresi marah. Marah
dan konsekuensinya.
Metode diskusi kasus dan presentasi.
III Mengidentifikasi
diri saat marah. Supaya
seseorang menyadari
isyarat fisik
yang ditimbulkan pada saat
marah dan pemicu yang
menyebabkannya. Mengenal isyarat fisik
saat marah. Menentukan kejadian
atau situasi,
yang menjadi
pemicu marah.
Metode diskusi
kasus, presentasi dan latihan individual.
IV Mengontrol
pikiran marah
dan menentukan tingkat
kemarahan.
Penutupan sesi. Supaya
seseorang mau
mengakui kemarahannya dan
dapat menentukan
tingkat kemarahannya dengan pemicu yang
menyebabkannya. Fasilitator mendapat
feed back dari peserta. Mengontrol pikiran
marah. Menentukan tingkatan
kemarahan dengan
menggunakan anger meter.
Menyimpulkan materi yang
melibatkan peserta secara aktif.
Metode diskusi
kasus, presentasi dan latihan individual.
Universitas Sumatera Utara
V Pembukaan.
Memahami anger
management melalui film.
Penutupan sesi. Menyegarkan kembali
ingatan di
sesi sebelumnya.
Melihat cara
mengekspresikan marah seseorang dan
tekniknya. Fasilitator mendapat
feed back dari peserta. Penjelasan
materi intervensi
terkait dengan film.
Menonton film anger management.
Review film.
Metode modelling
perilaku dan diskusi kasus.
VI Pembukaan.
Relaksasi
otot dan pernapasan.
Menyegarkan kembali ingatan
di sesi
sebelumnya. Memahami cara untuk
relaksasi otot
dan pernapasan.
Merefleksikan materi intervensi
sebelumnya. Teknik
progressive muscle relaxation.
Teknik pernapasan.
Metode presentasi dan modelling perilaku.
VII Cara
menyelesaikan konflik.
Memahami cara untuk menyelesaikan
konflik, dengan cara yang asertif.
Conflict Resolution
Model.
Metode diskusi kasus dan presentasi.
VIII Cara mengontrol
marah. Supaya
seseorang dapat
mengontrol marahnya dengan cara
yang diinginkannya. Teknik-teknik anger
management training.
Metode diskusi kasus dan presentasi.
IX Perencanaan
dalam mengontrol
marah.
Penutupan intervensi.
Supaya seseorang
dapat membuat
perencanaan dalam
mengontrol marahnya di kemudian hari.
Mengakhiri pelaksanaan
intervensi. Anger control plans.
Menutup acara. Metode presentasi,
diskusi
kasus dan
latihan individual.
Universitas Sumatera Utara
7 Uji coba dan evaluasi modul AMT Anger Management Training Sebelum modul diberikan oleh subjek penelitian yang sebenarnya, peneliti
melakukan evaluasi terlebih dahulu, dengan tujuan agar isi dari materi modul AMT dapat difahami dengan jelas. Evaluasi tersebut dilakukan pada 2 orang
siswa SMP, rekan mahasiswa di Magister Psikologi Profesi USU dan professional judgement dosen pembimbing.
8 Seleksi subjek penelitian Subjek penelitian yang akan dipilih adalah remaja yang memiliki kriteria
disruptive behavior disorder dalam kategori sedang hingga sangat tinggi, serta memiliki tingkat agresivitas dalam kategori sedang hingga sangat tinggi.
Hasil seleksi subjek penelitian yang terpilih, secara terperinci dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
Tabel 7. Hasil Seleksi Subjek Penelitian Skala
Kategorisasi Total
Sangat tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
rendah
CPRS 6
14 10
30 BAQ
4 16
2 8
30
Berdasarkan skala CPRS jika dilihat dari skornya, semua subjek yang berjumlah 30 orang memenuhi syarat untuk mengikuti penelitian. Namun jika
dilhat dari skala BAQ, skor agresivitas subjek yang memenuhi syarat untuk mengikuti penelitian hanya 20 orang. Oleh karena itu peneliti hanya memilih
20 orang saja yang bisa mengikuti peneilitian, yaitu subjek yang memiliki skor dalam kategori sedang hingga sangat tinggi pada skala CPRS dan BAQ.
Universitas Sumatera Utara
9 Menentukan fasilitator AMT Anger Management Training Dalam pelaksanaan intervensi AMT, peneliti akan berperan sebagai
fasilitator. Adapun alasannya selain peneliti sudah memiliki pengalaman dalam mempresentasikan materi diberbagai kegiatan, peneliti juga sudah
mendapat persetujuan dari dosen pembimbing professional judgement.
3.6.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian