2 Skor  skala  CPRS  Conduct  Problem  Risk  Screen,  berada  pada  taraf  sedang
hingga sangat tinggi.
3 Skor  skala  BAQ  Buss-Perry  Aggression  Questionnaire,  berada  pada  taraf
sedang hingga sangat tinggi.
4 Semua subjek penelitian yang terpilih akan diukur taraf kecerdasannya dengan
alat tes SPM Standard Progressive Matrice.
3.4. Desain Penelitian
Desain  yang  digunakan  pada  penelitian  ini  adalah  The  Pretest-Posttest Control Group Design Shadish  Cook, 2002. Penempatan subjek penelitian ke
dalam  kelompok  eksperimen  dan  kontrol,  dilakukan  dengan  cara  random assignment.  Dalam  hal  ini  random  assignment  penempatan  secara  acak
digunakan  untuk  membentuk  kelompok-kelompok  yang  dapat  diperbandingkan dengan menyeimbangkan atau menyamaratakan karakteristik-karakteristik subjek
atau  perbedaan  individual  pada  semua  kondisi  manipulasi  variabel  independen Shaughnessy  et  al.,  2007.  Kedua  kelompok  akan  diberikan  pretest  dan  hanya
kelompok eksperimen saja yang akan menerima intervensi. Sementara kelompok kontrol  tidak  mendapat  perlakuan  intervensi,  namun  setelah  itu  kedua  kelompok
akan  diberikan  posttest.  Adapun  format  rancangan  eksperimennya  dapat  dilihat pada gambar 3 berikut ini:
Gambar 3. Rancangan Eksperimen KE
 R
O
1
X O
2
KK 
R O
1
O
2
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: KE
= Kelompok Eksperimen X
= mendapat perlakuan intervensi
KK = Kelompok Kontrol
O
1
= pretest R = Random assignment
O
2
= posttest
3.5. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan  data  dilakukan  dengan  beberapa  cara  yaitu:  menggunakan skala,  wawancara,  observasi  dan  lembaran  tugas  yang  diisi  oleh  subjek.
Penggunaan skala merupakan metode utama dan yang lainnya metode tambahan.
3.5.1. Skala
Ada dua skala yang digunakan yaitu: skala CPRS Conduct Problem Risk Screen dan skala BAQ Buss-Perry Aggression Questionnaire.
1  Skala CPRS Conduct Problem Risk Screen Skala CPRS digunakan  sebagai  screening dan bertujuan untuk  mendapatkan
remaja  yang  tergolong  disruptive  behavior  disorders.  Skala  ini  dipilih berdasarkan  pertimbangan  kepraktisan,  selain  mudah  untuk  digunakan,  juga
hemat waktu dalam mengerjakannya karena jumlahnya yang sedikit hanya 7 aitem. Pengisian skala akan dilakukan oleh orangtua atau guru dan alternatif
jawaban  terdiri  dari  5  karena  dalam  bentuk  skala  Likert,  berawal  dari  tidak pernah  skor  0  hingga  sangat  sering  skor  5.  Adapun  aspek-aspek  yang
diungkap, tidak hanya mewakili symptom CD tetapi juga ODD Waschbusch, dalam Duncombe et al., 2012.
Universitas Sumatera Utara
2  Skala BAQ Buss-Perry Aggression Questionnaire Skala  BAQ  digunakan  untuk  mengetahui  tingkat  agresevitas  subjek,
mengungkap  empat  faktor  yaitu:  physical  aggression,  anger,  hostility  dan verbal aggression, yang berisi 29 aitem Demirtas, 2012. Skala ini nantinya
akan  diisi  langsung  oleh  subjek,  yang  diberikan  sebelum  dan  sesudah intervensi.  Alternatif  jawabannya  juga  terdiri  dari  5  karena  dalam  bentuk
skala Likert, berawal dari tidak pernah skor 0 hingga sangat sering skor 5.
3.5.2. Wawancara
Wawancara  merupakan  metode  tambahan,  yang  digunakan  untuk memperkaya  data  penelitian.  Tujuannya  adalah  untuk  mengetahui  hal-hal  yang
terjadi  pada  diri  subjek  selama  penelitian  berlangsung  dan  perubahan  yang dialaminya  setelah  penelitian.  Dalam  hal  ini  peneliti  juga  akan  menanyakan
tentang  kondisi  subjek  dari  guru  atau  orangtua,  untuk  mencocokkan  informasi yang  sudah diterima oleh peneliti.
3.5.3. Observasi
Observasi  merupakan  metode  tambahan,  yang  digunakan  untuk memperkaya  data  penelitian.  Dimana  peneliti  akan  mengamati  subjek  selama
proses  intervensi  berlangsung,  begitu  pula  setelah  penelitian  dilakukan  dengan memperhatikan  perilaku  subjek  saat  beraktivitas  dalam  kehidupan  sehari-hari
selama di sekolah.
Universitas Sumatera Utara
3.5.4. Lembaran Tugas
Ada beberapa lembaran tugas  yang  harus diisi oleh subjek, pada sesi-sesi tertentu  selama  proses  intervensi  berlangsung.  Dimana  lembaran  tugas  tersebut
akan  menjadi  alat  bukti  yang  nyata  terlihat  dan  nantinya  juga  dapat  digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap intervensi yang sudah dilakukan.
3.6. Prosedur Penelitian
Prosedur  penelitian  terbagi  menjadi  dua  bagian  yaitu:  tahap  persiapan penelitian dan tahap pelaksanaan penelitian.
3.6.1. Tahap Persiapan Penelitian
Adapun  langkah-langkah  yang  perlu  dilakukan  peneliti  dalam  tahap persiapan penelitian ini adalah:
1  Menterjemahkan skala ke bahasa Indonesia Skala  CPRS  Conduct  Problem  Risk  Screen  berisi  7  aitem  dan  skala  BAQ
Buss-Perry  Aggression  Questionnaire  berisi  29  aitem.  Adapun  gambaran mengenai isi aitem skala CPRS, dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Blue-print Skala CPRS
Symptoms Nomor Aitem
Jumlah
ODD 5, 6, 7
3 CD
2, 3 2
ADHD 1,4
2
Total 7
Kemudian  untuk  mengetahui  lebih  jelas  tentang  gambaran  isi  aitem  skala BAQ, dapat dilihat dari tabel 2 di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Blue-print Skala BAQ
Faktor Nomor Aitem
Jumlah
Physical Aggression 2, 5, 8, 11, 13, 16, 22, 25, 29
9 Anger
1, 9, 12, 18, 19, 23, 28 7
Hostility 3, 7, 10, 15, 17, 20, 24, 26
8 Verbal Aggression
4, 6, 14, 21, 27 5
Total 29
2  Orientasi kancah Merupakan  proses  dalam  mencari  informasi  mengenai  sekolah  yang  akan
dipilih,  dimana  murid-muridnya  memiliki  ciri-ciri  yang  sudah  ditentukan pada  penelitian  ini.  Dalam  hal  ini  peneliti  akan  memilih  sekolah  SMPN  1
Kutacane, yang lokasinya berada di kabupaten Aceh Tenggara. Ada beberapa alasan  peneliti  memilih  sekolah  ini  yaitu:  a  ada  permintaan  dari  kepala
sekolah dan  guru-guru,  untuk  menangani  siswa nya yang dilabel “nakal”; b
sebagai  wujud  rasa  tanggung  jawab  moral  peneliti  sebagai  guru  BK Bimbingan Konseling di sekolah tersebut, yang selama ini kurang bisa aktif
bertugas  karena  sedang  mengikuti  perkuliahan  Magister  Profesi  Psikologi kekhususan  Klinis  Anak  di  USU;  dan  c  peneliti  menguasai  lokasi  dan
adanya  dukungan  dari  rekan-rekan  seprofesi  yang  siap  membantu  dalam proses penelitian ini.
3  Uji coba skala Skala  CPRS  dan  skala  BAQ  perlu  diuji  cobakan,  supaya  dapat  diketahui
apakah  skala  tersebut  mampu  menghasilkan  data  yang  akurat  sesuai  dengan tujuan  ukurnya.  Dalam  hal  ini  skala  tersebut  diuji  validitasnya  dan  setelah
aitem-aitem  terpilih  maka  dilanjutkan  dengan  uji  reliabilitas  yang  mengacu
Universitas Sumatera Utara
kepada  konsistensi  atau  kepercayaan  hasil  ukur  Azwar,  1999.  Meskipun peneliti  menggunakan  metode  uji  coba  terpakai  yaitu  bersamaan  dengan
pengambilan  data  pertama.  Akan  tetapi  sebelum  skala  diberikan  oleh  subjek penelitian  yang  sebenarnya,  peneliti  melakukan  evaluasi  terlebih  dahulu,
dengan  tujuan  agar  isi  dari  aitem  skala  dapat  difahami  dengan  jelas  oleh responden.  Evaluasi  tersebut  dilakukan  pada  6  orang  siswa  SMP,  rekan
mahasiswa  di  Magister  Psikologi  Profesi  USU  dan  professional  judgement dosen pembimbing. Uji coba skala dilakukan selama tiga hari, yang dimulai
dari tanggal 9 – 11 Januari 2014. Adapun cara yang dilakukan dalam menguji
validitas  dengan  menggunakan  teknik  corrected  item-total  correlation,  yaitu mengkorelasikan masing-masing skor aitem dengan skor total dan melakukan
koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang over estimasi. Pengolahan data diproses dengan program SPSS Statistical Product and Service Solution 18,
sehingga  nantinya  akan  diperoleh  aitem  yang  valid.  Cara  dalam  menguji realibilitasnya menggunakan metode
Cronbach’s Alpha, karena sesuai untuk bentuk  skala  Likert.  Pengolahan  data  diproses  dengan  program  SPSS  18,
sehingga  nantinya  akan  diperoleh  aitem  yang  reliabel  Sulistyo,  2010. Berdasarkan  hasil  analisa  data  diperoleh  semua  aitem  dari  skala  CPRS  dan
BAQ  dinyatakan  valid  juga  reliabel,  karena    nilainya    0,361  signifikansi 5, n=30 dan nilai kritik r : 0,361, lebih rinci ada pada lampiran.
4  Penyusunan norma kategorisasi skala Tujuan  diperlukannya  menyusun  norma  kategorisasi  skala  yaitu,  agar
mempermudah  peneliti  dalam  menginterpretasi  skor  yang  diperoleh  subjek,
Universitas Sumatera Utara
sehingga  dapat  dikategorisasikan  dalam  beberapa  tingkatan  sangat  rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Kedua skala berbentuk skala Likert,
dengan  rentang  nilai  skor  bergerak  dari  0-4.  Pada  skala  CPRS  berisi  7 aitem,  sementara  skala  BAQ  berisi  29  aitem.  Mengacu  pada  rumus  norma
kategorisasi  yang  dikemukakan  oleh  Azwar  1999,  untuk  menginterpretasi skor  yang  diperoleh  subjek  ke  dalam  tingkatan  perilaku  remaja  disruptive
behavior disorders dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Norma Kategorisasi Skala CPRS
Sedangkan  untuk  menginterpretasi  skor  yang  diperoleh  subjek  ke  dalam tingkatan agresivitas dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4. Norma Kategorisasi Skala BAQ
5  Mengukur kecerdasan dengan alat tes SPM Standard Progressive Matrice Semua subjek penelitian yang terpilih, akan diukur kecerdasan secara klasikal
dengan alat tes SPM. Pengukuran dilakukan selama satu hari, pada tanggal 13 Januari 2014. Adapun hasilnya, dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:
Rumus Skor
Kategorisasi Keterangan
X ≤ - 1,5 σ X ≤ 7
Sangat rendah X = 14
σ = 4,6 0,5 σ = 2,3
1,5 σ = 6,9 -
1,5 σ   X ≤ - 0,5 σ 7
  X ≤ 12 Rendah
- 0,5 σ   X ≤ + 0,5 σ  12   X ≤ 16
Sedang + 0,5 σ   X ≤ + 1,5 σ  16   X ≤ 21
Tinggi + 1,5 σ   X
21   X
Sangat tinggi
Rumus Skor
Kategorisasi Keterangan
X ≤ - 1,5 σ X ≤ 29
Sangat rendah X = 58
σ = 19,3 0,5 σ = 9,65
1,5 σ = 28,95 -
1,5 σ   X ≤ - 0,5 σ 29
  X ≤ 48  Rendah -
0,5 σ   X ≤ + 0,5 σ  48   X ≤ 68  Sedang + 0,5 σ   X ≤ + 1,5 σ  68   X ≤ 87  Tinggi
+ 1,5 σ   X 87
  X Sangat tinggi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Taraf Kecerdasan Subjek dengan Alat Tes SPM
6  Penyusunan modul AMT Anger Management Training Materi  dan  teknik-teknik  yang  diberikan  pada  pada  modul  AMT  ini
dikembangkan  peneliti  dari  tiga  buku  yaitu:  anger  management  for  men Greene,  2003;  anger  management  Bhave    Saini,  2009;  dan  anger
management  for  substance  abuse  and  mental  health  clients  Reilly Shopshire,  2002.  Peneliti  merencanakan  AMT  akan  dilakukan  dalam  tiga
kali pertemuan  pada  pertemuan pertama  ada 4 sesi,  pertemuan kedua ada 1 sesi  dan  pertemuan  ketiga  ada  4  sesi,  yang  memerlukan  waktu  2  jam  120
menit disetiap pertemuannya. Rancangan modul AMT secara garis besar ada pada tabel 6, namun lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran.
NO Kelompok
Inisial Subjek
Skor pada
SPM
Taraf Kecerdasan
Keterangan
1
Eksperimen
FA 15
Kurang Sekali KS
= Intellectually defective
2 CAP
41 Sedang
3 NS
33 Kurang
4 AZ
35 Kurang
5 TZ
36 Kurang
K = Definisitely
below average in intellectual
capacity 6
RHM 20
Kurang Sekali 7
AD 49
Baik
8 AS
38
Sedang
9 SP
35 Kurang
S = Intellectually
Average 10
MJR 26
Kurang Sekali 11
Kontrol
AWS 28
Kurang 12
FF 30
Kurang 13
AJI 17
Kurang Sekali B
= Definisitely above the average
in intellectual capacity
14 JS
45 Sedang
15 YPA
36 Kurang
16 FJ
13 Kurang Sekali
17 AUM
10 Kurang Sekali
BS =  Intellectually
superior 18
ARD 32
Kurang 19
IM 14
Kurang Sekali 20
HDL 21
Kurang Sekali
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Rancangan Modul Anger Management Training
Sesi Kegiatan
Tujuan Materi  Metode
I  Pembukaan.
 Ice breaking.   Peserta
memahami tujuan    intervensi  dan
jumlah sesi yang akan dijalani.
  Mengakrabkan  antara sesama  peserta  dan
fasilitator.  Penjelasan
secara verbal  oleh  fasilitator
dan menanyakan
harapan peserta
mengikuti intervensi.  Permainan
bisikan punggung.
 Pemahaman dasar
tentang marah.
  Memahami tentang
marah,  secara  lebih khusus.
 Definisi marah.  Mitos tentang marah.
Metode diskusi kasus dan presentasi.
II  Memahami
ekspresi marah
dan akibatnya.   Supaya
seseorang semakin  yakin  dalam
memilih ekspresi
marahnya, dengan
mempertimbangkan akibatnya.
 Ekspresi marah.  Marah
dan konsekuensinya.
Metode diskusi kasus dan presentasi.
III  Mengidentifikasi
diri saat marah.   Supaya
seseorang menyadari
isyarat fisik
yang ditimbulkan  pada  saat
marah  dan  pemicu yang
menyebabkannya.  Mengenal isyarat fisik
saat marah.  Menentukan  kejadian
atau situasi,
yang menjadi
pemicu marah.
Metode diskusi
kasus,    presentasi    dan latihan individual.
IV  Mengontrol
pikiran marah
dan  menentukan tingkat
kemarahan.
 Penutupan sesi.   Supaya
seseorang mau
mengakui kemarahannya    dan
dapat menentukan
tingkat  kemarahannya dengan  pemicu  yang
menyebabkannya.   Fasilitator  mendapat
feed back dari peserta.  Mengontrol  pikiran
marah.  Menentukan tingkatan
kemarahan dengan
menggunakan  anger meter.
 Menyimpulkan materi yang
melibatkan peserta secara aktif.
Metode diskusi
kasus,    presentasi    dan latihan individual.
Universitas Sumatera Utara
V  Pembukaan.
 Memahami anger
management melalui film.
 Penutupan sesi.   Menyegarkan kembali
ingatan di
sesi sebelumnya.
  Melihat cara
mengekspresikan marah    seseorang  dan
tekniknya.   Fasilitator  mendapat
feed back dari peserta.   Penjelasan
materi intervensi
terkait dengan film.
 Menonton film  anger management.
 Review film.
Metode modelling
perilaku  dan  diskusi kasus.
VI  Pembukaan.
 Relaksasi
otot dan pernapasan.
  Menyegarkan kembali ingatan
di sesi
sebelumnya.   Memahami cara untuk
relaksasi otot
dan pernapasan.
  Merefleksikan  materi intervensi
sebelumnya.  Teknik
progressive muscle relaxation.
 Teknik pernapasan.
Metode    presentasi dan modelling perilaku.
VII  Cara
menyelesaikan konflik.
  Memahami cara untuk menyelesaikan
konflik,  dengan  cara yang asertif.
 Conflict Resolution
Model.
Metode diskusi kasus dan  presentasi.
VIII  Cara  mengontrol
marah.   Supaya
seseorang dapat
mengontrol marahnya dengan cara
yang diinginkannya.  Teknik-teknik  anger
management training.
Metode diskusi kasus dan  presentasi.
IX  Perencanaan
dalam mengontrol
marah.
 Penutupan intervensi.
  Supaya seseorang
dapat membuat
perencanaan dalam
mengontrol  marahnya di kemudian hari.
  Mengakhiri pelaksanaan
intervensi.  Anger control plans.
 Menutup acara. Metode  presentasi,
diskusi
kasus dan
latihan individual.
Universitas Sumatera Utara
7  Uji coba dan evaluasi modul AMT Anger Management Training Sebelum  modul  diberikan  oleh  subjek  penelitian  yang  sebenarnya,  peneliti
melakukan evaluasi terlebih dahulu, dengan tujuan agar isi dari materi modul AMT dapat difahami dengan jelas. Evaluasi tersebut dilakukan pada 2 orang
siswa  SMP,  rekan  mahasiswa  di  Magister  Psikologi  Profesi  USU  dan professional judgement dosen pembimbing.
8  Seleksi subjek penelitian Subjek  penelitian  yang  akan  dipilih  adalah  remaja  yang  memiliki  kriteria
disruptive  behavior  disorder  dalam  kategori  sedang  hingga  sangat  tinggi, serta memiliki tingkat agresivitas dalam kategori sedang hingga sangat tinggi.
Hasil  seleksi  subjek  penelitian  yang  terpilih,  secara  terperinci  dapat  dilihat pada tabel 7 berikut:
Tabel 7. Hasil Seleksi Subjek Penelitian Skala
Kategorisasi Total
Sangat tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
rendah
CPRS 6
14 10
30 BAQ
4 16
2 8
30
Berdasarkan  skala  CPRS  jika  dilihat  dari  skornya,  semua  subjek  yang berjumlah 30 orang memenuhi syarat untuk mengikuti penelitian. Namun jika
dilhat  dari  skala  BAQ,  skor  agresivitas  subjek  yang  memenuhi  syarat  untuk mengikuti penelitian hanya 20 orang. Oleh karena itu peneliti hanya memilih
20  orang  saja  yang  bisa  mengikuti  peneilitian,  yaitu  subjek  yang  memiliki skor dalam kategori sedang hingga sangat tinggi pada skala CPRS dan BAQ.
Universitas Sumatera Utara
9  Menentukan fasilitator AMT Anger Management Training Dalam  pelaksanaan  intervensi  AMT,  peneliti  akan  berperan  sebagai
fasilitator.  Adapun  alasannya  selain  peneliti  sudah  memiliki  pengalaman dalam  mempresentasikan  materi  diberbagai  kegiatan,  peneliti  juga  sudah
mendapat persetujuan dari dosen pembimbing professional judgement.
3.6.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Dari  awal,  peneliti  sudah  membangun  hubungan  baik  good  rapport dengan  subjek  penelitian.  Subjek  yang  memenuhi  kriteria  penelitian,  kemudian
dibagi  menjadi  dua  kelompok  kontrol  dan  eksperimen.  Setelah  itu  peneliti menjelaskan  kepada  subjek  akan  tujuan  intervensi,  bentuk  kegiatan  dan  jadwal
pelaksanaan  penelitian.  Secara  formal  peneliti  meminta  persetujuan  dari  masing- masing  subjek,  dengan  memberikan  lembaran  informed  consent  yang  ditanda
tangani langsung oleh subjek itu sendiri. Pelaksanaan  intervensi  AMT  rencananya  akan  dilakukan  setelah  pulang
sekolah, supaya tidak mengganggu jam pelajaran dan menggunakan ruangan yang tersedia  di  gedung  sekolah.  Akan  tetapi  karena  kondisinya  saat  itu  untuk  semua
siswa  kelas  IX  diberlakukan “wajib  les”  setelah  pulang  sekolah,  maka  waktu
pelaksanaan  intervensi  menjadi  berubah.  Kemudian  kepala  sekolah  dan  wakil kepala  sekolah  bidang  kurikulum  membuat  kebijakan,  dengan  memberikan  izin
pada  10  orang  anak  yang  terpilih  untuk  permisi  meninggalkan  jam  pelajaran selama  intervensi  berlangsung.  Ada  beberapa  alasan  yang  mendasarinya  yaitu
mengikuti  intervensi  AMT  juga  merupakan  proses  pembelajaran,  apalagi  siswa
Universitas Sumatera Utara
tersebut sering membuat ribut di dalam kelas dan kurang termotivasi untuk belajar dalam  sehari-harinya,  sehingga  dengan  memberikan  izin  pada  mereka  untuk
mengikuti intervensi AMT diharapkan dapat memberikan perubahan nantinya. Pelaksanaan  intervensi  akhirnya  dilakukan  pada  pagi  hari,  dimulai  dari
pukul  08.30 –10.30  WIB.  Intervensi  AMT  akan  dilakukan  selama  tiga  kali
pertemuan  pada pertemuan pertama ada 4 sesi,  pertemuan kedua  ada 1  sesi  dan pertemuan ketiga ada 4 sesi, yang memerlukan waktu 2 jam 120 menit disetiap
pertemuannya. Mengenai jadwal pertemuan intervensi, dapat dilihat pada tabel 8:
Tabel 8. Jadwal Pertemuan Intervensi Pertemuan
Tanggal Sesi
Kegiatan Pertama
16 Januari 2014 I
 Pembukaan.  Ice breaking.
 Pemahaman dasar tentang marah. II
 Memahami  ekspresi  marah  dan akibatnya.
III  Mengidentifikasi diri saat marah.
IV  Mengontrol  pikiran  marah  dan
tingkat kemarahan.  Penutupan sesi.
Kedua 18 Januari 2014
V  Pembukaan.
 Memahami anger
management melalui film.
 Penutupan sesi.
Ketiga 20 Januari 2014
VI  Pembukaan.
 Relaksasi otot  dan pernapasan. VII
 Cara  menyelesaikan konflik. VIII
 Cara mengontrol marah. IX
 Perencanaan  dalam  mengontrol marah.
 Penutupan intervensi.
Peneliti  memberikan  pretest  skala  agresivitas  secara  bersamaan  pada kedua  kelompok,  lima  hari  sebelum  intervensi.  Sementara  posttest  skala
agresivitas diberikan bersamaan, setelah lima hari dari pelaksanakan intervensi.
Universitas Sumatera Utara
3.7. Analisa Data
Penelitian ini menghasilkan dua jenis data  yaitu: data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang dihasilkan berupa nilai dari skala CPRS Conduct
Problem  Risk  Screen  dan  skala  BAQ  Buss-Perry  Aggression  Questionnaire. Sedangkan  data  kualitatif  diperoleh  dari  hasil  observasi  saat  eksperimen,  lembar
tugas saat eksperimen, wawancara dari orangtua atau guru dan kesemuanya akan dikaitkan untuk memperkuat data yang diperoleh dari intervensi.
Pada data kuantitatif akan dianalisis dengan metode statistik melalui SPSS 18,  supaya  dapat  membuktikan  dari  hipotesis  penelitian.  Sesuai  dengan  desain
penelitian yang sudah dibuat, pada kelompok eksperimen nantinya setelah pretest akan  mendapat  perlakuan  intervensi  berupa  anger  management  training  dan
kelompok kontrol setelah pretest tidak diberikan intervensi. Penelitian eksperimen ini  memiliki  tujuan  untuk  mengetahui  apakah  intervensi  anger  management
training  efektif  dalam  menurunkan  agresivitas  pada  remaja  disruptive  behavior disorders. Maka dari itu teknik statistik yang tepat untuk melihat perbedaan yang
signifikan  antara  kedua  kelompok  tersebut,  yaitu  dengan  menggunakan  t-test Nurgiyantoro, Marzuki dan Gunawan, 2002.
Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam uji t-test itu adalah dua macam sampel yang bersifat independen dan populasinya dari dua macam sampel normal,
serta variansnya sama atau homogen Suryono, 2009. Oleh karena itu uji asumsi yang  meliputi  uji  normalitas  dan  uji  homogenitas,  menjadi  langkah  awal  yang
perlu  dilakukan  sebelum  menguji  hipotesis  penelitian.  Uji  normalitas  dilakukan untuk  memperlihatkan  bahwa  sampel  diambil  dari  populasi  yang  berdistribusi
Universitas Sumatera Utara
normal  dan teknik yang pakai yaitu dengan uji  Kolmogorov-Sminorv. Kemudian uji  homogenitas  digunakan  untuk  memperlihatkan  bahwa  dua  atau  lebih
kelompok  data  sampel  berasal  dari  populasi  yang  memiliki  varians  yang  sama dan teknik yang dipakai yaitu Homogenity of Variance Sulistyo, 2010.
Setelah itu analisis data dilanjutkan dengan uji t-test, yang bertujuan untuk menguji  hipotesis  tentang  mean  dua  populasi  normal  Suryono,  2009.  Subjek
yang terseleksi dalam penelitian ini berjumlah 20 orang dan tergolong sampelnya kecil.  Meskipun  begitu  t-test  masih  bisa  digunakan  dengan  sampel  kecil  N30
yang  berkorelasi  da n sampel besar N≥30 yang berkorelasi. Dimana maksud dari
sampel yang berkorelasi itu adalah nilai atau skor dari kedua sampel diambil dari subjek yang sama atau dapat juga diambil dari subjek yang berbeda, namun harus
memiliki karakteristik yang sama Hartono, 2004. Dalam hal ini untuk mengetahui adakah perbedaan tingkat agresivitas pada
kelompok  eksperimen  dan  kontrol  saat  pretest  dan  postest,  teknik  yang  dipakai adalah  dengan  Independent  Sample  t-test.  Alasannya  adalah  karena  distribusi
sampel  diambil  dari  kelompok  subjek  yang  berbeda  atau  sering  disebut  sebagai sampel  bebas.  Sementara  itu  untuk  mengetahui  adakah  perbedaan  tingkat
agresivitas  di  dalam  satu  kelompok  yang  sama  eksperimen  mendapat  intervensi dan kontrol tidak mendapat intervensi, teknik yang dipakai adalah dengan Paired
Sample t-test Nurgiyantoro, Marzuki dan Gunawan, 2002.
Universitas Sumatera Utara
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4. 1. Deskripsi Subjek Penelitian
Jumlah  total  subjek  dalam  penelitian  ini  ada  20  orang,  kemudian  peneliti membaginya menjadi  dua  yaitu  10 orang di  KE  Kelompok Eksperimen  dan 10
orangnya  lagi  di  KK  Kelompok  Kontrol.  Dari  awal  penelitian  hingga  selesai jumlah  subjek  tidak  ada  yang  berubah,  karena  semua  datanya  komplit  diterima
oleh peneliti. Pada masing-masing kelompok, karakteristik atau perbedaan subjek cukup merata. Peneliti menempatkan subjek secara acak ke dalam kelompok yang
dapat  diperbandingkan  dengan  seimbang.  Perbedaan-perbedaan  tersebut  dapat diketahui  dari  data  yang  sudah  diperoleh  diantaranya:  taraf  kecerdasan,  kelas,
usia, kategorisasi skor dari skala CPRS Conduct Problem Risk Screen dan skala BAQ Buss-Perry Aggression Questionnaire.
Peneliti  menyadari  kalau  keunikan  lainnya  pada  masing-masing  subjek masih  banyak,  seperti  perbedaan  dalam  keterampilan  yang  dikuasai,  hobi  dan
sebagainya. Akan tetapi karena pertimbangan praktis dalam penelitian ini, peneliti tidak mengumpulkan data tersebut secara terperinci. Namun peneliti ada mencatat
beberapa  hal  yang  khusus  dari  keunikan  subjek,  melalui  wawancara  saat  proses intervensi  berlangsung  dan  sesudahnya.  Secara  terperinci  gambaran  umum
mengenai subjek penelitian,  dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara