Desain Penelitian Analisa Data

2 Skor skala CPRS Conduct Problem Risk Screen, berada pada taraf sedang hingga sangat tinggi. 3 Skor skala BAQ Buss-Perry Aggression Questionnaire, berada pada taraf sedang hingga sangat tinggi. 4 Semua subjek penelitian yang terpilih akan diukur taraf kecerdasannya dengan alat tes SPM Standard Progressive Matrice.

3.4. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah The Pretest-Posttest Control Group Design Shadish Cook, 2002. Penempatan subjek penelitian ke dalam kelompok eksperimen dan kontrol, dilakukan dengan cara random assignment. Dalam hal ini random assignment penempatan secara acak digunakan untuk membentuk kelompok-kelompok yang dapat diperbandingkan dengan menyeimbangkan atau menyamaratakan karakteristik-karakteristik subjek atau perbedaan individual pada semua kondisi manipulasi variabel independen Shaughnessy et al., 2007. Kedua kelompok akan diberikan pretest dan hanya kelompok eksperimen saja yang akan menerima intervensi. Sementara kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan intervensi, namun setelah itu kedua kelompok akan diberikan posttest. Adapun format rancangan eksperimennya dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini: Gambar 3. Rancangan Eksperimen KE  R O 1 X O 2 KK  R O 1 O 2 Universitas Sumatera Utara Keterangan: KE = Kelompok Eksperimen X = mendapat perlakuan intervensi KK = Kelompok Kontrol O 1 = pretest R = Random assignment O 2 = posttest

3.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara yaitu: menggunakan skala, wawancara, observasi dan lembaran tugas yang diisi oleh subjek. Penggunaan skala merupakan metode utama dan yang lainnya metode tambahan.

3.5.1. Skala

Ada dua skala yang digunakan yaitu: skala CPRS Conduct Problem Risk Screen dan skala BAQ Buss-Perry Aggression Questionnaire. 1 Skala CPRS Conduct Problem Risk Screen Skala CPRS digunakan sebagai screening dan bertujuan untuk mendapatkan remaja yang tergolong disruptive behavior disorders. Skala ini dipilih berdasarkan pertimbangan kepraktisan, selain mudah untuk digunakan, juga hemat waktu dalam mengerjakannya karena jumlahnya yang sedikit hanya 7 aitem. Pengisian skala akan dilakukan oleh orangtua atau guru dan alternatif jawaban terdiri dari 5 karena dalam bentuk skala Likert, berawal dari tidak pernah skor 0 hingga sangat sering skor 5. Adapun aspek-aspek yang diungkap, tidak hanya mewakili symptom CD tetapi juga ODD Waschbusch, dalam Duncombe et al., 2012. Universitas Sumatera Utara 2 Skala BAQ Buss-Perry Aggression Questionnaire Skala BAQ digunakan untuk mengetahui tingkat agresevitas subjek, mengungkap empat faktor yaitu: physical aggression, anger, hostility dan verbal aggression, yang berisi 29 aitem Demirtas, 2012. Skala ini nantinya akan diisi langsung oleh subjek, yang diberikan sebelum dan sesudah intervensi. Alternatif jawabannya juga terdiri dari 5 karena dalam bentuk skala Likert, berawal dari tidak pernah skor 0 hingga sangat sering skor 5.

3.5.2. Wawancara

Wawancara merupakan metode tambahan, yang digunakan untuk memperkaya data penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui hal-hal yang terjadi pada diri subjek selama penelitian berlangsung dan perubahan yang dialaminya setelah penelitian. Dalam hal ini peneliti juga akan menanyakan tentang kondisi subjek dari guru atau orangtua, untuk mencocokkan informasi yang sudah diterima oleh peneliti.

3.5.3. Observasi

Observasi merupakan metode tambahan, yang digunakan untuk memperkaya data penelitian. Dimana peneliti akan mengamati subjek selama proses intervensi berlangsung, begitu pula setelah penelitian dilakukan dengan memperhatikan perilaku subjek saat beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari selama di sekolah. Universitas Sumatera Utara

3.5.4. Lembaran Tugas

Ada beberapa lembaran tugas yang harus diisi oleh subjek, pada sesi-sesi tertentu selama proses intervensi berlangsung. Dimana lembaran tugas tersebut akan menjadi alat bukti yang nyata terlihat dan nantinya juga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap intervensi yang sudah dilakukan.

3.6. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terbagi menjadi dua bagian yaitu: tahap persiapan penelitian dan tahap pelaksanaan penelitian.

3.6.1. Tahap Persiapan Penelitian

Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan peneliti dalam tahap persiapan penelitian ini adalah: 1 Menterjemahkan skala ke bahasa Indonesia Skala CPRS Conduct Problem Risk Screen berisi 7 aitem dan skala BAQ Buss-Perry Aggression Questionnaire berisi 29 aitem. Adapun gambaran mengenai isi aitem skala CPRS, dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Blue-print Skala CPRS Symptoms Nomor Aitem Jumlah ODD 5, 6, 7 3 CD 2, 3 2 ADHD 1,4 2 Total 7 Kemudian untuk mengetahui lebih jelas tentang gambaran isi aitem skala BAQ, dapat dilihat dari tabel 2 di bawah ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Blue-print Skala BAQ Faktor Nomor Aitem Jumlah Physical Aggression 2, 5, 8, 11, 13, 16, 22, 25, 29 9 Anger 1, 9, 12, 18, 19, 23, 28 7 Hostility 3, 7, 10, 15, 17, 20, 24, 26 8 Verbal Aggression 4, 6, 14, 21, 27 5 Total 29 2 Orientasi kancah Merupakan proses dalam mencari informasi mengenai sekolah yang akan dipilih, dimana murid-muridnya memiliki ciri-ciri yang sudah ditentukan pada penelitian ini. Dalam hal ini peneliti akan memilih sekolah SMPN 1 Kutacane, yang lokasinya berada di kabupaten Aceh Tenggara. Ada beberapa alasan peneliti memilih sekolah ini yaitu: a ada permintaan dari kepala sekolah dan guru-guru, untuk menangani siswa nya yang dilabel “nakal”; b sebagai wujud rasa tanggung jawab moral peneliti sebagai guru BK Bimbingan Konseling di sekolah tersebut, yang selama ini kurang bisa aktif bertugas karena sedang mengikuti perkuliahan Magister Profesi Psikologi kekhususan Klinis Anak di USU; dan c peneliti menguasai lokasi dan adanya dukungan dari rekan-rekan seprofesi yang siap membantu dalam proses penelitian ini. 3 Uji coba skala Skala CPRS dan skala BAQ perlu diuji cobakan, supaya dapat diketahui apakah skala tersebut mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Dalam hal ini skala tersebut diuji validitasnya dan setelah aitem-aitem terpilih maka dilanjutkan dengan uji reliabilitas yang mengacu Universitas Sumatera Utara kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur Azwar, 1999. Meskipun peneliti menggunakan metode uji coba terpakai yaitu bersamaan dengan pengambilan data pertama. Akan tetapi sebelum skala diberikan oleh subjek penelitian yang sebenarnya, peneliti melakukan evaluasi terlebih dahulu, dengan tujuan agar isi dari aitem skala dapat difahami dengan jelas oleh responden. Evaluasi tersebut dilakukan pada 6 orang siswa SMP, rekan mahasiswa di Magister Psikologi Profesi USU dan professional judgement dosen pembimbing. Uji coba skala dilakukan selama tiga hari, yang dimulai dari tanggal 9 – 11 Januari 2014. Adapun cara yang dilakukan dalam menguji validitas dengan menggunakan teknik corrected item-total correlation, yaitu mengkorelasikan masing-masing skor aitem dengan skor total dan melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang over estimasi. Pengolahan data diproses dengan program SPSS Statistical Product and Service Solution 18, sehingga nantinya akan diperoleh aitem yang valid. Cara dalam menguji realibilitasnya menggunakan metode Cronbach’s Alpha, karena sesuai untuk bentuk skala Likert. Pengolahan data diproses dengan program SPSS 18, sehingga nantinya akan diperoleh aitem yang reliabel Sulistyo, 2010. Berdasarkan hasil analisa data diperoleh semua aitem dari skala CPRS dan BAQ dinyatakan valid juga reliabel, karena nilainya 0,361 signifikansi 5, n=30 dan nilai kritik r : 0,361, lebih rinci ada pada lampiran. 4 Penyusunan norma kategorisasi skala Tujuan diperlukannya menyusun norma kategorisasi skala yaitu, agar mempermudah peneliti dalam menginterpretasi skor yang diperoleh subjek, Universitas Sumatera Utara sehingga dapat dikategorisasikan dalam beberapa tingkatan sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Kedua skala berbentuk skala Likert, dengan rentang nilai skor bergerak dari 0-4. Pada skala CPRS berisi 7 aitem, sementara skala BAQ berisi 29 aitem. Mengacu pada rumus norma kategorisasi yang dikemukakan oleh Azwar 1999, untuk menginterpretasi skor yang diperoleh subjek ke dalam tingkatan perilaku remaja disruptive behavior disorders dapat dilihat pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Norma Kategorisasi Skala CPRS Sedangkan untuk menginterpretasi skor yang diperoleh subjek ke dalam tingkatan agresivitas dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini: Tabel 4. Norma Kategorisasi Skala BAQ 5 Mengukur kecerdasan dengan alat tes SPM Standard Progressive Matrice Semua subjek penelitian yang terpilih, akan diukur kecerdasan secara klasikal dengan alat tes SPM. Pengukuran dilakukan selama satu hari, pada tanggal 13 Januari 2014. Adapun hasilnya, dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini: Rumus Skor Kategorisasi Keterangan X ≤ - 1,5 σ X ≤ 7 Sangat rendah X = 14 σ = 4,6 0,5 σ = 2,3 1,5 σ = 6,9 - 1,5 σ ฀ X ≤ - 0,5 σ 7 ฀ X ≤ 12 Rendah - 0,5 σ ฀ X ≤ + 0,5 σ 12 ฀ X ≤ 16 Sedang + 0,5 σ ฀ X ≤ + 1,5 σ 16 ฀ X ≤ 21 Tinggi + 1,5 σ ฀ X 21 ฀ X Sangat tinggi Rumus Skor Kategorisasi Keterangan X ≤ - 1,5 σ X ≤ 29 Sangat rendah X = 58 σ = 19,3 0,5 σ = 9,65 1,5 σ = 28,95 - 1,5 σ ฀ X ≤ - 0,5 σ 29 ฀ X ≤ 48 Rendah - 0,5 σ ฀ X ≤ + 0,5 σ 48 ฀ X ≤ 68 Sedang + 0,5 σ ฀ X ≤ + 1,5 σ 68 ฀ X ≤ 87 Tinggi + 1,5 σ ฀ X 87 ฀ X Sangat tinggi Universitas Sumatera Utara Tabel 5. Taraf Kecerdasan Subjek dengan Alat Tes SPM 6 Penyusunan modul AMT Anger Management Training Materi dan teknik-teknik yang diberikan pada pada modul AMT ini dikembangkan peneliti dari tiga buku yaitu: anger management for men Greene, 2003; anger management Bhave Saini, 2009; dan anger management for substance abuse and mental health clients Reilly Shopshire, 2002. Peneliti merencanakan AMT akan dilakukan dalam tiga kali pertemuan pada pertemuan pertama ada 4 sesi, pertemuan kedua ada 1 sesi dan pertemuan ketiga ada 4 sesi, yang memerlukan waktu 2 jam 120 menit disetiap pertemuannya. Rancangan modul AMT secara garis besar ada pada tabel 6, namun lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran. NO Kelompok Inisial Subjek Skor pada SPM Taraf Kecerdasan Keterangan 1 Eksperimen FA 15 Kurang Sekali KS = Intellectually defective 2 CAP 41 Sedang 3 NS 33 Kurang 4 AZ 35 Kurang 5 TZ 36 Kurang K = Definisitely below average in intellectual capacity 6 RHM 20 Kurang Sekali 7 AD 49 Baik 8 AS 38 Sedang 9 SP 35 Kurang S = Intellectually Average 10 MJR 26 Kurang Sekali 11 Kontrol AWS 28 Kurang 12 FF 30 Kurang 13 AJI 17 Kurang Sekali B = Definisitely above the average in intellectual capacity 14 JS 45 Sedang 15 YPA 36 Kurang 16 FJ 13 Kurang Sekali 17 AUM 10 Kurang Sekali BS = Intellectually superior 18 ARD 32 Kurang 19 IM 14 Kurang Sekali 20 HDL 21 Kurang Sekali Universitas Sumatera Utara Tabel 6. Rancangan Modul Anger Management Training Sesi Kegiatan Tujuan Materi Metode I  Pembukaan.  Ice breaking.  Peserta memahami tujuan intervensi dan jumlah sesi yang akan dijalani.  Mengakrabkan antara sesama peserta dan fasilitator.  Penjelasan secara verbal oleh fasilitator dan menanyakan harapan peserta mengikuti intervensi.  Permainan bisikan punggung.  Pemahaman dasar tentang marah.  Memahami tentang marah, secara lebih khusus.  Definisi marah.  Mitos tentang marah.  Metode diskusi kasus dan presentasi. II  Memahami ekspresi marah dan akibatnya.  Supaya seseorang semakin yakin dalam memilih ekspresi marahnya, dengan mempertimbangkan akibatnya.  Ekspresi marah.  Marah dan konsekuensinya.  Metode diskusi kasus dan presentasi. III  Mengidentifikasi diri saat marah.  Supaya seseorang menyadari isyarat fisik yang ditimbulkan pada saat marah dan pemicu yang menyebabkannya.  Mengenal isyarat fisik saat marah.  Menentukan kejadian atau situasi, yang menjadi pemicu marah.  Metode diskusi kasus, presentasi dan latihan individual. IV  Mengontrol pikiran marah dan menentukan tingkat kemarahan.  Penutupan sesi.  Supaya seseorang mau mengakui kemarahannya dan dapat menentukan tingkat kemarahannya dengan pemicu yang menyebabkannya.  Fasilitator mendapat feed back dari peserta.  Mengontrol pikiran marah.  Menentukan tingkatan kemarahan dengan menggunakan anger meter.  Menyimpulkan materi yang melibatkan peserta secara aktif. Metode diskusi kasus, presentasi dan latihan individual. Universitas Sumatera Utara V  Pembukaan.  Memahami anger management melalui film.  Penutupan sesi.  Menyegarkan kembali ingatan di sesi sebelumnya.  Melihat cara mengekspresikan marah seseorang dan tekniknya.  Fasilitator mendapat feed back dari peserta.  Penjelasan materi intervensi terkait dengan film.  Menonton film anger management.  Review film. Metode modelling perilaku dan diskusi kasus. VI  Pembukaan.  Relaksasi otot dan pernapasan.  Menyegarkan kembali ingatan di sesi sebelumnya.  Memahami cara untuk relaksasi otot dan pernapasan.  Merefleksikan materi intervensi sebelumnya.  Teknik progressive muscle relaxation.  Teknik pernapasan.  Metode presentasi dan modelling perilaku. VII  Cara menyelesaikan konflik.  Memahami cara untuk menyelesaikan konflik, dengan cara yang asertif.  Conflict Resolution Model.  Metode diskusi kasus dan presentasi. VIII  Cara mengontrol marah.  Supaya seseorang dapat mengontrol marahnya dengan cara yang diinginkannya.  Teknik-teknik anger management training.  Metode diskusi kasus dan presentasi. IX  Perencanaan dalam mengontrol marah.  Penutupan intervensi.  Supaya seseorang dapat membuat perencanaan dalam mengontrol marahnya di kemudian hari.  Mengakhiri pelaksanaan intervensi.  Anger control plans.  Menutup acara. Metode presentasi, diskusi kasus dan latihan individual. Universitas Sumatera Utara 7 Uji coba dan evaluasi modul AMT Anger Management Training Sebelum modul diberikan oleh subjek penelitian yang sebenarnya, peneliti melakukan evaluasi terlebih dahulu, dengan tujuan agar isi dari materi modul AMT dapat difahami dengan jelas. Evaluasi tersebut dilakukan pada 2 orang siswa SMP, rekan mahasiswa di Magister Psikologi Profesi USU dan professional judgement dosen pembimbing. 8 Seleksi subjek penelitian Subjek penelitian yang akan dipilih adalah remaja yang memiliki kriteria disruptive behavior disorder dalam kategori sedang hingga sangat tinggi, serta memiliki tingkat agresivitas dalam kategori sedang hingga sangat tinggi. Hasil seleksi subjek penelitian yang terpilih, secara terperinci dapat dilihat pada tabel 7 berikut: Tabel 7. Hasil Seleksi Subjek Penelitian Skala Kategorisasi Total Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah CPRS 6 14 10 30 BAQ 4 16 2 8 30 Berdasarkan skala CPRS jika dilihat dari skornya, semua subjek yang berjumlah 30 orang memenuhi syarat untuk mengikuti penelitian. Namun jika dilhat dari skala BAQ, skor agresivitas subjek yang memenuhi syarat untuk mengikuti penelitian hanya 20 orang. Oleh karena itu peneliti hanya memilih 20 orang saja yang bisa mengikuti peneilitian, yaitu subjek yang memiliki skor dalam kategori sedang hingga sangat tinggi pada skala CPRS dan BAQ. Universitas Sumatera Utara 9 Menentukan fasilitator AMT Anger Management Training Dalam pelaksanaan intervensi AMT, peneliti akan berperan sebagai fasilitator. Adapun alasannya selain peneliti sudah memiliki pengalaman dalam mempresentasikan materi diberbagai kegiatan, peneliti juga sudah mendapat persetujuan dari dosen pembimbing professional judgement.

3.6.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Dari awal, peneliti sudah membangun hubungan baik good rapport dengan subjek penelitian. Subjek yang memenuhi kriteria penelitian, kemudian dibagi menjadi dua kelompok kontrol dan eksperimen. Setelah itu peneliti menjelaskan kepada subjek akan tujuan intervensi, bentuk kegiatan dan jadwal pelaksanaan penelitian. Secara formal peneliti meminta persetujuan dari masing- masing subjek, dengan memberikan lembaran informed consent yang ditanda tangani langsung oleh subjek itu sendiri. Pelaksanaan intervensi AMT rencananya akan dilakukan setelah pulang sekolah, supaya tidak mengganggu jam pelajaran dan menggunakan ruangan yang tersedia di gedung sekolah. Akan tetapi karena kondisinya saat itu untuk semua siswa kelas IX diberlakukan “wajib les” setelah pulang sekolah, maka waktu pelaksanaan intervensi menjadi berubah. Kemudian kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum membuat kebijakan, dengan memberikan izin pada 10 orang anak yang terpilih untuk permisi meninggalkan jam pelajaran selama intervensi berlangsung. Ada beberapa alasan yang mendasarinya yaitu mengikuti intervensi AMT juga merupakan proses pembelajaran, apalagi siswa Universitas Sumatera Utara tersebut sering membuat ribut di dalam kelas dan kurang termotivasi untuk belajar dalam sehari-harinya, sehingga dengan memberikan izin pada mereka untuk mengikuti intervensi AMT diharapkan dapat memberikan perubahan nantinya. Pelaksanaan intervensi akhirnya dilakukan pada pagi hari, dimulai dari pukul 08.30 –10.30 WIB. Intervensi AMT akan dilakukan selama tiga kali pertemuan pada pertemuan pertama ada 4 sesi, pertemuan kedua ada 1 sesi dan pertemuan ketiga ada 4 sesi, yang memerlukan waktu 2 jam 120 menit disetiap pertemuannya. Mengenai jadwal pertemuan intervensi, dapat dilihat pada tabel 8: Tabel 8. Jadwal Pertemuan Intervensi Pertemuan Tanggal Sesi Kegiatan Pertama 16 Januari 2014 I  Pembukaan.  Ice breaking.  Pemahaman dasar tentang marah. II  Memahami ekspresi marah dan akibatnya. III  Mengidentifikasi diri saat marah. IV  Mengontrol pikiran marah dan tingkat kemarahan.  Penutupan sesi. Kedua 18 Januari 2014 V  Pembukaan.  Memahami anger management melalui film.  Penutupan sesi. Ketiga 20 Januari 2014 VI  Pembukaan.  Relaksasi otot dan pernapasan. VII  Cara menyelesaikan konflik. VIII  Cara mengontrol marah. IX  Perencanaan dalam mengontrol marah.  Penutupan intervensi. Peneliti memberikan pretest skala agresivitas secara bersamaan pada kedua kelompok, lima hari sebelum intervensi. Sementara posttest skala agresivitas diberikan bersamaan, setelah lima hari dari pelaksanakan intervensi. Universitas Sumatera Utara

3.7. Analisa Data

Penelitian ini menghasilkan dua jenis data yaitu: data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang dihasilkan berupa nilai dari skala CPRS Conduct Problem Risk Screen dan skala BAQ Buss-Perry Aggression Questionnaire. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil observasi saat eksperimen, lembar tugas saat eksperimen, wawancara dari orangtua atau guru dan kesemuanya akan dikaitkan untuk memperkuat data yang diperoleh dari intervensi. Pada data kuantitatif akan dianalisis dengan metode statistik melalui SPSS 18, supaya dapat membuktikan dari hipotesis penelitian. Sesuai dengan desain penelitian yang sudah dibuat, pada kelompok eksperimen nantinya setelah pretest akan mendapat perlakuan intervensi berupa anger management training dan kelompok kontrol setelah pretest tidak diberikan intervensi. Penelitian eksperimen ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah intervensi anger management training efektif dalam menurunkan agresivitas pada remaja disruptive behavior disorders. Maka dari itu teknik statistik yang tepat untuk melihat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok tersebut, yaitu dengan menggunakan t-test Nurgiyantoro, Marzuki dan Gunawan, 2002. Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam uji t-test itu adalah dua macam sampel yang bersifat independen dan populasinya dari dua macam sampel normal, serta variansnya sama atau homogen Suryono, 2009. Oleh karena itu uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas, menjadi langkah awal yang perlu dilakukan sebelum menguji hipotesis penelitian. Uji normalitas dilakukan untuk memperlihatkan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi Universitas Sumatera Utara normal dan teknik yang pakai yaitu dengan uji Kolmogorov-Sminorv. Kemudian uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama dan teknik yang dipakai yaitu Homogenity of Variance Sulistyo, 2010. Setelah itu analisis data dilanjutkan dengan uji t-test, yang bertujuan untuk menguji hipotesis tentang mean dua populasi normal Suryono, 2009. Subjek yang terseleksi dalam penelitian ini berjumlah 20 orang dan tergolong sampelnya kecil. Meskipun begitu t-test masih bisa digunakan dengan sampel kecil N30 yang berkorelasi da n sampel besar N≥30 yang berkorelasi. Dimana maksud dari sampel yang berkorelasi itu adalah nilai atau skor dari kedua sampel diambil dari subjek yang sama atau dapat juga diambil dari subjek yang berbeda, namun harus memiliki karakteristik yang sama Hartono, 2004. Dalam hal ini untuk mengetahui adakah perbedaan tingkat agresivitas pada kelompok eksperimen dan kontrol saat pretest dan postest, teknik yang dipakai adalah dengan Independent Sample t-test. Alasannya adalah karena distribusi sampel diambil dari kelompok subjek yang berbeda atau sering disebut sebagai sampel bebas. Sementara itu untuk mengetahui adakah perbedaan tingkat agresivitas di dalam satu kelompok yang sama eksperimen mendapat intervensi dan kontrol tidak mendapat intervensi, teknik yang dipakai adalah dengan Paired Sample t-test Nurgiyantoro, Marzuki dan Gunawan, 2002. Universitas Sumatera Utara 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. 1. Deskripsi Subjek Penelitian

Jumlah total subjek dalam penelitian ini ada 20 orang, kemudian peneliti membaginya menjadi dua yaitu 10 orang di KE Kelompok Eksperimen dan 10 orangnya lagi di KK Kelompok Kontrol. Dari awal penelitian hingga selesai jumlah subjek tidak ada yang berubah, karena semua datanya komplit diterima oleh peneliti. Pada masing-masing kelompok, karakteristik atau perbedaan subjek cukup merata. Peneliti menempatkan subjek secara acak ke dalam kelompok yang dapat diperbandingkan dengan seimbang. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat diketahui dari data yang sudah diperoleh diantaranya: taraf kecerdasan, kelas, usia, kategorisasi skor dari skala CPRS Conduct Problem Risk Screen dan skala BAQ Buss-Perry Aggression Questionnaire. Peneliti menyadari kalau keunikan lainnya pada masing-masing subjek masih banyak, seperti perbedaan dalam keterampilan yang dikuasai, hobi dan sebagainya. Akan tetapi karena pertimbangan praktis dalam penelitian ini, peneliti tidak mengumpulkan data tersebut secara terperinci. Namun peneliti ada mencatat beberapa hal yang khusus dari keunikan subjek, melalui wawancara saat proses intervensi berlangsung dan sesudahnya. Secara terperinci gambaran umum mengenai subjek penelitian, dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini: Universitas Sumatera Utara