Komposisi dan Persyaratan Obat Tradisional

D. Komposisi dan Persyaratan Obat Tradisional

Dalam upaya pembinaan industri obat tradisional, pemerintah melalui Depkes telah memberikan petunjuk pembuatan obat tradisional dengan komposisi rasional melalui pedoman rasionalisasi komposisi obat tradisional dan petunjuk formularium obat tradisional. Perlu diketahui racikan simplisia yang rasional agar ramuan obat yang diperoleh mempunyai khasiat sesuai maksud pembuatan jamu tersebut.

Komposisi obat tradisional yang biasa diproduksi oleh industri jamu dalam jamu bentuk sederhana pada umumnya tersusun daei bahan baku yang sangat banyak bervariasi. Sedangkan bentuk obat ekstrak alam dan fitofarmaka pada umumnya tersusun dari simplisia tunggal atau maksimal 5 macam jenis bahan tanaman obat. Agar dapat disusun suatu komposisi obat tradisional maka beberapa hal yang perlu diketahui adalah :

1. Nama umum obat tradisional / jamu Jamu yang diproduksi pada umumnya mempunyai tujuan pemanfaatan yang

tercermin dari nama umum jamu. Perlu diketahui bahwa terdapat peraturan tentang pendanaan obta tradisional. Jamu yang diproduksi dan didistribusikan kepada konsumen harus diberi label yang menjelaskan manfaat – manfaat atau khasiat jamu.

Secara umum juamu dibedakan menjadi dua, yaitu yang bertujuan untuk menjaga kesehatan atau promotif dan mencegah dari kesakitan, serta jamu yang dimanfaatkan untuk mengobati keluhan penyakit. Tujuannya adalah :

a. Tujuan promotif atau preventif Ada beberapa jamu preventif atau promotif yang beredar di pasaran. Jamu

tersebut diprpduksi oleh industri obat tradisional baik besar maupun kecil.

b. Tujuan kuratif Jamu dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit atau menghilangkan

gejala penyakit cukup banyak dijumpai. Bahkan, saat ini industri farmasi bersaing dengan industri obat tradisional memproduksi berbagai obat tradisional yang berguna untuk terapai suatu penyakit. Obat tradisional ini sebagian telah diproduksi dalam bentuk ekstrak bahan alam, bahkan sebagian dalam bentuk fitofarmaka.

2. Komposisi bahan penyusun jamu Menyususn kompisisi bahan penyususn jamu dilakukan dengan

memperhatikan manfaat yang akan diambil dari ramuan yang dibuat serta kegunaan dari masing – masing simplisia penyusun obat tersebut. Tujuan pemanfaatan jamu untuk suatu jenis keadaan tertentu harus memperhatikan keluhan yang biasa dialami pada kondisi tersebut.

3. Simplisia dan kegunaan

Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Dari jenis simplisia yang umum digunakan oleh industri jamu, ada beberapa tanaman yang mempunyai kegunaan yang mirip satu dengan yang lainnya meskipun pasti juga terdapat perbedaan mengingat kandungan bahan berkhasiat antara satu tanaman dengan lainnya tidak dapat sama.

Pengetahuna tentang kegunaan dari maisng – masing simplisia sangat penting, sebab dengan diketahui kegunaan masing – masing simplisia, diharapkan tidak terjadi tumpang tindih pemnafaatan tanaman obat serta dapat mencarikan alternatif pengganti yang tepat apabila simplisia yang dibutuhkan ternyata tidak dapat ternyata tidak dapat diperoleh.

4. Penelitian yang telah dilakukan terhadap simplisia penyusun obat tradisional

Obat tradisional terdiri dari berbagai jenis tanaman dan bagian tanaman. Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional maka obat tradisional yang terbukti berkhasiat perlu dimanfaatkan dan ditingkatkan kualitasnya. Penelitian yang dlakukan terhadap tanaman obat sangat membantu dalam pemilihan bahan baku obat tradisonal. Pengalaman empiris ditunjang dengan penelitian semakin memberikan keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional.

Sehubungan dengan mutu, kepada para pengusaha yang bergerak di bidang industri obat khususnya obat tradisional dalam pembuatan obat harus memenuhi persyaratan keamanan, kemanfaatan dan mutu, sesuai dengan Keputusna Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 661/MENKES/SK/VII/1994. Secara garis besar pemerintah telah mengeluarkan beberapa petunjuk, yakni :

a. Kadar air tidak lebih dari 10%. Hal ini untuk mencegah berkembang biaknya bakteri, kapang dan khamir (ragi).

b. Jumlah kapang dan khamir tidak lebih dari 10.000

c. Jumlah bakteri non- patogen tidak lebih dari 1.000.000

d. Bebas dari bakteri patogen seperti salmonella.

e. Jamu yang berbentuk pil atau tablet, daya hancur tidak lebih dari 15 menit (menurut Farmakope Indonesia). Toleransi sampai 45 menit.

f. Tidak boleh tercemar atau diselundupi bahan kimia berkhasiat.