Penanggulangan HIV/AIDS dan TBC

D. Penanggulangan HIV/AIDS dan TBC

Dalam penaggulangan TBC dan HIV/AIDS terjadi apa yang disebut infeksi oportunistik. Infeksi oporunistik adalah masuknya agent penyakit dalam host sesudah masuknya agent penyakit lain yang telah lebih dulu melemahkan sistem kekebalan tubuh host. Masuknya kuman TBC ke tubuh penderita terjadi karena lemahnya sistem kekebalan tubuh penderita karena telah terinfeksi HIV.

1. Perjalanan Penyakit TBC pada penderita HIV/AIDS

Infeksi kuman tuberkulosis yang telah terjadi biasanya tercegah dengan adanya sistem pertahanan tubuh. Hal ini menjelaskan mengapa hanya 5-10% selama hidupnya orang yang sehat (tidak mengidap HIV/AIDS) akan menderita TBC. Hal itu tidak mengherankan karena HIV adalah penyakit infeksi yang berkaitan erat dengan kerusakan sistem kekebalan seluler, sedangkan orang yang terinfeksi HIV, imunitas selulernya rusak. Infeksi tuberkulosis seringkali mendahului diagnosis AIDS. Bahkan seseorang yang terinfeksi HIV sekarang dimasukkan dalam diagnosis AIDS bila ditemukan tuberkulosis di luar paru (ekstra pulmoner).

Penyakit tuberkulosis yang menyebar di luar paru attau tuberkulosis kelenjar terjadi 70-82% pasien serepositif HIV dengan tuberkulosis. Walaupun penampilan pertama menyerang paru. Gambaran rontgen paru biasanya tidak seperti tuberkulosis biasa. Jarang ditemukan kavitas dan kelainan pada apex. Tes kulit PPD biasanya negatif, sputum (dahak) BTA sering negatif. Untuk menegakkan diagnosis biasanya diperlukan bronkoskopi atau biopsi dari kelenjar liver dan otak. Gambaran khas sulit ditemukan, mungkin karena daya tahan tubuh pasien sudah kehilangan kemampuan untuk membuat reaksi granuloma (Zubairi Djoerban, 1995).

Manifestasi klinis penderita TBC pada pengidap HIV/AIDS dapat menderita komplikasi, antara lain berupa: (Dirjen PPM dan PLP, 1996):

a. Batuk darah (haemoptysis) a. Batuk darah (haemoptysis)

c. Bronchiectasis, fibrosis pada paru. Ini merupakan akibat dari penyakit TB paru yang meluas.

d. Insufiensi kardio pulmoner (cor pulmonale chronicum).

e. Tuberkulosis ekstra paru yang menyerang pleura, selaput otak, tulang dan ginjal.

2. Epidemologi TBC pada Pengidap HIV/AIDS

Menurut WHO, infeksi HIV terbukti merupakan faktor yang memudahkan timbulnya tuberkulosis pada orang yang terinfeksi M. Tuberculosis. Risiko terkena TB pada orang yang terifeksi HIV setiap tahun adalah 5-10%, namun risiko seumur hidup (lifetime risk) tinggi sekali, yaitu sekitar 50% (Pokdisus AIDS FKUI, 1998). Angka kesakitan TBC pada penderita HIV/AIDS menempati nomor 2 setelah kandidiasis mulut (46,1%).

3. Program Penanggulangan TBC pada Pengidap HIV/AIDS

Program pnanggulangan TBC pada pengidap HIV/AIDS dapat dikatagorikan dalam 2 usaha, yaitu:

a. Program pencegahan Program pencegahan infeksi oportunistik TBC pada pengidap HIV/AIDS dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Menghilangkan faktor risiko untuk terinfeksi HIV pada masyarakat (pengidap TBC laten) dengan cara:

a) Menghindari kontak host dengan HIV

b) Pemeriksaan diri untuk tes HIV yang disertai dengan konseling sebelum dan sesudah tes.

c) Konseling sebelum tes HIV diberikn kepada orang yang mempertimbangkan untuk tes HIV.

d) Konseling sesudah tes diberikan kepada orang yang telah menjalani tes HIV dan telah mengetahui hasilnya.

2) Menghilangkan faktor risiko untuk terinfeksi Mycobacterium tubercolusis pada pengidap HIV dengan cara:

a) Diberikan penjelasan tentang TB dan perkembangannya pada saat konseling.

b) Diskrining terhadap TB secara klinis dan radiologis.

c) Bila terdapat kelainan paru harus dievaluasi terhadap kemungkinan TB aktif.

d) Bila terdapat di daerah endemik TB harus dievaluasi secara berkala terhadap penyakit TB (setiap 6 bulan).

e) Bila tidak terdapat TB aktif, maka diberikan terapi profilaksis.

b. Program Pengobatan TBC pada pengidap HIV/AIDS Sampai saat ini belum ada penelitian yang dapat menentukan obat penyembuh AIDS. Namun, telah ditemukan beberapa obat yang dapat menghambat infeksi HIV dan beberapa yang secara efektif dapat mengatasi infeksi oportunistik. Menurut Zubairi Djoerban (1995), pengobatan penderita AIDS diagi, yakni:

a) Pengobatan terhadap virus HIV

b) Pengobatan terhadap infeksi oportunistik

c) Pengobatan pendukung Pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi infeksi oportunistik penyakit

TBC pada pengidap HIV/AIDS, merupakan pengobatan definitif seperti pengobatan pada tuberkulusis biasa dengan sedikit perubahan.

Pendekatan pengobatan penderita AIDS seharusnya secara menyeluruh. Penderita tidak dianggap sebagai subjek dan obat hanyalah merupakan bagian dari pengobatan secara keseluruhan. Pengaturan diet, istirahat, olahraga,dan pengobatan psikologis, serta pendekatan keagamaan atau spiritual perlu mendapat perhatian khusus.