Penelitian Sebelumnya

2.6. Penelitian Sebelumnya

Catherine dan Rashid (2011), melakukan penelitian terhadap determinan FDI dengan memfokuskan pada variabel-variabel ekonomi makro dan karakteristik di ASEAN 5 periode 1975 – 2009. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis time series. Hipotesis dari penelitian ini adalah model faktor ekonomi makro sama baiknya dengan model faktor karakteristik negara sebagai determinan FDI di ASEAN 5. Variabel ekonomi makro yang digunakan terdiri atas, pertumbuhan ekonomi, tingkat produksi, nilai tukar, inflasi, dan derajat keterbukaan ekonomi. Sedangkan variabel karakteristik negara yang digunakan adalah pendapatan perkapita, infrastruktur, telekomunikasi, jumlah tenaga kerja, jumlah kedatangan turis, dan angka melek huruf. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel-variabel faktor ekonomi makro memilikki hubungan yang kuat sebagai determinan FDI di ASEAN 5, meskipun beberapa variabel tidak signifikan dan berdampak sebaliknya di beberapa negara. Di sisi lain, variabel-variabel faktor karakteristik negara dari model yang dihasilkan menunjukkan hubungan yang lemah Catherine dan Rashid (2011), melakukan penelitian terhadap determinan FDI dengan memfokuskan pada variabel-variabel ekonomi makro dan karakteristik di ASEAN 5 periode 1975 – 2009. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis time series. Hipotesis dari penelitian ini adalah model faktor ekonomi makro sama baiknya dengan model faktor karakteristik negara sebagai determinan FDI di ASEAN 5. Variabel ekonomi makro yang digunakan terdiri atas, pertumbuhan ekonomi, tingkat produksi, nilai tukar, inflasi, dan derajat keterbukaan ekonomi. Sedangkan variabel karakteristik negara yang digunakan adalah pendapatan perkapita, infrastruktur, telekomunikasi, jumlah tenaga kerja, jumlah kedatangan turis, dan angka melek huruf. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel-variabel faktor ekonomi makro memilikki hubungan yang kuat sebagai determinan FDI di ASEAN 5, meskipun beberapa variabel tidak signifikan dan berdampak sebaliknya di beberapa negara. Di sisi lain, variabel-variabel faktor karakteristik negara dari model yang dihasilkan menunjukkan hubungan yang lemah

sebagai determinan FDI. Sehingga peneliti tidak berani menarik kesimpulan secara pasti terhadap determinan FDI di masing-masing negara.

Pourshahabi, Davoud, dan Ehsan (2011) dalam studinya di negara anggota OECD periode 1997-2007 menggunakan dua model yang diestimati dengan metode data panel. Pada model pertama, ditemukan bahwa investasi SDM, ukuran pasar, stabilitas politik, dan inflasi bepengaruh positif ddan signifikan terhadap FDI. Selain itu, dampak keterbukaan ekonomi terhadap FDI di negara OECD juga berpengaruh positif, meskipun tidak signifikan secara statistik. Pada model kedua, ditemukan hasil bahwa FDI, keterbukaan ekonomi, pengeluaran konsumsi pemerintah, investasi publik, dan investasi SDM mendorong pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Sedangkan, inflasi dan total utang mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi variabel inflasi tidak signifikan secara statistik.

Nurudeen, Wafure, dan Auta (2011) studi ini mengkaji faktor penentu utama dari asing langsung investasi (FDI) di Nigeria, menganalisis data tahunan selama 1970-2008, menggunakan teknik OLS dan error correction techniques. Hasil regresi menunjukkan bahwa keterbukaan ekonomi untuk perdagangan (OP), privatisasi (PR), tingkat infrastruktur pembangunan (FR), dan depresiasi nilai tukar (EXC) memiliki efek positif yang signifikan pada FDI inflows ke Nigeria. Selain itu, hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa ukuran pasar (PDB) negara tujuan FDI memiliki efek negatif yang signifikan terhadap FDI, sementara inflasi memilikki pengaruh signifikan dan positif terhadap FDI inflows ke Nigeria.

Srinivasan (2011) menggunakan pendekatan data panel random effect untuk mengeksplorasi determinan FDI di negara south asian association for regional cooperation (SAARC) periode 1970-2007. Hasil penelitian ini mengungkapkan Srinivasan (2011) menggunakan pendekatan data panel random effect untuk mengeksplorasi determinan FDI di negara south asian association for regional cooperation (SAARC) periode 1970-2007. Hasil penelitian ini mengungkapkan

bahwa ukuran pasar, GDP per kapita, keterbukaan perdagangan, fasilitas infrastruktur, inflasi, tingkat resiko dan ketidakpastian, dan pembentukan negara SAARC adalah faktor paling penting dalam menentukan FDI di negara-negara SAARC. Selain itu, hasil menunjukkan bahwa variabel lain seperti investasi SDM, tingkat industrialisasi, nilai tukar riil, investasi domestik tidak signifikan dalam menarik FDI ke negara SAARC.

Peng, et al (2011) menggunakan fungsi impulse respon dan estimasi metode variance decomposition untuk menyelidiki hubungan dinamis dua arah antara peran regulasi dan FDI selama 1985 untuk 2009 di China. Hasil dari impulse respon menunjukkan efek dampak regulasimenyebabkan nilai FDI menjadi menurun dalam jangka panjang. Dengan adanya dugaan adanya dampak kerusakan yang ditimbulkan, regulasi terhadap FDI yang dikeluarkan bergantung pada indikator regulasi yang digunakan. Selain itu, hasil impulse respon juga menunjukkan respon yang positif bahwa FDI akan mendorong kerusakan ekologi dan adanya intervensi kepada pemerintah untuk memperlonggar standar regulasi yang telah ditetapkan.

Hoang (2010), melakukan analisis terhadap determinan FDI di negara- negara Asia Tenggara periode 1991-2009 dengan menggunakan pendekatan data panel. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ukuran pasar, keterbukaan ekonomi, kualitas infrastruktur, sumber daya manusia, produktivitas tenaga kerja adalah faktor utama yang berpengaruh positif terhadap aliran FDI. Selain itu, kebijakan nilai tukar, tingkat suku bunga riil, resiko politik, dan kualitas institusi juga berpengaruh terhadap aliran FDI. Secara mengejutkan, tenaga kerja yang murah tidak mampu menarik aliran FDI di kawasan tersebut, karena investor asing lebih Hoang (2010), melakukan analisis terhadap determinan FDI di negara- negara Asia Tenggara periode 1991-2009 dengan menggunakan pendekatan data panel. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ukuran pasar, keterbukaan ekonomi, kualitas infrastruktur, sumber daya manusia, produktivitas tenaga kerja adalah faktor utama yang berpengaruh positif terhadap aliran FDI. Selain itu, kebijakan nilai tukar, tingkat suku bunga riil, resiko politik, dan kualitas institusi juga berpengaruh terhadap aliran FDI. Secara mengejutkan, tenaga kerja yang murah tidak mampu menarik aliran FDI di kawasan tersebut, karena investor asing lebih

tertarik pada produktivitas tenaga kerja. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa krisis keuangan Asia 1997 berdampak pada jumlah FDI yang masuk.

Kok dan Bernur (2009) melakukan investigasi terhadap determinan FDI yang paling baik di negara berkembang. Analisis dilakukan dengan metode data panel dengan menggunakan data 24 negara berkembang, periode 1983-2005 untuk FMOLS dan 1976-2005 untuk cross section SUR. Hasil temuan dalam penelitian ini adalah beberapa determinan FDI (volume perdagangan, jaringan telepon, gross capital formation , dan pertumbuhan GDP perkapita) memilikki pengaruh yang kuat dan positif terhadap FDI. Sedangkan, total utang/GDP dan inflasi memilikki dampak negatif terhadap FDI. Pada penelitian ini variabel telekomunikasi dengan indikator jaringan telepon menjadi determinan yang paling kuat pengaruhnya.

Bakir dan Alfawwaz (2009) penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan determinan FDI di Jordan. Studi ini menggunakan model gravity untuk melihat faktor penarik negara di kawasan Arab untuk menanamkan FDI ke Jordan periode 1996-2007. Selain itu, juga untuk mengetahui dampak perjanjian GAFTA terhadap FDI Jordan. Estimasi model dilakukan dengan metode data panel terhadap beberapa negara dan periode waktu. Kesimpulan dari studi ini menunjukkan ukuran pasar dengan indikator GDP dan GDP perkapita adalah determinan utama FDI. Sedangkan, variabel jarak, hambatan umum, dan ketersediaan tenaga kerja di masing-masing negara tidak signifikan terhadap FDI. Adanya perjanjian GAFTA tidak signifikan mempengaruhi aliran FDI.

Yol dan Teng-teng (2009) melakukan investigasi terhadap faktor-faktor jangka pendek dan jangka panjang yang mempengaruhi aliran FDI di Malaysia periode 1975-2006. Alat analisis yang digunakan adalah VECM dengan variabel Yol dan Teng-teng (2009) melakukan investigasi terhadap faktor-faktor jangka pendek dan jangka panjang yang mempengaruhi aliran FDI di Malaysia periode 1975-2006. Alat analisis yang digunakan adalah VECM dengan variabel

penelitian FDI, keterbukaan, nilai tukar riil, expor, GDP, dan infrastruktur. Hasil temuan dari kajian ini adalah dalam jangka panjang keputusan investasi FDI ke Malaysia secara positif dipengaruhi oleh nilai tukar riil, pertumbuhan GDP, infrastuktur, dan dipengaruhi secara negatif oleh variabel ekspor. Sedangkan, dalam jangka pendek, aliran FDI yang masuk ke Malaysia dipengaruhi secara negatif oleh lag dari FDI sendiri, pertumbuhan GDP, infrastruktur, ekspor, serta dipengaruhi secara positif oleh keterbukaan ekonomi, dan nilai tukar riil. Hasil error correction term (ECT) menyatakan bahwa kurang lebih 12% ketidakseimbangan dalam aliran FDI yang dikoreksi pada tiap tahunnya di Malaysia selama periode kajian.

Dermihan dan Masca (2008) melakukan studi eksplorasi dengan metode model ekonometrika cross-sectional dengan sampel 38 negara berkembang periode 2000-2004. Dalam model ini variabel dependenya adalah FDI, sedangkan variabel independentnya adalah, pertumbuhan GDP perkapita, tingkat inflasi, jaringan telepon utama per 1000 orang dalam log, biaya tenaga kerja per pekerja di sektor industri dalam log, derajat keterbukaan, resiko dan pajak korporasi. Berdasarkan hasil analisis ekonometrika dalam model utama ditemukan bahwa pertumbuhan GDP perkapita, jaringan telepon utama dan derajat keterbukaan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap FDI. Tingkat inflasi dan pajak korporasi berpengaruh negatif dan signifikan secara statistik. Biaya tenaga kerja berdampak positif dan resiko berdampak negatif, namun keduanya tidak signifikan secara statistik.

Kusumastuti (2008) melakukan analisis terhadap determinan FDI di negara berkembang ASIA dan dampaknya terhadap pertumbuhan industri. Analisis dilakukan dengan metode data panel untuk sampel 9 negara (ASEAN 6, China, India, Kusumastuti (2008) melakukan analisis terhadap determinan FDI di negara berkembang ASIA dan dampaknya terhadap pertumbuhan industri. Analisis dilakukan dengan metode data panel untuk sampel 9 negara (ASEAN 6, China, India,

dan Korea) periode 1999-2004. Pendekatan ekonometrika dengan data panel yang digunakan adalah dengan fix effect dan random effect. Kesimpulan dari studi ini adalah besarnya aliran FDI ditentukan oleh variabel resiko yang ada di negara tujuan dan variabel ekonomi makro seperti inflasi, resiko, keterbukaan ekonomi, dan tingkat pendidikan. Studi ini juga menemukan bahwa indeks persepsi korupsi dan performa FDI pada periode sebelumnya juga patut dipertimbangkan. Selain itu, adanya indeks daya saing dan ranking investasi diduga juga potensial dalam mempengaruhi FDI. Pertumbuhan industri berhubungan positif dengan FDI inflows.

Chowdury dan Wheeler (2008) studi ini mempelajari dampak guncangan ketidakpastian (volatilitas) nilai tukarterhadap investasi langsung asing (FDI) di Kanada, Jepang, Britania Raya, dan Amerika Serikat. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan model VAR yang berisi variabel tingkat harga, GDP riil, nilai tukar riil, volatilitas nilai tukar riil, suku bunga, dan FDI. Hasil dari dekomposisi varians menunjukkan implikasi kebijakan publik. Di Kanada, Jepang, dan Amerika Serikat, inovasi variabel ketidakpastian nilai tukar secara signifikan menjelaskan hubungan jangka panjang dengan FDI. Hasil impulse respon menunjukkan bahwa guncangan variabel volatilitas nilai tukar telah berdampak positif terhadap FDI dan berlangsung dengan lag.

Wijeweera dan Mounter (2008) melakukan kajian terhadap dampak jangka panjang perubahan variabel-variabel ekonomi makro terhadap FDI inflows di Srilanka. Dalam melakukan estimasi model, teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah VAR dan variabel yang digunakan adalah FDI, ukuran pasar, GDP riil, perdagangan, indikator tingkat upah, nilai tukar, dan indikator keterbukaan. Temuan menunjukkan bahwa, dari kelima variabel penjelas yang digunakan, tingkat upah Wijeweera dan Mounter (2008) melakukan kajian terhadap dampak jangka panjang perubahan variabel-variabel ekonomi makro terhadap FDI inflows di Srilanka. Dalam melakukan estimasi model, teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah VAR dan variabel yang digunakan adalah FDI, ukuran pasar, GDP riil, perdagangan, indikator tingkat upah, nilai tukar, dan indikator keterbukaan. Temuan menunjukkan bahwa, dari kelima variabel penjelas yang digunakan, tingkat upah

menjadi determinan penting dalam menarik FDI ke Srilanka. Arah hubungan FDI dengan tingkat upah adalah negatif. Namun, indikator ekonomi utama lainnya seperti PDB, nilai tukar, suku bunga, dan tingkat perdagangan luar negeri juga harus diberikan pertimbangan dalam kebijakan yang dirancang untuk menarik FDI inflows. Dalam jangka panjang hubungan antara FDI dengan GDP riil, FDI periode sebelumnya, keterbukaan, perdagangan adalah positif, sedangkan adanya depresiasi nilai tukar mata uang Srilanka berdampak negatif terhadap FDI inflows 10 tahun terakhir ini.

Tang, E.A Selvanathan, dan S. Selvanathan (2008) dalam peneletian ini melihat hubungan kausal antara investasi langsung asing (FDI), investasi domestik dan pertumbuhan ekonomi di Cina untuk periode tahun 1988-2003. Untuk melakukan analisis, dalam penelitian ini digunakan sistem VAR multivarian dengan model koreksi kesalahan (ECM) atau dikenal sebagai VECM dengan fungsi impulse respon dan FEDV. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan kausalitas dua arah antara investasi domestik dan pertumbuhan ekonomi, sedangkan hubungan FDI terhadap investasi domestik dan pertumbuhan ekonomi adalah kausalitas satu arah saja. FDI ditemukan menjadi pelengkap adanya investasi domestik. Dengan demikian, FDI tidak hanya membantu dalam mengatasi kekurangan modal, itu juga merangsang pertumbuhan ekonomi dengan menjadi pelengkap investasi domestik di Cina.

Dhakal, Mixon, dan Upadhyaya (2007), mengidentifikasikan faktor-faktor yang menentukan FDI inflows di negara-negara sosialis timur dan Eropa Tengah periode 1995-2004. Variabel-variabel penelitian yang digunakan adalah FDI, GDP riil, tingkat inflasi, nilai tukar riil, neraca transaksi berjalan, keterbukaan ekonomi, Dhakal, Mixon, dan Upadhyaya (2007), mengidentifikasikan faktor-faktor yang menentukan FDI inflows di negara-negara sosialis timur dan Eropa Tengah periode 1995-2004. Variabel-variabel penelitian yang digunakan adalah FDI, GDP riil, tingkat inflasi, nilai tukar riil, neraca transaksi berjalan, keterbukaan ekonomi,

dan deregulasi pemerintah. Estimasi data dilakukan dengan menggunakan metode data panel. Hasil dari studi ini menyimpulkan bahwa nilai tukar riil, keterbukaan ekonomi dan deregulasi adalah faktor utama determinan FDI inflows di negara tersebut. Dari hasil fix-effect estimator data panel menunjukkan variabel keterbukaan ekonomi dan deregulasi pemerintah berpengaruh positif terhadap FDI, sedangkan perubahan nilai tukar riil dan tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap FDI. Di lain sisi, ukuran pasar dengan indikator GDP secara statistik tidak berpengaruh terhadap FDI.

Kim dan Yongyhyup (2007) penelitian ini menganalisa validitas variabel ekonomi makro seperti, volatilitas nilai tukar, ketidakstabilan ekonomi makro dan keterbukaan ekonomi, dalam menentukan intra-FDI inflows di ASEAN, Cina, Jepang, dan Korea. Hasil empiris dengan menggunakan teknik OLS pool data menunjukkan bahwa keterbukaan, nilai tukar, volatilitas nilai tukar, PDB per kapita dan akumulasi cadangan asing secara statistik signifikan faktor yang menentukan intra-FDI inflows. Variabel lain seperti ketidakstabilan faktor ekonomi makro tidak signifikan. Variabel seperti keterbukaan dan volatilitas nilai tukar memiliki implikasi langsung untuk FTA (foreign trade area), pengaturan mata uang kawasan, dan dengan demikian untuk mewujudkan integrasi ekonomi Asia Timur. Temuan ini juga menunjukkan bahwa FTA regional akan meningkatkan keterbukaan regional sebesar

10 persen dan meningkatkan intra-FDI inflows hampir 2 persen. Pengaturan nilai tukar kawasan akan mengurangi volatilitas nilai tukar regional sebagian juga akan meningkatkan intra-FDI inflows sekitar 10 persen.

Kurniati, Y., Prasmuko, A., dan Yanfitri (2007) penelitian ini dilakukan oleh tiga orang peneliti dari BRE-DKM Bank Indonesia. Model yang digunakan di Kurniati, Y., Prasmuko, A., dan Yanfitri (2007) penelitian ini dilakukan oleh tiga orang peneliti dari BRE-DKM Bank Indonesia. Model yang digunakan di

dalam penelitian ini adalah model Dunning dan model gravitasi dengan estimasi dilakukan secara panel dan OLS. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtut waktu (time series) 1992-2006. Hasil temuan dari penelitian ini adalah hasil pengujian empiris terhadap determinan FDI ke emerging Asia, dan khususnya Indonesia memperkuat hasil survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga internasional seperti World Economic Forum, JICA dll mengenai motif dari Investor asing menanamkan modalnya di Asia dan Indonesia, dimana investor menaruh perhatian besar terhadap potensi pasar, masalah efisiensi terkait dengan tenaga kerja dan infrastruktur, dan stabilitas finansial yang tercermin dari stabilitas nilai tukar serta adanya insentif investasi yang dapat tercermin dari terlibatnya home dan host countries dalam perjanjian investasi bilateral atau regional.

Aqeel dan Nishat (2005) melakukan identifikasi terhadap determinan pertumbuhan FDI di Pakistan periode 1961-2003. Fokus utama studi ini adalah untuk mempelajari bagaimana bervariasinya variabel atau indikator yang digunakan untuk mencerminkan perdagangan, fiskal, dan liberalisasi sektor keuangan yang menarik FDI masuk ke Pakistan. Studi ini menggunakan pendekatan analisis VECM untuk mengidentifikasi variabel yangmenjadi determinan FDI di Pakistan. Studi ini menganggap variabel tingkat tarif, nilai tukar, tingkat pajak, kredit untuk sektor swasta dan indeks harga saham mampu menjelaskan FDI di Pakistan. Juga termasuk upah dan PDB per kapita untuk menguji hipotesis permintaan relatif tenaga kerja dan ukuran pasar. Semua variabel menunjukkan tanda-tanda yang benar secara statistik signifikan kecuali untuk upah dan berbagi indeks harga. Hasil studi ini jelas menekankan peran variabel kebijakan ini dalam menarik FDI dan menentukan pertumbuhan dalam jangka pendek dan jangka panjang di Pakistan. Studi juga Aqeel dan Nishat (2005) melakukan identifikasi terhadap determinan pertumbuhan FDI di Pakistan periode 1961-2003. Fokus utama studi ini adalah untuk mempelajari bagaimana bervariasinya variabel atau indikator yang digunakan untuk mencerminkan perdagangan, fiskal, dan liberalisasi sektor keuangan yang menarik FDI masuk ke Pakistan. Studi ini menggunakan pendekatan analisis VECM untuk mengidentifikasi variabel yangmenjadi determinan FDI di Pakistan. Studi ini menganggap variabel tingkat tarif, nilai tukar, tingkat pajak, kredit untuk sektor swasta dan indeks harga saham mampu menjelaskan FDI di Pakistan. Juga termasuk upah dan PDB per kapita untuk menguji hipotesis permintaan relatif tenaga kerja dan ukuran pasar. Semua variabel menunjukkan tanda-tanda yang benar secara statistik signifikan kecuali untuk upah dan berbagi indeks harga. Hasil studi ini jelas menekankan peran variabel kebijakan ini dalam menarik FDI dan menentukan pertumbuhan dalam jangka pendek dan jangka panjang di Pakistan. Studi juga

menunjukkan dampak yang positif dan signifikan pembentukan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan.

Nonnemberg dan Mendonea (2004) tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari pencerahan tentang determinan FDI di negara-negara berkembang. Dalam rangka untuk melakukan studi tersebut, digunakan sebuah model yang berbasis analisis data panel 38 negara berkembang (termasuk negara transisi ekonomi) untuk periode 1975-2000. Kesimpulan utama penelitian ini bahwa FDI berkorelasi dengan tingkat pendidikan, keterbukaan ekonomi, resiko, dan variabel yang berkaitan dengan kinerja ekonomi makro seperti inflasi, resiko dan rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa FDI telah berhubungan erat dengan kinerja pasar saham. Terakhir, dari sebuah pengujian kausalitas antara FDI dengan GDP terdapat bukti yang menunjukan keberadaan hubungan kausalitas GDP yang mendorong aliran FDI. Namun, hubungan yang sebaliknya yaitu adanya FDI mendorong GDP tidak ditemukan.

Sarwedi (2002) model analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakankarakteristik dalam negeri suatu negara, yang akan dikombinasikan dalam periode jangka pendek dan jangka panjang dengan menggunakan perhitungan kuadrat terkecil sederhana (ordinary least square = OLS). Dengan mengaplikasikan model koreksi kesalahan (error correction model=ECM) dan Uji Kausalitas Granger, akan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi investasi asing langsung (FDI) di Indonesia selama periode 1978 – 2001. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel ekonomi (GDP, Growth, upah, dan ekspor) mempunyai hubungan positif dengan FDI, sedangkan variabel non ekonomi yaitu stabilitas politik (SP) mempunyai hubungan negatif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id