Hubungan Antara Nilai Tukar Dengan FDI

2.3. Hubungan Antara Nilai Tukar Dengan FDI

Nilai tukar atau kurs adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai valuta asing yang berbeda diperdagangkan (Samuelson dan Nordhaus, 2004).

Menurut Kuncoro (1996) mendefinisikan nilai tukar atau kurs merupakan harga atau nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing. Para pelaku dalam Menurut Kuncoro (1996) mendefinisikan nilai tukar atau kurs merupakan harga atau nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing. Para pelaku dalam

pasar internasional amat peduli terhadap penentuan kurs valuta asing (valas), karena kurs valas akan mempengaruhi biaya dan manfaat ”bermain” dalam perdagangan barang, jasa dan surat berharga. Faktor-faktor fundamental yang diduga kuat berpengaruh kuat terhadap kurs valas adalah jumlah uang beredar, pendapatan riil relatif, harga relatif, perbedaan inflasi, perbedaan suku bunga, dan permintaan serta penawaran asset di kedua negara.

Pada perkembangannya Mankiw (2000) membedakan nilai tukar menjadi dua jenis yaitu, nilai tukar nominal yang merupakan harga relatif uang dua negara, nilai tukar riil adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara. Sedangkan perubahan nilai tukar dibedakan menjadi apresiasi dan depresiasi. Apresiasi merupakan suatu peningkatan nilai tukar mata uang yang dihitung oleh jumlah mata uang asing yang dibelinya. Depresiasi adalah suatu penurunan nilai mata uang asing yang dihitung oleh jumlah mata uang asing yang dibelinya.

Untuk mengukur besarnya nilai tukar riil yaitu dengan cara menghitung kurs nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika nilai tukar riil adalah tinggi, barang- barang luar negeri akan relatif murah, dan barang-barang domestik relatif mahal. Jika nilai tukar riil adalah rendah, barang-barang luar negeri relatif mahal, dan barang- barang domestik relatif murah. Perhitungan nilai tukar riil dapat ditunjukkan sebagai berikut :

฀ = e x (P/P*)

dimana : ฀ = nilai tukar riil, e = nilai tukar nominal, P = tingkat harga negara A, dan

P* = tingkat harga negara B

Dari persamaan diatas juga menunjukkan bahwa nilai tukar nominal bergantung pada nilai tukar rill dan tingkat harga di kedua negara. Berdasarkan nilai

tukar riil, jika tingkat harga domestik P meningkat, maka nilai tukar nominal e akan tukar riil, jika tingkat harga domestik P meningkat, maka nilai tukar nominal e akan

turun karena nilai mata uang di negara A berkurang nilainya, satu nilai mata uang A akan membeli lebih sedikit mata uang B. Di sisi lain, , jika tingkat harga domestik P*

meningkat, maka nilai tukar nominal e akan meningkat karena nilai mata uang di

negara B berkurang nilainya, satu nilai mata uang A akan membeli lebih banyak mata uang B.

Hubungan nilai tukar terhadap pertumbuhan FDI bisa dilihat dari jalur upah tenaga kerja (Klein dan Rosengen, 1992). Di negara industri dengan nilai tukar mengambang, upah tenaga kerja ditentukan oleh pergerakan nilai mata uang. Sehingga depresiasi mata uang domestik berdampak pada peningkatan FDI inflows karena upah tenaga kerja yang murah. Di sisi lain, terjadinya apresiasi mata uang domestik akan berdampak pada penurunan FDI inflows akibat tuntutan upah tenaga kerja yang menjadi tinggi.

Menurut Chowdury dan Mark (2008) yang meneliti tentang dampak volatilitas nilai tukar terhadap FDI melalui analisis impulse respon VECM diperoleh hasil bahwa dengan adanya goncangan volatilitas nilai tukar mengakibatkan dampak yang positif secara jangka panjang terhadap FDI. Hoang (2010) juga menyimpulkan hasil yang sama dengan melakukan analisis dengan regresi data panel pendekatan Random Effect Method (REM) yaitu koefisien regresi dari variabel nilai tukar bertanda positif dan mempunyai pengaruh signifikan secara statistik terhadap FDI.