Sistem Marga dan Kekerabatan Cina Pedagang Emas di Coyudan

A. Sistem Marga dan Kekerabatan Cina Pedagang Emas di Coyudan

Emas sebagai alat investasi yang bertujuan untuk perlindungan nilai aset juga mirip dengan properti.Keunggulan emas adalah lebih mudah dan lebih cepat untuk diuangkan, dan nilai investasinya relatif lebih kecil.Namun, baik emasmaupun properti sama-sama efektif sebagai penakluk inflasi.Emas sebagai alat hedging, tentu saja berinvestasi di emas tidak menjanjikan return besar dalam jangka pendek seperti saham. Tapi return dalam emas relatif stabil, hanya saja kalah mengairahkan bila dibandingkan dengan saham. Emas cenderung lebih tepat untuk hedging dari pada investasi, walaupun bisa juga berfungsi sebagai keduanya sekaligus.

3 A Charles Coppel, Tionghoa Indonesia dalam Krisis, Jakarta: Sinar Harapan, 1994, hlm. 27-28.

digunakan sebagai perhiasan, dan elektronik. Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang dolar Amerika. Emas telah digunakan sebagai simbol ketulenan, nilai tinggi, kedaulatan, dan lebih-lebih

lagi peranan yang mengaitkan sifat-sifat tersebut. 4

1. Kekerabatan Cina Pemilik Toko Emas di Coyudan

Di wilayah Coyudan ada sekitar 10 toko emas yang menjual berbagai perhiasan emas, perak, berlian bahkan permata. Toko emas tersebut antara lain: toko emas Menjangan, Anoman, Gajah, Semar, Doro, Rajawali, Kunci, Macan, dan

Kumala. 5 Mayoritas pemilik toko emas tersebut adalah etnis Cina yang sejak tahun 1930an menetap dan mulai berbisnis emas diwilayah ini. Seperti contohnya: Toko emas Gajah berdiri tahun 1934 ketika Belanda masih berkuasa di Indonesia, khususnya di kota Surakarta. Toko emas Gajah pada awalnya dimiliki oleh seorang pedagang emas Cina yang bernama Ian Kiem Tjiang. Pada mulanya toko ini hanya sekedar tempat untuk pengrajin emas, saat itu di Indonesia sudah terjadi jual beli emas, Ian Kiem Tjiang sebagai salah satu pemilik toko emas Gajah tahun 30-an adalah seorang pengrajin emas yang memiliki bakat untuk membuat emas. Bakat

4 Outletdinar.com/grafik-harga-emas-Indonesia/searchkatalog.pdf (diakses pada tanggal 20 Maret 2012).

5 Wawancara dengan Supardi, (penjaga parkir), pada tanggal 4 februari 2012.

Kiem menjalankan usaha perdagangan emas di Coyudan Surakarta bersama keluarganya hingga saat ini. Saat itu hanya ada beberapa pengrajin emas di wilayah Coyudan, tetapi semakin lama bisnis perdagangan emas yang dijalankan oleh Ian Kiem Tjiang semakin meluas dan semakin banyak para pedagangan emas lainnya yang juga berjualan emas. Mayoritas pedagang emas di Coyudan ini adalah orang- orang keturunan Cina, usaha ini dilakukan secara turun temurun sampai sekarang ini. Kiem menjalankan usaha berbisnis emas ini dengan modal dan keterampilan dia yang

cukup menonjol dalam bidang pembuatan desain atau ukiran emas. 6 Desain yang

dibuat dalam perhiasan emas yang dimiliki oleh toko emas Gajah ini mengambil sample dari bentuk ukiran baik dari luar negri maupun dalam negri.

Pada masa tahun 1980-1995, ketika Surakarta mengalami perekonomian yang cukup pesat dibawah pemerintahan Orde Baru mempengaruh dalam pembuatan ukiran emas. Hampir 90% emas mengalami metalogi yang cukup maju, yang pada intinya ukiran-ukiran emas mengalami kemajuan cukup pesat. Ada beberapa ukiran emas yang diambil contoh ukirannya dari batik, ada juga beberapa emas yang ukiran- ukirannya hampir sama dengan ukiran emas dari India, Pakistan, Arab, Dubai, dan Negara lainnya.

6 Wawancara dengan cik Leny, (pemilik toko emas Gajah), pada tanggal 4 April 2012.

Gambar. 3 Foto perhiasan emas putih yang dijual oleh toko emas Gajah Sumber : Koleksi Pribadi

Sejak tahun 1985 nilai penjualan dalam perdagangan emas di toko emas khususnya wilayah Coyudan ini, menggunakan nilai US dolar America. 7 Nilai dolar

America sangat berpengaruh terhadap nilai harga emas di Indonesia. Jika nilai dolar naik, maka harga emas juga akan melambung tinggi demikian juga sebaliknya. Toko emas Gajah menjual dan membeli berbagai macam jenis emas disetiap harinya dengan kualitas yang baik. Toko ini menjual banyak jenis emas, permata, logam mulia, dan berlian, tetapi perak tidak termasuk didalamnya. Mayoritas pembelinya adalah masyarakat menengah kebawah, seperti petani, guru, ibu rumah tangga, dan

7 Kompas , “Pasar Uang- Efek- Emas tahun 1985”, 28 November 1985 hlm.2.

(sejak tahun 1934) sudah sangat banyak dikenal masyarakat di Surakarta karena kualitasnya yang bagus, sehingga menjadikan toko gajah ini menjadi toko langganan mereka.

Di Indonesia beberapa kali terjadi krisis ekonomi besar-besaran, dan ini sangat mempengaruhi dalam perdagangan emas pada saat itu. Ketika Indonesia dilanda krisis besar-besaran, harga emas di Coyudan Surakarta melonjak tinggi dan banyak orang-orang tidak bertransaksi untuk membeli emas. Dengan adanya hal ini

membuat kerugian toko emas Gajah yang berkepanjangan. 8

Toko emas Rajawali berdiri tahun 1960-an ketika masa Orde Baru yang memiliki banyak peningkatan dalam perekonomian. Toko ini dimiliki oleh salah seorang keturunan etnis Cina yang bernama Leumiek Tchiang (Santoso). Ia adalah generasi turun temurun dari kakeknya yang juga pedagang emas di Coyudan,

bernama Tan Khoo Liat (pemilik toko emas “Buaya” yang sekarang sudah ditutup). Sebelum menjadi pedagang emas di Coyudan, Tan Khoo Liat sempat merantau di Jakarta dengan berbisnis jual-beli emas. Awalnya ia hanya sebagai pengrajin emas

yang memiliki kios kecil, tapi karena keinginannya untuk berbisnis emas diwilayah pedalaman, maka ia memutuskan untuk membuat kios atau pertokoan emas di

8 Wawancara dengan Andy Ong, (pemilik toko emas Gajah), pada tanggal 5 Desember 2011 8 Wawancara dengan Andy Ong, (pemilik toko emas Gajah), pada tanggal 5 Desember 2011

“Buaya” ia menikahi seorang wanita pribumi dan menghasilkan keturunan. Sejak masa remaja anak-anaknya selalu dididik untuk berbisnis, sehingga ketika mulai

dewasa dapat mewarisi bisnis dagangnya kepada anak keturunannya.

Toko emas Rajawali dan Toko Emas Anoman adalah bukti warisan yang diberikan oleh Tan Koo Liat kepada anak-anaknya. Toko emas Rajawali dengan toko emas Anoman didirikan dengan tahun yang hampir bersamaan yaitu sekitar tahun 1960-an. Setiap generasi turun-temurun ada sebuah nama marga yang diberikan oleh seorang ayah kepada anak-anaknya. Nama marga yang menjadi pemilik toko emas Rajawali yaitu Lang un. Secara garis besar nama ini diberikan oleh orang tua sesepuh mereka yang menjadi pemilik utama toko emas Buaya, dan nama marga toko emas Anoman adalah Lang cin. Ada beberapa nama marga pemilik toko emas di Coyudan

seperti Lang un, Lang cin, Lang hay, Lang bo, mereka adalah masih satu saudara. 10

9 Wawancara Leumiek Tchiang (Santoso), Pemilik toko emas Rajawali, pada tanggal 13 Januari 2012

10 Wawancara dengan Abdul Somad, (pemilik kios emas dasaran), pada tanggal 14 Januari 2012

dengan pendiriannya tahun 1930, hampir seluruh keluarga secara turun temurun menjual emas. Pemilik toko emas Menjangan bernama Sie Tjun Tay, mengatakan ketika emas masih menjadi barang berharga untuk semua kalangan, penjualan emas sangat ramai di pasaran tetapi sekarang penjualan emas sangatlah sepi dikarenakan banyaknya toko emas yang tersebar luas di wilayah Solo. Pada tahun 1930-an Coyudan merupakan satu-satunya pusat perdagangan emas di kota Solo dengan kompleks bangunan yang cukup panjang. Selain itu banyaknya investasi lain selain emas untuk tetap bisa menginvestasikan uang mereka, seperti investasi jual beli rumah dan investasi barang lainnya, dengan begini menjadikan emas menjadi tergeser nilai gunanya dimata masyarakat.

Gambar. 4 Foto Toko emas Menjangan dan Pemilik Toko Sumber : Koleksi Pribadi

Toko emas Menjangan menyediakan penjualan emas kuning, model perhiasan diperjualkan adalah model emas yang relatif lama. Tahun 1985 adalah masa keemasan bagi toko emas Menjangan ini karena masa itu masih banyak masyarakat yang sangat tertarik dengan pehiasan emas dikarenakan emas menjadi salah satu alat berinvestasi masa depan . Pada tahun 1985-1995 toko emas Menjangan masih ramai

dengan pembeli yang notabennya adalah pegawai kantor, guru, petani, dll. 11

Tahun 1963 pemilik kios atau box ( kotak atau etalase kecil ) dasaran emas merantau ke pulau Jawa tepatnya di Surakarta. Pekerjaan ini dilakukan sejak 40 tahun silam sampai sekarang. Pekerjaan pokok yang dilakukan hanyalah membeli emas baik emas yang sudah tua maupun emas yang muda ( dalam jenis kadar emas ). Pembeli emas ini berasal dari daerah Banjarmasin yang sebenarnya hanyalah orang- orang Banjarmasin yang mampu menggosok emas. Pak Abdul memilih profesi untuk menjual emas karena hanya itu satu-satunya pekerjaan dan kemampuannya dalam bidang jual beli emas untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap harinya ia hanya mengandalkan penghasilan dari membeli emas. Emas ini sudah ada sejak jaman dulu belanda menjajah, tetapi ukuran kadar emas yang dulu dengan sekarang sudah berbeda. Dulu hanya ada emas tua, seperti emas yang memiliki ukuran kadar diatas 25gram. Sekarang banyak emas yang kadarnya lebih rendah dari 25gram yang disebut emas muda. Pekerjaan Pak Abdul setiap harinya hanya membeli emas, lalu

11 Wawancara dengan Sie Tjun Tay, (pemilik toko emas Menjangan), pada tanggal 6 Januari 2012

akan mengolah emas kembali menjadi berbagai bentuk emas seperti cincin, kalung, gelang, anting, lalu dijual kepada cukong. Perdagangan emas pada masa reformasi belum sebuming sekarang, yang pada dizaman itu hanya orang-orang besar saja yang membeli emas. Selain itu emas pada masa Soekarno hanya dijual di pusat kota dan hanya beberapa penjual saja yang menjual seperti di Surakarta hanya ada di Coyudan. Kemungkinan pada masa perang ada beberapa tujuan pemerintah untuk membeli emas dalam pembiayaan perang pemerintahan Indonesia melawan pemerintah Belanda, tetapi banyak juga emas yang diselewengkan untuk kepentingan pribadi oleh para pejabat Negara.

Selain itu emas untuk para bangsawan kerajaan Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran, dipesan khusus kepada pengrajin emas handal, karna bentuk ukiran dan bahannya benar-benar diperuntukkan untuk kerajaan yang melambangkan tradisi kerajaan di Surakarta. Pengrajin emas yang dipesan khusus oleh Keraton adalah pengrajin yang memiliki keahlian dalam ukiran emas kejawen (pandai emas Jawa kuno). Tetapi semua emas-emas yang dahulu pernah dipakai oleh para bangsawan sekarang sudah banyak yang hilang, dijual oleh pihak-pihak kraton yang tidak bertanggung jawab dan hanya mementingkan keuntungan pribadi. Seperti kereta Kraton yang dulu ada yang menggunakan emas, sekarang kemurnian emas itu sudah hilang dan diganti keasliannya. Jadi pihak Keraton sama sekali tidak memesan kepada para etnis Cina pedagang emas di Coyudan.

mereka adalah etnis Cina dan orang Banjar (Banjarmasin). Etnis Cina perantauan dan orang Banjar inilah yang telah memiliki bakat dari warisan nenek moyang mereka, dengan dibekali ilmu mengukir emas dan berbisnis. Sebagai contoh: Pemilik kios dasaran emas adalah orang Banjarmasin yang telah diberikan bekal dari ayahnya untuk mengukir serta jual beli emas. Pemilik kios ini bernama Abdul Somad. Pembelian emas dikios pak Abdul jika dihitung keuntungannya hanya sedikit, setiap harinya terkadang ada yang menjual emas dan juga berlian. Pemilik kios dasaran emas ini dapat dikatakan mahir dalam mengukir dan menilai kadar emas yang terdapat dalam emas. Seperti yang telah dikatakan pak Abdul Somad bahwa dalam

sejarahnya, hanya orang-orang Banjar saja yang pandai membuat emas. 12 Alasan

yang pertama, karena orang Banjar dari sejak kecil sudah dididik untuk membuat emas beserta ukirannya, setelah itu mereka diajarkan menilai kadar emas yang terkandung dalam emas, perak, maupun logam. Jadi tidak heran jika pemilik toko Cina pedagang emas di Coyudan mendatangkan orang Banjarmasin untuk menjadi pegawai di toko mereka sebagai pengrajin emas.

12 Wawancara dengan Pak Abdul Somad, (pemilik kios emas dasaran), pada tanggal 8 Februari 2012

Gambar. 5 Foto Box Dasaran Emas milik Pak Abdul Somad Sumber : Koleksi Pribadi Pak Abdul merasa cukup meskipun pekerjaannya hanya membeli emas saja. Menurut

pernyataan pak Abdul dalam perdagangan emas di Indonesia penjualannya diukur dalam nilai US dolar Amerika.

Setiap harinya para pedagang emas selalu melihat informasi (update) mengenai perdagangan emas dalam nilai US dolar. Karena jika dolar naik, maka harga emas juga akan naik mengikuti nilai dolar America. Dan jika dolar turun, maka harga emas juga akan turun. Berbeda halnya dengan pada masa Orde Baru nilai dolar yang turun drastis menjadikan krisis ekonomi besar-besaran di Indonesia termasuk dalam perdagangan emas. Nilai dolar yang menurun drastis menjadikan harga emas melambung tinggi hingga beberapa pedagang mengalami kerugian karena hanya

ditambah lagi adanya peristiwa pembakaran pada bulan Mei 1998 ketika krisis ekonomi mulai memuncak dan para demonstran membakar hampir seluruh toko-toko besar. Coyudan hampir tidak terkena serangan pembakaran pada saat itu. Sesuai dengan perkembangan jaman, rumah-rumah orang Cina di Coyudan pun berubah banyak dari warga Cina yang mulai membangun rumah dengan gaya modern maupun tradisional. Bahkan pasangan-pasangan muda keturunan Cina dan para pedagang banyak yang memilih tinggal di lokasi-lokasi pemukiman baru. Seperti daerah-daerah pemukiman dan kegiatan ekonomi atau berdagang berkembang kepinggiran kota atau

keluar wilayah Surakarta sebagai kota satelit. 14

Kota satelit di Surakarta adalah Ke timur sampai ke Palur, ke selatan sampai dengan Solo Baru, ke utara sampai dengan Colomadu, Kartasura dan Bandara Adi Sumarmo. Meskipun Palur, Solo Baru, Colomadu, Kartosuro, dan Bandara Adi Sumarmo, secara administratif bukan wilayah pemerintahan kota Surakarta, tetapi

secara psikologis dan ekonomi menjadi bagian dari kota Surakarta. 15

13 Kompas , 29 Januari 1993

14 Kota satelit adalah kota kecil atau wilayah kecil di tepi sebuah kota atau wilayah yang besar, meskipun merupakan komunitas mandiri yang sebagian besar

penduduknya tergantung dengan kehidupan di kota besar. Kota satelit merupakan jembatan masuk/ akses untuk menuju ke kota yang besar, karena kota satelit juga berfungsi sebagai penunjang kota besar.

15 Didin Soemarsoga, “Integrasi Sosial Perkumpulan Masyarakat Surakarta1959-1982 ”, SkripsiFakultas Sastra dan Seni Rupa UNSSurakarta, 1989,

hlm. 43.

Marga adalah nama pertanda dari keluarga dimana seseorang berasal. Marga lazim ada di banyak kebudayaan di dunia. 16 Nama marga dalam kebudayaan Barat dan kebudayaan yang terpengaruh oleh budaya Barat umumnya terletak di belakang, sehingga sering disebut dengan nama belakang.Kebalikannya, budaya Cina dan Asia Timur lainnya menaruh nama marga di depan. Ada juga kebudayaan yang dulunya tidak menggunakan marga. Sejarah marga di dalam kebudayaan Cina bermula dari 5.000 sampai 8.000 tahun yang lalu sewaktu masyarakat Cina masih bersifat matrilineal. Pada masa itu, marga diwariskan dari garis ibu, itu yang menyebabkan marga-marga pertama dalam kebudayaan Cina banyak yang mempunyai radikal perempuan. Pada masa sebelum Orde Baru, etnis Cina memiliki nama Cina sebagai nama yang resmi, formal, dan tercantum dalam akta, tetapi sekarang sudah jarang ditemukan. Hal ini bermula pada masa Orde Baru, di mana pada tahun 1966 ketika Soeharto berkuasa, dikeluarkan berbagai undang-undang yang banyak merugikan etnis Cina. Salah satunya adalah undang- undang nomor 127/U/Kep/12/1966 yang mengharuskan orang Cina untuk mengadopsi nama yang bercirikan Indonesia (Indonesian sounding), dibanding nama yang terdiri dari dua atau tiga kata khas Cina. Kebijakan ini juga sudah membuktikan adanya diskriminasi terhadap etnis Cina di Indonesia pada saat itu. Oleh karena undang-undang tersebut,

16 W. Hutagalung, Adat Taringot Tu Ruhut-ruhut ni Pardongan Saripeon di Halak Batak , Jakarta: N.V Pusaka, 1963, hlm.17.

Sunda. Contohnya Handoko, seorang pemilik toko emas Doro, menerjemahkan nama marganya, Han , menjadi "Handoko". Seiring bergantinya zaman ke reformasi, dan aturan tersebut tidak berlaku lagi, beberapa beralih kembali ke nama Cina asli, dan sebagian lagi memakai nama hasil adopsi sebagai nama belakang atau nama keluarganya. Oleh karena itu, sering kita jumpai sekarang orang Cina yang memiliki marga dengan pelafalan Indonesia, yang sesungguhnya berasal dari nama depan atau

nama keluarganya dalam bahasa Cina (Hokkian, Teochew, Mandarin). 17

Gambar.6 Etnis Cina Marga Hokkian tahun 1930 Sumber : Perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran

17 Dr. Oesman Arif, M.Pd. “Mewujudkan Tatanan Masyarakat Multicultural: Sebuah Tantangan di era Global”,Seminar Nasional, Februari 2011.

Hokkian. Hal ini adalah sebuah tradisi yang diturunkan kepada generasi yang dilahirkannya untuk tetap mengadopsi nama Hokkian dari etnis Cina.