Nama Hokkian Komunitas Cina pedagang emas di Coyudan

Tabel 2. Nama Hokkian Komunitas Cina pedagang emas di Coyudan

Nama Marga Cina

Hokkian

Dialek Cina

Adopsi ke Dalam Bahasa Indonesia

郭 (Guo)

Kwee, Kwik

Kusumawidjaja ( pemilik toko emas

Handoko 19 (pemilik toko emas Doro) 洪 (Hong)

Ang

Angela, Andy 20 ( pemilik toko emas

Gajah )

李 (Li)

Li, Lie, Lee

Li, Lie, Lee

Han Leumiek 21 ( Pemilik toko emas

Neonardi, Antonio

林 (Lin)

Liem, Lim

Liem, Lim

Leumiek Tchiang ( pemilik Toko emas Rajawali )

劉 (Liu)

Lau, Lauw

Liu

Leo ( toko emas Menjangan )

( Sumber : Wawancara pemilik toko emas di Coyudan )

18 Wawancara dengan Wijaya (pemilik toko emas Macan) pada tanggal 5 April 2012

19 Wawancara dengan koh Han (pemilik toko emas Doro) pada tanggal 5 April 2012

20 Wawancara dengan Andy Ong (pemilik toko emas Gajah) pada tanggal 5 Desember 2012

21 Wawancara dengan Han Li (pemilik toko emas Anoman) pada tanggal 5 April 2012.

Kebijakan dan ketetapan Presiden baru-baru setelah rezim Soeharto berkuasa menyangkut etnis Cina juga memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi masyarakat etnis Cina. Berdasarkan keputusan Presidium Kabinet No.127/U/12/1966 mengenai pergantian nama bagi warga Negara Indonesia yang memakai nama Cina. Orang-orang Cina yang masih menggunakan nama Cina-nya dianjurkan untuk

mengganti nama Cina mereka dengan nama yang berbau Indonesia. 22 Pergantian

nama Cina bagi warga Negara keturunan Cina ini tidaklah wajib, akan tetapi apabila semua dapat dilakukan bersama secara total maka pemerintah Orde Baru berpendapat bahwa proses pembauran akan berjalan dengan lebih cepat. Apabila berhubungan dengan masyarakat luar, orang-orang Cina sebagian besar telah mengganti nama mereka menjadi nama Indonesia tetapi dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan keluarga dan interaksi sesama etnisnya mereka tetap menggunakan nama Cinanya. Seperti halnya pada keluarga Andy Ong sebagai salah satu pemilik toko emas Gajah dimana ayah mertua beliau mengganti nama seluruh keluarganya menjadi

nama Indonesia yaitu Tjik Tjwan Lan menjadi Gunawan. 23

22 Dwi Ari Wibowo, “Akulturasi Budaya Sebagai Upaya Rekonsiliasi Etnis Jawa-Cina di Kampung Balong Sudiroprajan Surakarta ”,Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011, hlm.34.

23 Wawancara dengan Tjik Tjwan Lan, (pemilik toko emas Gajah), pada 3 Januari 2012

Etos Kerja adalah respon yang unik dari seseorang atau kelompok atau masyarakat terhadap kehidupan, respon atau tindakan yang muncul dari keyakinan yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seseorang atau kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, etika kerja merupakan produk dari sistem kepercayaan yang diterima seseorang atau kelompok atau masyarakat.

24 Menurut sistem nilai moral Cina, seorang karyawan diharap sebagai pengikut, penurut dan acapkali sebagai seorang yang tidak perlu melakukan banyak pertanyaan.

Seorang pemimpin dianggap segalanya, paling pandai dari suatu kelompok. Pertanyaan dan pendapat berbeda dianggap sebagai suatu sikap mengganggu harga diri pimpinannya. Perilaku yang otoriter diharapkan datang dari superior sedangkan bawahannya hanya bersifat pasif saja. Chan dan Moore menjelaskan sikap masyarakat Cina terhadap lingkungan cenderung menerima daripada berusaha mengubahnya. Mereka mencari kecocokan dirinya kesamaan bagi suatu tindakan yang bisa membuat keharmonisan lingkungan. Hendry dan fye menyimpulkan, bagi masyarakat Cina, pembuatan keputusan secara perlahan-lahan dan setahap demi setahap. Masyarakat Cina bukan masyarakat yang terpancing cepat untuk mengambil

keputusan. 25 Hal ini searah dengan hasil penelitian Hana dimana menurutnya,

24 Djoenadi Joesoef, dkk, Etika Bisnis Cina: Suatu kajian terhadap perekonomian diIndonesia, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 1996, hlm. 121.

25 Hana Tjandradiredja, Budaya dan Strategi Berkarakteristik dalam Mencapai Keunggulan Pemasaran , Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, 2002,hlm. 137-138.

superior ( pimpinan, atasan ), tetapi lebih suka menggunakan kemampuannya sendiri. Hal itu wajar mengingat pedagang keturunan Cina sebagai minoritas dan sering kali mendapat perlakuan yang berbeda menjadikan mereka dalam bertindak lebih mempercayai kemampuan pribadinya.

Landasan utama akan sikap tersebut nampaknya berkaitan erat dengan pandangan atas harga diri dari kehidupan masyarakat Cina seperti tersebut dimuka. Masyarakat Cina, menurut Chan akan merasa terhina jika disentuh kehormatannya atau prestisenya. Norma kehidupan yang dianut mereka adalah berdasarkan kekeluargaan dan hubungan antarpribadi yang saling ketergantungan satu sama lain. Eksistensi individu dalam masyarakat Cina harus dihargai atau dihormati. Kondisi tersebut member konsekuensi bahwa jenjang hierarki sebagai lambing kehormatan menentukan tanggungjawab seseorang.

Acuan norma dalam sikap tersebut berdampak pada strategi penggunaan sumber daya terutama bagi pengendalian lingkungan dan penggunaan informasi. Pedagang keturunan Cina cenderung bersikap mencari dan mengendalikan lingkungan seperti budaya Barat. Keadaan yang sebenarnya tidak ada masalah, kecenderungan melakukan reorganisasi dan tawar-menawar dalam memecahkan permasalahan penggunaan sumber daya untuk mengendalikan lingkungan yang lebih besar. Sikapnya tersebut berdampak dalam hal menghadapi persaingan yang Acuan norma dalam sikap tersebut berdampak pada strategi penggunaan sumber daya terutama bagi pengendalian lingkungan dan penggunaan informasi. Pedagang keturunan Cina cenderung bersikap mencari dan mengendalikan lingkungan seperti budaya Barat. Keadaan yang sebenarnya tidak ada masalah, kecenderungan melakukan reorganisasi dan tawar-menawar dalam memecahkan permasalahan penggunaan sumber daya untuk mengendalikan lingkungan yang lebih besar. Sikapnya tersebut berdampak dalam hal menghadapi persaingan yang

Bagi budaya Barat, pertukaran didasarkan pada prinsip keseimbangan dan hubungan khusus, sedang dalam budaya Cina, hal itu didasarkan pada keterkaitan moral jangka panjang dalam hal ini utang budi merupakan suatu bentuk pertukaran jangka panjang yang tidak pernah dilupakan. Karenanya, hubungan kerja sama selalu didasarkan pada kekeluargaan, perdagangan yang dibangun oleh keluarga-keluarga Cina berdasarkan kepercayaan diri pribadi yang berarti ikatan manusia bersifat pribadi, khas, dan non-ideologis, tetapi berdasarkan pada kesamaan identitas. Kesamaan tersebut akan lebih diprioritaskan di lingkungan keluarga, marga, dan atau keturunan dalam Cinanya baru kemudian kea rah kesamaan yang lain misalnya agama atau daerah. Sikap-sikap tersebut telah menjadi spontanitas etos kerjanya, termasuk dalam dagangnya melekat secara turun-temurun. Sikap-sikap tersebut, terkait erat pada etika dalam menghadapi masalah.

Bagi masyarakat Cina di Coyudan dengan prinsip dari konfusianisme, etika dalam melihat permasalahan demi keberhasilan lebih mengutamakan pada idealism moral dan menempatkan hukum sosial di atas pertimbangan kegunaanya. Pandangan demikian digolongkan pada etika utilitrianisme ideal yaitu suatu bentuk etika yang menekankan pada konsekuensi atas suatu tindakan yang dapat dinilai dengan

26 Ibid .,hlm.140.

hubungan teman serta pengetahuan.

Sebagai bagian dari etnis Cina yang tersebar di wilayah Coyudan, maka etnis Cina Pedagang emas ini memiliki kecenderungan menjaga tradisi seperti yang dilakukan oleh mayoritas etnis Cina di seluruh Nusantara, yaitu konsep yang mewarisi turun-temurun yang telah diupayakan dan diputuskan secara kolektif dari

sejak zaman leluhur mereka yakni harmonitas atau keselarasan. 27 Konsep menjaga

harmoni dalam hidup itu mereka petik turun-temurun dari nenek moyang yang menggalinya dari ajaran klasik atau guru-guru kebijaksanaan seperti paparan berikut.

Pertama adalah Confucius (Konfusius) atau K’ung Tzu (nama latin), yang hidup antara 552 dan 479 S.M. Konfusius dibesarkan dalam kondisi kemiskinan di

negara bagian Lu yang terletak disebelah selatan provinsi Shantung. Terdorong oleh keprihatinannya terhadap kekacauan yang terjadi sebagai akibat dari perebutan kekuasaan antara raja-raja pada waktu itu, Konfusius terpanggil untuk menyiarkan ajaran tentang harmoni antara manusia dengan alam maupun antara manusia dengan

manusia. 28 Harmoni terjadi apabila manusia itu tidak buta oleh kekuasaan dan

serakah terhadap materi dan masing-masing menyadari keberadaan, tugas atau kedudukan sesuai dengan kodratnya, maka perselisihan dan perebutan kekuasaan dapat dicegah. Dengan demikian tercapai zaman yang ideal ditandai dengan

27 Yohanes Setiawan, Agamaning Wong Balong, Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 2011, hlm. 173.

28 Ibid., hlm. 174.

penguasa dan rakyat, bangsawan, dan orang kebanyakan, orang tua dan anak, maupun suami dan istri. Lebih jauh, ajaran Konfusius tentang harmoni ini dapat lebih didalami melalui 5 karya klasiknya seperti : (1) Kitab Syair (Clacsic of Songs), (2) Kitab Sejarah ( Classic of Document), (3) Kitab Perubahan (Classic of Changes), (4) Catatan-catatan musim bunga dan musim rontok ( Ch’un ch’iu), dan (5) Kitab Tata Tertib ( Record of Rituals). Bersumber pada kelima karya klasik tersebut, maka ajaran Konfusius tentang harmoni dapat diringkas atau dikarakteristikan sebagai

“Etika Humanisme,” yang memberikan tuntunan etis dalam hubungan antar manusia dalam komunitas yang menyeluruh. Sebagai humanisme praktis, Konfusianisme

memfokuskan perhatiannya pada manusia dan apa yang dilakukannya. 29

Untuk itu ada lima konsep mendasar yang harus dipedomani berdasarkan Kitab Lunyu (The Analect) seperti yang diringkas oleh Lee Tan. Pertama adalah Jen yang mengajarkan tentang hubungan ideal termasuk menjaga harmoni melalui cinta, kebajikan, kepedulian, dan apresiasi terhadap orang lain. Kedua adalah Lie yang berarti ritus, kode moral atau tata krama, dan kesopanan. Lie adalah sumber bagi terbentuknya dunia yang tentram, tertib, dan damai. Ketiga adalah Chun Tyu yang dapat diterjemahkan dengan kemanusiaan yang benar, yang memiliki keseluruhan

29 Leo Suryadinata, Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia: Sebuah Bunga Rampai 1965-2008, Jakarta: Kompas, 2010, hlm, 50.

agar tersalah gunakan. Kelima adalah Wen yang merupakan seni perdamaian.

Penjelasan tersebut dihubungkan dengan pedagang keturunan Cina di Coyudan, mereka memiliki kecenderungan etika utilitarianisme yang tinggi. Para pedagang keturunan Cina menilai lembaga, hukum, konsistensi dalam prinsip, serta kebiasaan dianggap cukup penting demi menentukan suatu konsekuensi dalam dagangnya terhadap masyarakat. Mereka cenderung bersifat maskulin , artinya tindakan-tindakannya lebih rasional dan atau lebih diperhitungkan untung rugi dalam

menilai suatu konsekuensi dari tindakannya tersebut. 31

Hubungan manajemen sub-variabel baik budaya dagang keturunan Cina maupun Jawa memiliki pandangan yang cenderung sama, yaitu keduanya adalah cara untuk berusaha menjaga hubungan baik dengan para pelanggan, konsumen, pemasok, pemerintah (superior) dan lingkungannya. Cara bersikap itu merupakan manifestasi norma kehidupan berdasarkan pada kehormatan dan keharmonisan. Namun, hubungannya dengan situasi keputusan pemasaran yang penuh resiko karena persaingan dagang yaitu masuknya pendatang baru ancaman produk pengganti, kekuatan tawar-menawar antar pembeli dan pemasok, persaingan diantara pesaing yang sudah ada. Kasus situasi pemasaran sehingga diketahui apakah perlu melakukan

30 Ibid ., hlm 175.

31 A Rani Usman., loc.cit.

kombinasi keduanya.

Pemasaran para pedagang pribumi asli cenderung bersikap mengajak para pendatang baru untuk bekerja sama, sedang para pedagang keturunan Cina cenderung untuk melakukan kemampuannya secara optimal tanpa melakukan kerja sama. Demikian bisa terjadi karena dalam suatu pertukaran kerja sama dibutuhkan ikatan sosial jangka panjang, hal ini dinilai relatif dianggap lebih berat oleh pedagang keturunan Cina yang mendasarkan kepada hutang budi secara moral sulit dibayar dan dilupakan. Dikaitkan hal itu dengan resiko, bagi pedagang pribumi asli nampak memiliki penilaian bahwa resiko dapat disesuaikan atau dikurangi melalui kerja sama, sebaliknya bagi pedagang keturunan Cina menilai hal itu tanpa harus kerja sama, dalam arti kata lebih berani menanggung resiko sendiri tanpa melibatkan pihak lain atau dengan menggunakan cara lain, misalnya dengan mengendalikan sendiri dan efisien dalam hal waktu dan dana atau sumber daya lainnya.

Motivasi dan maksud dalam dagang mereka memang lebih cenderung tidak ke dalam etika kemalasan atau lebih sesuai bagi semangat rame ing gawe , pandangan dunia dan hidup Jawa. Etos dagang Cina cenderung mudah menimbulkan spiral kekerasan daripada bersikap berjuang tanpa kekerasan sebagai sisi lain. Masalah terpenting pada kecenderungan etos dagangnya etnis Cina itu kaitannya ke dalam dua hal yang berkurang. Pertama, kurang realistis dan rasional dan yang kedua kurang Motivasi dan maksud dalam dagang mereka memang lebih cenderung tidak ke dalam etika kemalasan atau lebih sesuai bagi semangat rame ing gawe , pandangan dunia dan hidup Jawa. Etos dagang Cina cenderung mudah menimbulkan spiral kekerasan daripada bersikap berjuang tanpa kekerasan sebagai sisi lain. Masalah terpenting pada kecenderungan etos dagangnya etnis Cina itu kaitannya ke dalam dua hal yang berkurang. Pertama, kurang realistis dan rasional dan yang kedua kurang

Dalam sejarahnya, etnis Cina dipercaya mampu mengembangkan perekonomian di suatu negara dengan ilmu bisnis yang mereka punya. Begitu pula dengan para pedagang Cina emas Coyudan bisa begitu berhasil dalam usaha perdagangan emasnya sebenarnya karena mereka manganut pada ajaran Confucius (Konfusius). Dalam hal ini Confucius tidak mengajari mukjijat atau sesuatu yang melebihi kemampuan orang biasa. Menjadi seorang Chun Tzu-Gentlemen-Insan Berbudi Mulia adalah cita-cita tertinggi seorang Konfusian, atau bagi mereka yang terus berupa dengan tekun dan telaten, seperti halnya yang dilakukan oleh pedagang emas Cina di Coyudan ini, mereka sangat tekun dan teliti dan menjalankan bisnisnya dibidang perdagangan. Contohnya: Sebagi salah satu pemilik toko emas Gajah, Andy Ong setiap hari selalu memantau perkembangan bisnis dagangnya meskipun sudah ada pegawai pribumi yang dipekerjakannya. Ia selalu memperhintungkan keutungan yang didapat setiap harinya. Selain itu ketelitian dalam menjalan usaha bisnis dagang emasnya adalah salah satu prinsip yang harus ia jalani ketika melakukan sebuah

bisnis, baik bisnis dengan skala besar maupun kecil. 33 Karena bagi mereka keberhasilan dalam bisnis sebagian besar ditentukan oleh sikap tersebut. 34

32 Ibid ., hlm. 72

33 Wawancara Andy Ong: Pemilik toko emas Gajah 14 Juni 2012

34 Djoenaedi Joesoef. loc.cit.

pergantian berbagai dinasti. Pada dasarnya telah dibuktikan bahwa melampai berbagai peristiwa sejarah perkembangan peradaban di China maka Konfusianime, Taoisme, dan Budhisme sebagai agama besar dan agam kecil merupakan lokal genius bagi kepentingan rakyat.