Fungsi Sintaksis Bsu dan Bsa

A. Fungsi Sintaksis Bsu dan Bsa

Terjemahan al-Quran merupakan salah satu jenis teks yang harus dilakukan suatu analisis. Karena secara ideal teks Bsu dan teks Bsa merupakan teks-teks yang harus dipersamakan secara fungsional. Semakin mudah dua teks itu dibandingkan, maka makin mudah pula dalam menentukan strategi menerjemahkan teks Bsu. Karena itu, analisis yang digunakan adalah analisis kontrastif (anakon) yang dilakukan melalui dua langkah: Pertama, deskripsi B¹

dan B², dan kedua perbandingan antara keduanya. 4 Untuk mengetahui deskripsi bahasa, maka kategori-kategori bahasa hendaknya dikaji dan dipahami terlebih

dahulu. Pemahaman “kontras”, yang dapat didefinisikan sebagai “perbandingan dilihat dari latar belakang kesamaannya atau perbedaannya. Dan perbedaan merupakan variabel yang diperhatikan oleh analisis kontrastif.

Di antara model analisis kontrastif untuk tujuan komparasi adalah analisis struktural. Analisis ini berangkat dari asumsi bahwa membandingkan dua bahasa secara keseluruhan itu tidak mungkin. Karena itu asumsi yang dibangun adalah

3 Ahsin Sakho Muhammad, “ Aspek-aspek Penyempurnaan Terjemah dan Tafsir Departemen Agama ”, Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 3, No. 1 (Januari 2005), h. 157.

4 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa (Bandung: Angkasa, 1992), h, 133.

bahwa bahasa itu pada hakikatnya “system of system”, misalnya fonologi, morfologi dan sintaksis. Sintaksis merupakan sistem bahasa yang dibandingkan secara praktis dalam terjemahan. Makna-makna bahasa apapun dapat dilacak

dengan instrumen ini melalui relasi-relasi struktur bahasa yang ada. Oleh karena itu, al-Jurjâniy melalui teori al-Nazm (konstruksi) dalam bukunya Dalâ`il al-I’jâz menyimpulkan bahwa bahasa bukanlah semata-mata kumpulan dari kosa kata

melainkan kumpulan dari sistem relasi. 5 Penjelasan kata dalam hubungannya dengan kata lain atau unsur-unsur lain sebagai suatu ujaran dibicarakan dalam

sintaksis yang membahas fungsi dan kategori kata dalam bahasa tertentu.

Dalam bahasa Arab, makna sebuah kalimat hanya bisa dipahami melalui hubungan antarkata pada kalimat itu. Menurut al-Fadliy, setiap kata dalam kalimat memiliki tempat tertentu yang selaras dengan kaidah pembentukan

kalimat. 6 Pada posisi itulah sebuah kata menjalankan fungsinya melalui hubungannya dengan kata lain yang memiliki fungsi dan posisi yang juga lain

dalam kalimat itu. Peran kata dalam kalimat bahasa Arab ditunjukkan oleh i’râb, yaitu vokal pendek dan panjang yang dilambangkan dengan tanda dammah,

fathah, kasrah, alif, waw dan yâ`. Menurut Badri, struktur sintaksis dalam bahasa Arab terdiri dari enam macam fungsi, yaitu musnad ilaih, musnad, mukammil, tâbi’, râbit dan tahwîl

dengan berbagai subfungsinya. 7

1. Musnad Ilaih Musnad Ilaih ialah kata atau frase yang disandari oleh musnad. Menurut al-Ghalayainiy, 8 fungsi ini dapat ditempati oleh beberapa subfungsi,

5 ‘Abd al-Qâhir al-Jurjâniy, Dalâ`il al-I’jâz (Kairo: ‘Abd al-Salam Harun, t.t.), h. 12. 6 Al-Fadliy, Dirâsah fi al-I’râb (Jeddah: Tihamah, 1984), h. 108.

7 Kamal Badri, Binyah al-Kalimât wa Nazm al-Jumlah Mutabbaqan ‘alâ al-Lughah al- ‘Arabiyyah al-Fushâ- (Jakarta: LIPIA, 1986), h. 26.

8 Mustafâ al-Ghalâyainiy, Jâmi’ al-Durûs al-‘Arabiyyah (Beirut: al-Maktabah al-‘Asriyyah, 1984), jilid 1, h. 13.

di antaranya fâ’il, nâ`ib al-fâ’il, mubtada`, ism kâna, ism inna dan ism lâ. Subfungsi ini tidak jauh berbeda dengan konsep peran di dalam linguistik umum. Sementara itu, kategori kata yang dapat menempati fungsi Musnad

Ilaih ialah ism atau nomina (N).

Contoh:

(1) ﺎﺑﺎﺘﻛ ﺪﻤ ﳏ ﻱﺮﺘﺷﺍ = Muhammad membeli buku

= Buku itu telah dibeli

= Matahari terbit

= Guru itu berilmu

= Sungguh Allah Mahakuasa

= Tak ada seseorang di rumah itu

Berdasarkan contoh-contoh di atas, semua kata yang bergaris bawah adalah berkategori ism atau nomina (N) yang menempati fungsi sebagai

Musnad Ilaih atau Subyek (S) dengan subfungsinya sebagai fâ’il (1), nâ`ib al- fâ’il (2), mubtada (3), ism kâna (4), ism inna (5) dan ism lâ (6).

2. Musnad Musnad ialah kata atau frase yang menerangkan musnad ilaih dan yang bersandar padanya. Fungsi ini dapat ditempati oleh fi’l, ism fi’l, khabar,

khabar kâna, khabar inna dan khabar lâ. Kategori yang menempati fungsinya adalah ism atau nomina (N) dan fi’l atau verba (V).

Contoh:

= Muhammad memuliakan tamu

= Kabulkanlah !

(3) a. ﺔﻌﻟﺎﻃ ﺲﻤﺸﻟﺍ

= Matahari terbit

b. ﺱﻮﻔﻨﻟﺍ ﺮﻬﻄﻳ ﻡﻮﺼﻟﺍ = Puasa membersihkan jiwa (4) ﺍﺪﻬﺘ ﳎ ﺐﻟﺎﻄﻟﺍ ﻥﺎﻛ = Mahasiswa itu giat

(5) ﺢﺟﺎﻧ ﺍﺪﻤﳏ ﻥﺇ = Sungguh Muhammad orang yang sukses (6) ﻥﺎﺒﺟ ﻖﺣ ﻞﺋﺎﻗ ﻻ

= Tak ada seorang pembicara kebenaran itu penakut

Berdasarkan contoh-contoh di atas, semua kata yang bergaris bawah dalam struktur sintaksis adalah berfungsi sebagai Musnad atau Predikat (P)

dengan dua kategori yaitu ism (nomina) dan fi’l (verba). Kategori nomina (N) terletak pada subfungsi khabar (3a), khabar kâna (4), khabar inna (5) dan khabar lâ (6), sedangkan kategori verba (V) terletak pada subfungsi fi’l (1),

ism fi’l (2), 9 khabar (3b).

3. Mukammil Mukammil adalah kata atau kelompok kata yang melengkapi informasi

yang disampaikan oleh musnad dan musnad ilaih. Adapun subfungsinya adalah al-mafâ’il al-khamsah, keterangan keadaan dan keterangan penjelas. Sedangkan kategorinya adalah ism atau nomina (N).

Contoh:

= Khalid membuka pintu

= Aku benar-benar bangun (3) ﻢﻠﻌﻟﺍ ﰲ ﺔﺒﻏﺭ ﺖﺌﺟ = Kamu datang karena cinta ilmu

= Aku pergi di malam hari

(5) ﻞﻴﻠﻟﺍﻭ ﺕﺮﺳ = Aku berjalan bersamaan dengan malam (6) ﺎﳌﺎﺳ ﰊﺃ ﻊﺟﺭ

= Ayahku pulang dengan selamat (7) ﺍﺬﻴﻤﻠﺗ ﺮﺸﻋ ﺪﺣﺃ ﺀﺎﺟ = Telah datang sebelas siswa

Dari contoh-contoh yang bergaris bawah di atas, dapat diketahui bahwa kata-kata tersebut berkategori ism atau nomina (N) yang memberikan informasi bagi kejelasan musnad ilaih (S) atau musnad (P). Kata yang

9 Ism Fi’l terbagi menjadi tiga: (1) Ism Fi’l Mâdi (perfektif), seperti تﺎﮭﯿھ artinya “mustahil”, (2) Ism fi’l mudâri’ (imperfektif), seperti ﻑﺃ artinya “ah” (suatu ungkapan susah), (3) Ism fi’l Amr

(imperatif), seperti ﻪﺻ artinya “diamlah”. Lihat, al-Ghalâyainiy, jilid 1, h. 157.

bergaris bawah pada (1) menjelaskan (P), (2) menjelaskan (P), (3) menjelaskan (P), (4) menerangkan (P), (5) menerangkan (S), (6) menerangkan (S) dan (7) menerangkan (S).

4. Tâbi’ Tâbi’ adalah kata yang menerangkan musnad ilaih (S). Subfungsinya terdiri dari na’t, badal, taukîd dan ataf. Seperti halnya mukammil, kategori

tâbi’ berupa nomina.

Contoh:

(1) ﺪﻬﺘ ﺍ ﺐﻟﺎﻄﻟﺍ ﺀﺎﺟ = Telah datang mahasiswa yang giat (2) ﺎﻬﻔﺼﻧ ﺔﻠﻴﺒﻘﻟﺍ ﺖﻠﺻﻭ = Telah sampai sebagian kabilah (suku)

= Kamu benar-benar datang

(4) ﺔﺳﺭﺪﳌﺍ ﱄﺍ ﺔﺸﺋﺎﻋﻭ ﺔﻤﻃﺎﻓ ﺖﺒﻫﺫ = Fatimah dan Aisyah pergi ke sekolah

Dari beberapa contoh di atas, kata-kata yang bergaris bawah berfungsi menerangkan musnad ilaih (S) dan musnad (P). Semua kata yang bergaris bawah dari (1) hingga (4) menerangkan (S) yang berkategori nomina.

Keempat subfungsi di atas, hanya taukid yang bisa berkategori lebih, yaitu berupa partikel, nomina, verba dan klausa. 10

5. Râbit Râbit ialah kata yang berfungsi menghubungkan kata atau kelompok

kata yang memiliki fungsi-fungsi di atas. Subfungsinya terdiri dari kata sarana harf al-jarr (preposisi) , harf al-‘atf (konjungtif), harf al-istitsnâ’ (eksepsi).

Contoh:

(1) ﻲﺳﺮﻜﻟﺍ ﻲﻠﻋ ﻲﻣﺃ ﺖﺴﻠﺟ = Ibuku duduk di atas kursi

= Aku makan lalu minum

10 Al-Ghalâyainiy, Jâmi’ al-Durûs al-‘Arabiyyah, jilid 3, h. 232.

(3) ﺎ ﻀﻳﺮﻣ ﻻﺇ ﺪﺠﺴﳌﺍ ﰲ ﻥﻮﻤﻠﺴﳌﺍ ﻲﻠﺻ = Orang-orang Islam shalat di masjid

kecuali orang yang sakit.

6. Tahwîl Tahwîl ialah kata yang berfungsi mengubah kalimat deklaratif ( kalâm

itsbât) menjadi kalimat yang bermakna non deklaratif. Kata-kata yang berfungsi demikian disebut dengan kata sarana (partikel) yang tidak memiliki makna leksikal (ma’nâ mu’jamiy), tetapi makna fungsi (ma’nâ wazîfiy). Karena itu setiap kata sarana tidak dapat mempunyai makna tersendiri selama

tidak berhubungan dengan kelas kata lainnya, seperti nomina maupun verba. Perlu diketahui di sini, bahwa kata sarana yang berfungsi sebagai

pengubah kalimat deklaratif harus dibedakan dengan kata sarana yang berfungsi sebagai penghubung kata, klausa bahkan kalimat. Kata sarana yang berfungsi sebagai penghubung telah dijelaskan pada nomor sebelumnya yang terdiri dari preposisi (harf al-Jarr), kata sarana konjungtif (harf al-‘atf) dan kata sarana pengecualian (adâh al-Istitsnâ’). Kata sarana yang berfungsi sebagai penghubung itu, Hassân menamakannya kata sarana pokok atau al- Adâh al-Asliyyah dan kata sarana pengubah atau al-Adâh al-Muhawwilah bagi kata sarana lainnya yang berfungsi sebagai pengubah makna kalimat

deklaratif menjadi makna kalimat lainnya dinamakan 11 . Kemudian, Hassân menyebutkan bahwa terdapat 15 (partikel) yang

dapat berfungsi sebagai pengubah makna kalimat deklaratif menjadi kalimat lain, seperti yang terlihat dalam bagan berikut: 12

11 Tammâm Hassân, al-Lughah al-‘Arabiyyah: Ma’nâhâ wa Mabnâhâ, (Kairo: ‘Âlam al- Kutub, 1998), h. 123.

12 Tammâm Hassân, al-Lughah al-‘Arabiyyah: Ma’nâhâ wa Mabnâhâ, h. 124.

Berdasarkan bagan di atas, pada intinya semua kalimat Bsu baik khabariyyah maupun insyâ`iyyah tersusun atas dua unsur pokok, yaitu S (musnad ilaih) dan P (musnad) sebagaimana yang telah dikemukakan Berdasarkan bagan di atas, pada intinya semua kalimat Bsu baik khabariyyah maupun insyâ`iyyah tersusun atas dua unsur pokok, yaitu S (musnad ilaih) dan P (musnad) sebagaimana yang telah dikemukakan

Misalnya, sebuah kalimat dimasuki kata sarana negatif, seperti ﺎﻣ , ﻻ , ﻦﻟ , ﱂ , atau ﺎﳌ maka kalimat tersebut menjadi kalimat negatif (jumlah manfiyyah). Contohnya: ﻥﻭﺪﺒﻌﺗ ﺎﻣ ﺪﺒﻋﺃ ﻻ // Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah.

Kalimat yang dimasuki kata sarana asertif (penegas), seperti ﻥﺇ , ﻥﺃ atau ﺎ ﳕﺇ maka kalimat tersebut menjadi kalimat asertif (jumlah mu`akkadah). Contohnya:

ﷲﺍ ﺮﺋﺎﻌﺷ ﻦﻣ ﺓﻭﺮﳌﺍﻭ ﺎﻔﺼﻟﺍ ﻥﺇ // Sesungguhnya Safa dan Marwah bagian dari syi’ar (agama) Allah.

Kalimat yang dimasuki kata-kata tanya, seperti ﻞﻫ , ﺎﻣ , ﻦﻣ dan sebagainya maka kalimat tersebut menjadi kalimat tanya (jumlah istifhâmiyyah). Contohnya:

ﲑﺼﺒﻟﺍﻭ ﻲﻤﻋﻷﺍ ﻱﻮﺘﺴﻳ ﻞﻫ // Apakah orang buta sama dengan orang yang melihat?.

Kalimat perintah (jumlah al-Amr) atau imperatif dapat dinyatakan dengan partikel lâm dan verba mudâri’ atau bisa dengan menggunakan verba bentuk perintah. Contohnya: ﻪﺘﻌﺳ ﻦﻣ ﺔﻌﺳﻭﺫ ﻖﻔﻨﻴﻟ // Hendaklah orang yang mempunyai

keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya. Atau bisa juga dengan masdar sebagai pengganti verba imperatif seperti: ﺎﻧﺎﺴﺣﺇ ﻦﻳﺪﻟﺍﻮﻟﺎﺑﻭ atau bisa juga menggunakan kata yang berkategori nomina tetapi fungsinya sebagai verba

imperatif seperti: ﲔﻣﺁ .

Kalimat larangan (jumlah al-Nahy) dapat dinyatakan dengan partikel ﻻ .

Contohnya: ﺍﻭ ﺪِﺴﹾﻔﺗ ﻻ // janganlah berbuat kerusakan.

Kata sarana yang berfungsi untuk menyatakan sindiran (al-‘Ard) atau

anjuran (al-tahdîd) seperti ﻻﺃ . Contohnya : ﻢﹸﻜﹶﻟ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺮِﻔﻐﻳ ﹾﻥﹶﺃ ﹶﻥﻮﺒِﺤﺗ ﻻﹶﺃ // Apakah

kamu tidak suka bahwa Allah mengampuni kamu?. Kata sarana yang berfungsi untuk menunjukkan kalimat yang menyatakan

angan-angan (al-Tamanniy) antara lain ﺖﻴﻟ . Contohnya: ﹸﻥﻭﺭﺎﹶﻗ ﻲِﺗﻭﹸﺃ ﺎﻣ ﹶﻞﹾﺜِﻣ ﺎﻨﹶﻟ ﺖﻴﹶﻟ ﺎﻳ // Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Karun.

Kemudian, kata sarana yang digunakan untuk menunjukkan kalimat yang menyatakan harapan (al-Tarajjiy) antara lain ﻞﻌﻟ . Contohnya: ﹶﻥﻮﹸﻘﺘﺗ ﻢﹸﻜﱠﻠﻌﹶﻟ // agar kamu bertakwa.

Kemudian partikel yang digunakan untuk kalimat panggilan (al-Nidâ`)

antara lain ﺎﻳ . Contoh: ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺎﻬﻳﹶﺃ ﺎﻳ // hai manusia.

Sedangkan partikel yang digunakan untuk menyatakan makna kalimat syarat (jumlah syartiyyah) antara lain ﻻﻮﻟ seperti ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺎﻨﻤﱢﻠﹶﻜﻳ ﻻﻮﹶﻟ // Mengapa Allah tidak berbicara dengan kita; dan partikel ﻮﻟ seperti ﺍ ﻮﹶﻘﺗﺍﻭ ﺍﻮﻨﻣﺁ ﻢﻬﻧﹶﺃ ﻮﹶﻟﻭ // Dan jika

mereka benar-benar beriman dan bertakwa.

Kata sarana yang berfungsi untuk menyatakan kalimat sumpah (al-Qasam)

antara lain ﻭ , seperti contoh ﺮ ﺼﻌﹾﻟﺍﻭ // Demi masa.

Selanjutnya, kata sarana yang digunakan untuk menyatakan kalimat seru

(al-Nudbah) antara lain ﺍﻭ seperti contoh: ﻩﺍﺪﻟﺎﺧ // Wahai Khalid. ﺍﻭ

Dan partikel yang digunakan untuk menunjukkan makna interjektif ( al-

Ta’ajjub) adalah ﺎﻣ seperti dalam kalimat ﺀﺎﻤﺴﻟﺍ ﻦﺴﺣﺃ ﺎﻣ // Alangkah indahnya langit itu?

Melalui penjelasan tentang struktur fungsi B¹, yaitu bahasa Arab secara deskriptif di atas, maka perlu dilakukan satu perbandingan dengan struktur fungsi B², yaitu bahasa Indonesia. Perbandingan yang hendak dilakukan harus mengacu

kepada tujuan untuk mencari persamaan dan perbedaan sebagai instrumen dalam penentuan strategi terjemahan al-Quran.

Untuk mengetahui perbandingan kedua bahasa itu, penulis memulai dengan membandingkan unsur-unsur kalimat Bsu dan Bsa. Unsur kalimat adalah

fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lazim dikenal

dengan sebutan jabatan kata atau peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket). Di antara kelima fungsi sintaksis ini

yang merupakan keharusan dalam satu kalimat bahasa Indonesia adalah fungsi S dan P. 13

1. Subjek (S) Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok

pembicaraan. Ia diisi oleh sebagian kategori kata atau frasa nominal, klausa dan frasa verbal.

Contoh: (a) Ayahku sedang membaca (b) Meja direktur besar (c) Yang berpakaian batik dosen saya (d) Berjalan kaki menyehatkan badan (e) Membangun jalan layang sangat mahal Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat (a) sampai (e) adalah S.

Contoh (a) dan (b) adalah S yang diisi oleh kategori kata atau frasa benda

13 Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2007), h. 126.

(nomina); (c) adalah S yang diisi oleh kategori klausa; sedangkan (d) dan (e) adalah S yang diisi oleh frasa verbal.

2. Predikat (P) Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan apa

atau dalam keadaan bagaimana S di dalam suatu kalimat. Satuan bentuk yang mengisi P dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau ajektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina atau frasa nominal.

Contoh:

(a) Ayam berkokok (b) Adik sedang tidur siang (c) Putrinya cantik jelita (d) Daerah itu dalam keadaan aman (e) Kucingku belang tiga (f) Sastro mahasiswa baru (g) Mobil Pak Hermawan lima

Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat (a) hingga (g) memberitahukan S. Hanya saja P yang memberitahukan S pada kalimat (a) dan (g) berupa kata verbal dan numeral dan selain dua kalimat itu P diisi oleh

frasa atau kelompok kata (sedang tidur siang, cantik jelita, dalam keadaan aman, belang tiga, mahasiswa baru).

3. Objek (O) Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada

umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib adanya O.

Contoh:

(a) Petani menimbang ... (b) Arsitek merancang .... (c) Juru masak menggoreng... Verba transitif menimbang, merancang, menggoreng pada contoh di

atas adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Adapun unsur yang akan melengkapi P bagi ketiga kalimat di atas itulah yang dinamakan objek.

4. Pelengkap (Pel) Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang

melengkapi P. Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verba. Pel sama dengan O dalam posisinya dalam kalimat juga kategori kata yang

mengisinya, yaitu nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun demikian keduanya tetap ada perbedaan.

Contoh: (a) Pimpinan upacara // membacakan // Pancasila

(b) Banyak partai politik // berlandaskan // Pancasila

Pel

Kedua kalimat tersebut dapat dibedakan dengan cara kalimat itu dibuat kalimat pasif, sehingga kalimat (a) menjadi Pancasila dibacakan oleh

Pimpinan upacara dan kalimat (b) menjadi Pancasila dilandasi oleh banyak partai politik. Kalimat (b) yang mengandung Pel. Itu tidak bisa diubah menjadi kalimat pasif, kalaupun bisa kalimat tersebut termasuk kalimat yang tidak gramatikal.

Di samping itu, Pel tidak selalu berada di belakang O, jika kalimat itu sudah memenuhi pola yang lengkap, yaitu pola S-P-O-Pel.

5. Keterangan (Ket)

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O dan Pel. Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal, di tengah, atau di

akhir kalimat. Kategori yang dapat diisikan pada unsur ini adalah frasa nominal, frasa preposisional, adverbia atau klausa.

Berdasarkan maknanya dalam kalimat, para ahli membagi Ket atas sembilan macam, yaitu: Ket. Tempat (dari rumah), Ket. Waktu (sekarang),

Ket. Alat (dengan gunting), Ket. Tujuan (demi orang tuanya), Ket. Cara

(dengan hati-hati), Ket. Penyerta (dengan teman-temannya), Ket. Similatif ( (bagaikan pengacara), Ket. Penyebab (karena malas belajar) dan Ket. Kesalingan (satu sama lain). 14

Berdasarkan deskripsi fungsi sintaksis dua bahasa, yaitu Bsu dan Bsa, maka dapat diketahui perbandingan keduanya sebagaimana yang tertulis

dalam tabel berikut:

Tabel 1

Perbandingan Fungsi Sintaksis Bsu dan Bsa

Fungsi Sintaksis Bsu

Fungsi Sintaksis BSa

Fungsi dan Sub

Musnad Ilaih:

- nomina fâ’il, nâ`ib al-fâ’il, mubtada`, -Murakkab:

- Ism

Subjek (S)

- Frasa nominal ism kâna, ism inna dan ism lâ

wasfiy,

idâfiy,

- Klausa

mausûliy (ismiy

- Frasa Verbal

dan harfiy)

14 Lihat, Hasan Alwi (Ed.), Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 366.

- kata (nominal, fi’l, ism fi’l, khabar, khabar - fi’l

- Ism

Predikat (P)

ajektiva, verbal) kâna, khabar inna dan - Murakkab

- frasa khabar lâ Mukammil:

- nomina al-mafâ’il al-khamsah, hâl

Ism

Objek (O)

- frasa nominal (keterangan keadaan), tamyîz

- klausa (keterangan penjelas)

Tabi:

Ism

na’t, badal, taukîd dan ‘ataf

Pelengkap (Pel)

- nomina - frasa nominal - klausa

Rabit:

- frasa nominal Zarf (keterangan waktu dan

Keterangan

-frasa preposisional tempat),

(Ket)

- adverbia (preposisi) , harf al-‘Atf

harf

al-Jarr

- klausa (konjungtif), harf al-Istitsnâ` (eksepsi)

Berdasarkan tabel di atas, maka fungsi sintaksis Bsu dapat dianalogikan bahwa fâ’il, nâ`ib al-fâ’il, mubtada`, ism kâna, ism inna dan ism lâ menjadi (S)

dalam Bsa , fi’l, ism fi’l, khabar, khabar kâna, khabar inna dan khabar lâ menjadi (P), maf’ûl bih menjadi (O) dan selain itu bisa masuk pada (Pel) atau (Ket).

Sedangkan kategori Bsu dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu ism, fi’l, Zarf, âdawât dan al-khawâlif. Dan yang kategori yang terakhir ini Sedangkan kategori Bsu dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu ism, fi’l, Zarf, âdawât dan al-khawâlif. Dan yang kategori yang terakhir ini

Tabel 2

Perbandingan Kategori Bsu dan Bsa

Bsu

BSa

Ciri dan Rumpun

dan Rumpun

Dapat diingkari dengan Nama, sifat dan penunjuk jumlah, jenis, Nomina,

Dapat dibubuhi tanda Nomina :

kata bukan, diikuti oleh kata ganti

definitif, vokal rangkap pronomina,

gabungan kata yang+

dan preposisi

numeralia,

kata sifat atau yang sangat + kata sifat

Fi’l :

Dapat diberi aspek Verba perfektif, waktu

Dapat diubah menurut Verba :

waktu (akan, sedang, impefektif

dan

aspek Verba asal, verba

telah), dapat diingkari imperatif

dan melalui afiksasi

turunan,

verba

reduplikasi, verba

dengan kata tidak, dapat

majemuk, verba

diikuti oleh gabungan

berpreposisi

kata dengan+ nomina atau sifat

Zarf:

Memberi keterangan Zarf

Tidak dapat diubah Adverbia:

pada verba, ajektiva, waktu dan tempat

nomina predikatif atau kalimat

Adâwât :

Tidak mempunyai arti Kata konjungtif leksikal,

Tidak mempunyai arti Kata Sarana:

leksikal, kecuali dan transformator

kecuali Kata depan, kata

berkaitan dengan kata sambung,

kata

berkaitan dengan kata

lain

seru, kata sandang

lain

dan partikel

15 Lihat, Kamal Badri, Binyah al-Kalimât wa Nazm al-Jumlah Mutabbaqan ‘alâ al-Lughah al-‘Arabiyyah al-Fushâ, h. 10-25.

Dari semua kategori di atas, ada satu kategori Bsa yang tidak bisa dibandingkan dengan lima kategori Bsu, yaitu kata sifat. Kata sifat Bsa memiliki ciri: (1) dapat diberi kata keterangan pembanding seperti lebih, kurang dan

paling, (2) dapat diberi kata keterangan penguat seperti sangat, amat, benar dan terlalu dan (3) dapat diingkari dengan kata ingkar tidak atau bukan. 16 Meskipun

demikian, karena fungsinya untuk menerangkan sifat, keadaan, watak, tabiat orang atau suatu benda, maka kategori ini dapat dipadankan dengan kategori ism

dengan rumpun sifat.