3.4 Aspek Pengukuran
a. Hasil Penilaian Kinerja
Pengukuran dalam variabel ini menggunakan skala guttman dengan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Untuk jawaban pertanyaan “Ya” diberi skor 1
dan untuk jawaban “Tidak” diberi skor 0 Sugiono, 2008 : 77. Pertanyaan dalam penelitian ini terdiri dari 9 pertanyaan dan hasil pengukuran
dikategorikan atas 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang Arikunto, 2010
1. Kategori baik apabila hasil penilaian kinerja memperoleh jumlah skor
atau nilai ≥ 76 - 100 dari total skor atau nilai.
2. Kategori cukup apabila hasil penilaian kinerja memperoleh jumlah
skor atau nilai ≥ 56 - 75 dari total skor atau nilai.
3. Kategori kurang apabila hasil penilaian kinerja memperoleh jumlah
skor atau nilai 56 dari total skor atau nilai. b.
Kebutuhan Pelatihan Pengukuran dalam variabel ini menggunakan skala guttman dengan
jawaban “Ya” dan “Tidak”. Untuk jawaban pertanyaan “Ya” diberi skor 1 dan untuk jawaban “Tidak” diberi skor 0 Sugiyono, 2008 : 77.
Pertanyaan dalam penelitian ini terdiri dari 10 pertanyaan. Dan hasil pengukuran diikategorikan atas tiga kategori yaitu baik, cukup, kurang
Arikunto, 2010. 1.
Kategori baik apabila hasil penilaian kinerja memperoleh jumlah skor atau nilai
≥ 76 - 100 dari total skor atau nilai.
Universitas Sumatera Utara
2. Kategori cukup apabila hasil penilaian kinerja memperoleh jumlah
skor atau nilai ≥ 56 - 75 dari total skor atau nilai.
3. Kategori kurang apabila hasil penilaian kinerja memperoleh jumlah
skor atau nilai 56 dari total skor atau nilai.
3.5 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan yang berjumah 145 orang.
Tabel 3.2 Keadaan perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan
Tahun 20122013 No
Instalasi Jumlah
1. Instalasi Rawat Jalan
18 2.
Instalasi Rawat Inap 91
3. Instalasi Gawat Darurat
13 4.
Instalasi Bedah Sentral 12
5. Instalasi Perawatan Intensif
7 6.
Instalasi Rehabilitasi Medis 4
Total 145
Sumber : RSUD Kota Padangsidimpuan 2013
b. Sampel
Mengingat terdapat perbedaan jenis pekerjaan dan bentuk pelatihan pada perawat, maka peneliti memilih instalasi rawat inap sebagai sampel. Hal
ini dikarenakan pada rumah sakit terdiri dari beberapa instalasi, dimana perawat pada setiap instalasi memiliki jenis pekerjaan dan pelatihan yang
berbeda, dan agar sampel pada penelitian ini bersifat homogen ataupun
Universitas Sumatera Utara
sama, maka peneliti memilih instalasi rawat inap sebagai sampel. Selain itu dikarenakan jumlah perawat di instalasi rawat inap lebih banyak
dibandingkan dengan instalasi lainnya. Sehingga perawat di instalasi rawat inap harus bisa menguasai pekerjaannya.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan berdasarkan pada rumus slovin sebagai patokan untuk menentukan sampel minimal yang harus
dimabil Umar, 2004 : 149 yaitu :
2
1 Ne N
n +
=
Keterangan : n = Jumlah sampel
N = Ukuran populasi e = Standar error
maka jumlah sampel menjadi :
2
1 ,
. 91
1 91
+ =
n
n= 47,64 sampel Dalam penelitian ini sampel sebanyak 47,64 perawat dan dibulatkan
menjadi 48 perawat. Kemudian untuk penarikan sampel dari populasi dengan cara non probability sampling. Pada cara non probability
sampling tidak semua populasi mempunyai kesempatan untuk mengikuti penelitian. Pendekatan yang digunakan adalah purposive sampling.
Menurut Sugiyono 2012 : 218, “Purposive sampling adalah teknik
Universitas Sumatera Utara
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu dan disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh peneliti”. Dan
responden tersebut dianggap membantu dan memberikan informasi mengenai hasil penilaian kinerja terhadap kebutuhan pelatihan.
Pengambilan sampel berdasarkan kriteria berikut: 1.
Perawat yang telah mendapatkan minimal lima kali penilaian kinerja. Peneliti memilih kriteria ini dikarenakan perawat yang telah
mendapatkan minimal lima kali penilaian lebih pengalamanan dalam hal penerimaan hasil penilaian kinerja. Berdasarkan dari hasil-hasil
yang diperolehnya perawat dalam kriteria ini sudah bisa merasakan apakah hasil yang didapatkan sudah sesuai atau tidak dengan
pekerjaan yang dilakukannya. 2.
Perawat yang telah mengikuti pelatihan minimal dua kali Peneliti memilih kriteria ini dikarenakan perawat yang telah mengikuti
pelatihan minimal dua kali sudah lebih berpengalaman atau lebih mengetahui apakah pelatihan-pelatihan yang telah didapatkannya
sudah sesuai dengan yang dibutuhkannya dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya dalam melaksanakan pekerjaan.
3. Perawat dengan masa kerja minimal lima tahun
Peneliti menentukan sampel dengan kriteria ini dikarenakan perawat dengan masa kerja minimal lima tahun memiliki pengalaman lebih
baik dan terampil dalam melaksanakan pekerjaan dibandingkan dengan perawat yang memiliki masa kerja kurang dari lima tahun.
Universitas Sumatera Utara
3.6 Jenis Data