Kondisi Tenaga Kerja Propinsi Sumatera Utara

4.1.4. Kondisi Tenaga Kerja Propinsi Sumatera Utara

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Propinsi Sumatera Utara, bahwa angkatan kerja sebagian besar masih berpendidikan SD ke bawah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.4.1, dimana persentase angkatan kerja golongan ini mencapai 41,47 persen, angkatan kerja yang berpendidikan setingkat SMTP dan SMTA masing-masing sekitar 23,42 persen dan 28,94 persen sedangkan sisanya 6,17 persen berpendidikan di atas SMTA. Dengan masih rendahnya pendidikan angkatan kerja memungkinkan produktivitas pekerja belum optimal. Tabel 4.1.4.1. Jumlah Angkatan Kerja Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tahun 2007 Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan Tingkat Pendidikan orang orang orang Tidak belum pernah sekolah 33.612 0,99 46.972 2,09 80.584 1,43 Tidak belum tamat SD 265.281 7,78 245.892 10,96 511.173 9,04 Tamat SD 1.056.119 30,98 696.911 31,04 1.753.030 31,00 Tamat SMTP 831.506 24,39 492.923 21,95 1.324.429 23,42 Tamat SMTA 1.051.793 30,85 584.455 26,03 1.636.248 28,94 Diploma IIIIIIIV, Universitas 170.666 5,01 178.001 7,93 348.667 6,17 Jumlah 3.408.977 100 2.245.154 100 5.654.131 100 Sumber: BPS-Survei Angkatan Kerja Nasional bulan Agustus 2007 Pada Tabel 4.1.4.1. dapat dilihat jumlah penduduk yang bekerja di sektor primer, sekunder, tertier. Berdasarkan tabel tersebut, penduduk Sumatera Utara banyak yang bekerja di sektor primer dan tertier, sedangkan yang bekerja di sektor sekunder hanya sedikit. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1.4.2. Jumlah Penduduk yang Bekerja di Sektor Primer, Sekunder, dan Tertier di Propinsi Sumatera Utara Jiwa Sumber: Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara. Tahun Sektor 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 Primer 1.992.804 1.880.599 2.153.891 2.162.133 2.314.183 2.403.156 2.454.212 2.329.346 2.476.749 Sekunder 255.276 263.122 266.179 298.179 321.964 327.756 344.008 376.710 382.536 Tertier 942.861 972.004 1.002.495 1.157.809 1.205.268 1.271.523 1.340.572 1.080.399 1.282.074 Total 3.190.941 3.115.725 3.422.565 3.618.121 3.841.415 4.002.435 4.138.792 3.786.455 4.141.359 Tahun Sektor 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 Primer 2.693.747 2.763.035 2.529.036 2.515.915 2.609.568 2.443.488 2.634.439 2.704.044 2.670.681 Sekunder 388.893 401.633 455.243 470.968 538.625 570.132 747.698 532.061 431.920 Tertier 1.503.250 1.560.533 1.251.258 1.489.062 1.426.064 1.617.540 1.700.811 1.781.210 1.835.536 Total 4.585.890 4.725.201 4.235.537 4.475.945 4.574.257 4.631.160 5.082.948 5.017.315 4.938.137 Tahun Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Primer 2.757.221 2.746.571 2.725.453 2.483.624 2.732.367 2.423.992 2.441.267 2.626.639 Sekunder 608.297 520.927 476.809 591.180 532.628 542.337 637.891 730.206 Tertier 1.611.304 1.657.405 1.628.695 1.676.042 1.901.137 1.893.804 1.977.717 1.176.198 Total 4.976.822 4.924.903 4.830.957 4.750.846 5.166.132 4.860.133 5.056.875 4.533.043 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1.4.3. Persentase Pekerja di Sektor Primer, Sekunder, dan Tertier di Propinsi Sumatera Utara Tahun Sektor 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 Primer 58,74 58,47 59,71 56,21 57,05 52,76 51,83 53,89 54,08 Sekunder 8,48 8,50 10,75 10,52 11,78 12,31 14,71 10,60 8,75 Tertier 32,78 33,03 29,54 33,27 31,18 34,93 33,46 35,50 37,17 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Tahun Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Primer 55,40 55,77 56,42 52,28 52,89 49,88 48,28 57,94 Sekunder 12,22 10,58 9,87 12,44 10,31 11,16 12,61 16,11 Tertier 32,38 33,65 33,71 35,28 36,80 38,97 39,11 25,95 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber: BPS, data diolah Tahun Sektor 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 Primer 62,45 60,36 62,93 59,76 60,24 60,04 59,30 61,52 59,81 Sekunder 8,00 8,45 7,78 8,24 8,38 8,19 8,31 9,95 9,24 Tertier 29,55 31,20 29,29 32,00 31,38 31,77 32,39 28,53 30,96 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Universitas Sumatera Utara Sumber: Tabel 4.1.4.1 Grafik 4.1.4.1. Persentase Pekerja di Sektor Primer, Sekunder, dan Tertier di Propinsi Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Dari tahun 1983 sampai dengan tahun 2008 pada Grafik 4.1.4.1, sektor primer merupakan sektor ekonomi yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Dengan demikian sektor primer menyediakan lapangan kerja yang luas bagi penduduk di Propinsi Sumatera Utara. Hal ini menggambarkan tingginya ketergantungan penduduk terhadap sektor primer di Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, Penduduk Sumatera Utara sebagian besar bekerja di sektor primer dalam hal ini sektor pertanian. Sektor tertier seperti sektor perdagangan, hotel, dan restoran,sektor jasa-jasa, baik jasa perorangan, jasa perusahaan, dan jasa pemerintahan, juga turut menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk, meskipun tidak sebesar penyerapan tenaga kerja di sektor primer. Sementara itu, sektor sekunder hanya menyerap sedikit tenaga kerja. Pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2000 jumlah penduduk yang bekerja baik di sektor primer, sekunder, dan tertier terlihat mengalami fluktuatif. Dari tahun 1997 sampai 1998 saat terjadi krisis ekonomi, sektor primer dan tertier terlihat mengalami penurunan jumlah pekerja, sementara pada sektor sekunder masih mengalami kenaikan. Akan tetapi pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2000, sektor primer dan tertier mulai membaik pasca krisis, hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah pekerja yang terserap di sektor primer dan tertier. Sementara itu di tahun yang sama, pada sektor sekunder terjadi penurunan penyerapan jumlah pekerja. Hal ini menandakan bahwa efek krisis ekonomi yang melanda di Indonesia mulai berpengaruh terhadap sektor sekunder di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 1998 hingga 2000. Universitas Sumatera Utara Dari grafik 4.1.4.1. jumlah pekerja di sektor sekunder dan tertier lebih sedikit dibandingkan sektor primer. Temuan ini tidak sesuai dengan yang diungkapkan pada teori Lewis teori pembangunan dua sektor dimana Model Lewis mengasumsikan bahwa tingkat pengalihan tenaga kerja dan penciptaan kesempatan kerja di sektor modern sebanding dengan tingkat akumulasi modal di sektor modern. Dengan demikian berarti semakin cepat tingkat akumulasi modalnya maka semakin tinggi tingkat pertumbuhan di sektor modern dan semakin cepat pula penciptaan lapangan kerja baru. Akantetapi bagaimana jika keuntungan pemilik modal justru di reinvestasi dalam bentuk barang barang modal yang lebih canggih dan lebih hemat tenaga kerja, bukan pada barang modal yang hanya duplikasi dari modal yang sudah ada sebelumnya seperti yang diasumsikan oleh Lewis. Hal ini terjadi di Propinsi Sumatera Utara diasumsikan berdasarkan grafik 4.1.4.1., keuntungan yang diperoleh pemilik modal justru di reinvestasi dalam bentuk barang barang modal yang lebih canggih dan lebih hemat tenaga kerja, bukan pada barang modal yang hanya duplikasi dari modal yang sudah ada sebelumnya, sehingga lapangan pekerjaan di sektor sekunder dan tertier menjadi lebih sedikit dari sektor primer sektor sekunder dan tertier menggunakan teknologi modern yang hemat tenaga kerja. Dengan demikian, semua tambahan pendapatan dan pertumbuhan output hanya akan dibagikan kepada sekelompok kecil pemilik modal, sedangkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja dari sebagian besar tenaga kerja justru tidak akan mengalami peningkatan yang berarti, meskipun jumlah Pendapatan Universitas Sumatera Utara Domestik Regional Bruto PDRB secara keseluruhan memang meningkat, namun kemungkinan besar peningkatan total kesejahteraan sosial misalnya berupa peningkatan upah buruh dan perluasan kesempatan kerja yang didistribusikan seluas-luasnya sangat kecil atau bahkan tidak ada sama sekali. Kondisi ini dapat ditunjukkan oleh Gambar 4.1.4.1. berikut: Sumber: Todaro 2006 Gambar 4.1.4.1. Modifikasi Model Lewis Berupa Akumulasi Modal yang Menghemat Tenaga Kerja: Implikasi-Implikasi Ketenagakerjaan Gambar 4.1.4.1. menjelaskan bahwa kurva permintaan tenaga kerja tidak lagi bergeser ke atas, tetapi bersilang. Kurva permintaan D 2 K M2 memiliki kemiringan yang lebih negatif daripada D 2 K M1 untuk menunjukkan fakta bahwa tambahan stok modal yang dimanfaatkan untuk kemajuan teknologi hemat tenaga kerja, yaitu teknologi K M2 , memerlukan lebih sedikit tenaga kerja bagi setiap unit output daripada teknologi yang sebelumnya, yakni K M1 . Nampak jelas bahwa, meskipun jumlah output telah meningkat sangat besar yaitu, OD 2 EL 1 yang jauh lebih besar dari OD 1 EL 1 , upah keseluruhan OW M EL 1 dan kesempatan kerja L 1 tetap saja tidak berubah. Dengan demikian semua tambahan pendapatan dan Universitas Sumatera Utara pertumbuhan output hanya akan dibagikan kepada sekelompok kecil pemilik modal, sedangkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja dari sebagian besar tenaga kerja justru tidak akan mengalami peningkatan yang berarti. Dengan demikian yang terjadi di Propinsi Sumatera Utara adalah adanya penghematan tenaga kerja di sektor modern dimana tenaga kerja digantikan dengan penggunaan teknologi modern, tidak terjadi surplus tenaga kerja di daerah pedesaan dikarenakan sektor primer menyediakan lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat desa daerah pertanian di Sumatera Utara terletak di daerah pedesaan, semakin bertambahnya surplus tenaga kerja di perkotaan dikarenakan terus bertambahnya peningkatan upah secara cepat di sektor modern dalam hal ini sektor sekunder dan tertier sektor sekunder dan tertier pada umumnya terletak di perkotaan, meskipun di sektor tersebut ditemui adanya pengangguran terbuka. Hal ini berarti transformasi tenaga kerja dari sektor primer ke sekunder ataupun tertier tidak terjadi, sebab di sektor sekunder dan tertier, stok modal yang diperoleh akan di investasikan kembali ke dalam teknologi yang hemat tenaga kerja, sehingga mengurangi kesempatan kerja di sektor primer dan sekunder.

4.1.5. Analisis Location Quotient Kuosien Lokasi