Akumulasi Modal Pertumbuhan Penduduk dan Tenaga Kerja Kemajuan Teknologi

Dimana: r adalah laju pertumbuhan ekonomi rata-rata setiap tahun n adalah jumlah tahun dihitung mulai sampai dengan tn adalah tahun akhir periode to adalah tahun awal periode Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana, mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan dengan lebih merata. Dengan demikian maka daerah yang miskin, tertinggal dan tidak produktif akan menjadi produktif, yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu sendiri Sirojuzilam:2008.Strategi pembangunan ini dikenal dengan istilah “Redistribution With Growth”. Dengan demikian, ada beberapa komponen penting yang harus di analisa pada pertumbuhan ekonomi yaitu:

1. Akumulasi Modal

Akumulasi modal meliputi semua investasi baru pada tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia. Akumulasi modal dapat terjadi jika sebagian dari pendapatan masyarakat di investasikan dengan tujuan untuk memperbesar output produksi, dengan cara mendirikan pabrik baru, membeli mesin ataupun peralatan, material, penambahan tenaga kerja dan lain sebagainya. Universitas Sumatera Utara Investasi produktif ini juga harus dilengkapi dengan infrastruktur sosial ekonomi seperti jalan, listrik, air, sanitasi, komunikasi, dan lainnya guna menunjang aktivitas perekonomian secara terpadu.

2. Pertumbuhan Penduduk dan Tenaga Kerja

Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja, secara tradisional dianggap sebagai faktor positif yang dapat merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk yang besar berarti akan meningkatkan luas pasar domestik. Laju pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan rumus: n r Po Pt 1 . + = Dimana: Pt = banyaknya penduduk pada tahun akhir Po = jumlah penduduk pada tahun awal r = angka pertumbuhan n = waktu antara Po dan Pt dihitung mulai dengan sampai dengan

3. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi berarti ditemukannya cara baru ataupun perbaikan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang semula dilakukan secara tradisional menjadi lebih modern dan efisien. Dengan mempergunakan kemajuan teknologi maka pemakaian sumber daya akan lebih efisien dan efektif, output yang dihasilkan juga dapat lebih banyak, berkualitas, dan tepat waktu. Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Perbedaan Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan Ekonomi

Istilah pertumbuhan ekonomi umumnya sering dikaitkan dengan perkembangan dan kemajuan ekonomi yang terdapat di negara-negara maju, dimana struktur ekonominya sudah berindustri serta tidak mengalami perubahan struktural lagi. Sedangkan pembangunan ekonomi berkaitan dengan perkembangan dan kemajuan ekonomi di negara-negara berkembang yang mengalami proses perubahan struktural dari keterbelakangan menuju arah kemajuan dan modernisasi. Kamaluddin: 1999. Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, ditunjukkan dengan adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat produksi. Sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan- perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik. Pembangunan ekonomi dapat terjadi dalam bentuk : 1. Peningkatan dalam pendapatan perkapita masyarakat, yaitu tingkat pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto PDB atau Produk Domestik Regional Bruto PDRB melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. 2. Pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto PDB atau Produk Domestik Regional Bruto PDRB tersebut dibarengi dengan perombakan dan modernisasi dalam struktur ekonominya dari yang sebelumnya bercorak tradisional. Universitas Sumatera Utara Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam Produk Domestik Bruto PDB tanpa memandang apakah kenaikan itu bersifat lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertambahan penduduk, dan apakah terjadi perubahan dalam struktur ekonomi dan struktur masyarakat serta kelembagaan. Dengan memahami makna dari pembangunan dan pertumbuhan ekonomi tersebut maka dapat diketahui apakah suatu wilayah mengalami proses pembangunan atau yang terjadi hanya pertumbuhan ekonomi saja.

2.2. Tenaga Kerja

Pengertian tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, serta termasuk pula penduduk yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga diangap sebagai tenaga kerja sebab secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Menurut BPS, yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun keatas dan selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, dan bekerja, ataupun sementara tidak bekerja dikarenakan suatu sebab. Angkatan kerja juga termasuk mereka yang tidak punya pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan. Dengan demikian, angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja, golongan yang menganggur, dan golongan yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang Universitas Sumatera Utara bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan yang menerima pendapatan. Golongan yang bukan angkatan kerja dimasukkan ke dalam golongan angkatan kerja disebabkan golongan ini dianggap sebagai golongan potential labor force.

2.3. Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi Wilayah

Pertumbuhan ekonomi akan menggambarkan adanya pertambahan pendapatan di suatu wilayah. Agar dapat terlihat besarnya pertambahan pendapatan dari waktu ke waktu maka maka pendapatan tersebut dihitung berdasarkan harga konstan atau berdasarkan nilai rill-nya. Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi, yang berarti secara kasar menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.Robinson Tarigan: 2007 Sesuai dengan arti pembangunan ekonomi, maka suatu wilayah dapat dikatakan mengalami pembangunan ekonomi jika terjadi peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dalam jangka panjang, dimana tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto PDRB melebihi tingkat pertumbuhan penduduk di wilayah tersebut dan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto PDRB tersebut dibarengi dengan perombakan dan modernisasi dalam struktur ekonominya dari yang sebelumnya bercorak tradisional. Universitas Sumatera Utara

2.4. Teori Pertumbuhan Neo Klasik

Teori pertumbuhan Neo-Klasik mempunyai banyak variasi, tetapi pada umumnya didasarkan pada fungsi produksi yang telah dikembangkan oleh Charles Cobb dan Paul Douglas, atau dikenal dengan fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: β α t t t t L K T Y = Dimana: Yt = tingkat produksi pada tahun t Tt = tingkat teknologi pada tahun t Kt = jumlah stok barang-barang modal pada tahun t Lt = jumlah tenaga kerja pada tahun t α =pertambahan produksi yang diciptakan oleh pertambahan satu unit modal β = pertambahan produksi yang diciptakan oleh pertambahan satu unit tenaga kerja Dengan demikian, tingkat pertumbuhan yang dapat dicapai suatu negara tingkat produksi tergantung kepada tingkat perkembangan teknologi, jumlah stok barang-barang modal pada tahun t dan jumlah tenaga kerja pada tahun t.

2.5. Konsep Produk Domestik Bruto PDB, Produk Domestik Regional

Bruto PDRB dan Pendapatan Perkapita Di negara –negara berkembang umumnya konsep Produk Domestik Bruto PDB diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa yang diproduksikan di Universitas Sumatera Utara dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Terkadang baik di negara maju atau negara berkembang, barang dan jasa yang diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain. Selalu didapati bahwa produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri. Dengan demikian Produk Domestik Bruto PDB adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor- faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto PDRB menggambarkan nilai barang dan jasa dalam suatu wilayah region yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik masyarakat setempat beserta milik masyarakat diluar wilayah region tersebut. Pendapatan penduduk dalam beberapa tahun dapat mengalami kenaikan dan penurunan. Kenaikan atau penurunan tingkat pendapatan penduduk dapat disebabkan karena adanya: 1. Kenaikan atau penurunan rill, yaitu kenaikan atau penurunan tingkat pendapatan yang tidak dipengaruhi oleh perubahan harga. Apabila terjadi kenaikan rill pendapatan penduduk berarti daya beli penduduk di daerah tersebut meningkat, misalnya mampu membeli barang yang sama kualitasnya dalam jumlah yang lebih banyak. 2. Kenaikan atau penurunan pendapatan yang disebabkan adanya faktor perubahan harga. Apabila terjadi kenaikan pendapatan yang hanya disebabkan inflasi menurunnya nilai beli uang maka walaupun pendapatan meningkat tetapi jumlah barang yang mampu dibeli belum tentu meningkat. Ini berarti Universitas Sumatera Utara perlu dilihat mana yang meningkat lebih tajam, tingkat pendapatan atau tingkat harga. Oleh karena itu, untuk mengetahui kenaikan pendapatan yang sebenarnya, faktor inflasi harus dikeluarkan terlebih dahulu. Pendapatan regional yang di dalamnya masih ada unsur inflasinya disebut dengan pendapatan nasional atas dasar harga berlaku. Sedangkan pendapatan regional dengan mengeluarkan faktor inflasi disebut dengan pendapatan regional atas dasar harga konstan. Dengan demikian, setiap melakukan penghitungan laju pertumbuhan ekonomi agar terhindar dari faktor inflasi digunakan pendapatan regional dengan harga rill tahun dasar. Tahun dasar yang digunakan BPS adalah tahun 1983, 1993 dan tahun 2000. Pendapatan perkapita menunjukkan tingkat kemakmuran masyarakat, oleh karena itu salah satu tujuan pembangunan ekonomi adalah terjadinya kenaikan pendapatan perkapita dalam jangka waktu yang panjang. Pendapatan perkapita adalah total pendapatan suatu daerah dibagi jumlah penduduk di daerah tersebut untuk tahun yang sama. Angka pendapatan perkapita dapat dinyatakan dalam harga berlaku maupun dalam harga konstan tergantung pada kebutuhan.

2.6. Perubahan Struktur Ekonomi dalam Proses Pembangunan

Mengambil arti pembangunan menurut Meir dalam Kuncoro 2006 bahwa pembangunan adalah suatu proses dimana pendapatan perkapita suatu negara meningkat selama kurun waktu yang panjang, dengan catatan bahwa jumlah Universitas Sumatera Utara penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan absolut tidak meningkat dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang.” Proses pembangunan menghendaki adanya pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan perubahan dalam hal: 1. Perubahan struktur ekonomi dari pertanian ke industri atau jasa 2. Perubahan dalam kelembagaan baik melalui regulasi maupun reformasi kelembagaan itu sendiri. Adanya perubahan struktural dapat tercermin dalam peranan sektor-sektor dalam pembentukan produksi nasional maupun besarnya persentase tenaga kerja pada masing-masing sektor ekonomi tersebut. Dimana peranan ataupun sumbangan sektor primer pertanian dan pertambangan dalam pembentukan Produk Domestik Bruto PDB ataupun Produk Domestik Regional Bruto PDRB akan semakin berkurang, sedangkan peranan sektor sekunder industri manufaktur, konstruksi serta sektor tersier jasa-jasa akan semakin meningkat, dengan semakin majunya perekonomian negara. Disamping itu, semakin tinggi pendapatan perkapita suatu negara, akan semakin kecil peranan pertanian dalam menyediakan dan menyerap kesempatan kerja, dan sebaliknya sektor industri akan semakin penting dan meningkat peranannya dalam menampung tenaga kerja. Kamaludin: 1999. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor Universitas Sumatera Utara utama ke sektor modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer khususnya industri manufaktur dengan increasing returns to scale relasi positif antara pertumbuhan output dengan pertumbuhan produktivitas yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi Weiss dalam Tambunan, 2001, sehingga terdapat suatu kolerasi yang positif antara pertumbuhan ekonomi dengan perubahan struktur ekonomi melalui peningkatan pendapatan masyarakat demand side effect . Struktur ekonomi akan mengalami perubahan dalam proses pembangunan ekonomi. A.G.B. Fisher dalam Sadono Sukirno 2007 telah mengemukakan pendapat bahwa berbagai negara dapat dibedakan berdasarkan persentase tenaga kerja yang bekerja di sektor primer, sekunder, dan tertier. Data yang dikumpulkannya itu menunjukkan bahwa makin tinggi pendapatan perkapita suatu negara, makin kecil peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja, sementara sektor industri akan semakin penting peranannya dalam menampung tenaga kerja. Kuznets dalam Sadono Sukirno 2007 membuat kesimpulan mengenai corak perubahan sumbangan berbagai sektor dalam pembangunan ekonomi di 13 negara yaitu Inggris, Perancis, Jerman, Negeri Belanda, Denmark, Norwegia, Swedia, Italia, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, dan Rusia, dimana kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Sumbangan sektor pertanian kepada produksi nasional telah menurun di dua belas dari tiga belas negara. Umumnya pada taraf permulaan pembangunan Universitas Sumatera Utara ekonomi, peranan sektor itu mendekati setengah dan adakalanya mencapai sampai hampir dua pertiga dari seluruh produksi nasional. Satu-satunya pengecualian dari keadaan ini adalah perubahan yang terjadi di Australia, dalam delapan dasawarsa peranan sektor pertanian bertambah besar, walaupun dalam jangka masa itu kemajuan ekonominya terus-menerus berlangsung. 2. Di dua belas negara peranan sektor industri dalam menghasilkan produksi nasional meningkat, kecuali Australia. 3. Sumbangan sektor jasa dalam menciptakan pendapatan nasional tidak mengalami perubahan yang berarti dan perubahan itu tidak konsisten sifatnya. Umumnya penurunan sektor pertanian dalam menciptakan produksi nasional di imbangi oleh kenaikan yang hampir sama besarnya dengan peranan sektor industri. Hal ini menyebabkan peranan sektor jasa tidak mengalami perubahan yang berarti. Dengan demikian, kesimpulan umum yang dapat diambil dari tulisan Kuznets tersebut adalah: 1. Produksi sektor pertanian mengalami perkembangan yang lebih lambat daripada perkembangan produksi nasional 2. Tingkat pertambahan produksi sektor industri lebih cepat daripada tingkat pertambahan produksi nasional Universitas Sumatera Utara 3. Tidak adanya perubahan dalam peranan sektor jasa dalam produksi nasional berarti bahwa tingkat perkembangan sektor jasa adalah sama dengan tingkat perkembangan produksi nasional. Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya perubahan dalam struktur ekonomi suatu negara antara lain pertama, disebabkan oleh sifat manusia dalam kegiatan konsumsinya, yaitu apabila pendapatan naik, elastisitas permintaan yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan income elasticity of demand adalah rendah untuk konsumsi bahan makanan. Sedangkan permintaan terhadap bahan- bahan pakaian, perumahan, dan barang-barang konsumsi hasil industri adalah sebaliknya. Sifat permintaan masyarakat tersebut sesuai dengan hukum Engels, dimana teori Engels mengatakan bahwa, makin tinggi pendapatan masyarakat maka akan semakin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian, sebaliknya proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli produksi barang-barang industri menjadi bertambah besar. Faktor kedua, yaitu perubahan struktur ekonomi disebabkan pula oleh perubahan teknologi yang terus–menerus berlangsung. Perubahan teknologi yang terjadi di dalam proses pembangunan akan menyebabkan perubahan pada struktur produksi yang bersifat cumpolsory dan inducive. Kemajuan teknologi akan mempertinggi produktivitas kegiatan-kegiatan ekonomi, pada akhirnya menyebabkan terjadinya perluasan pasar serta kegiatan perdagangan. Dengan demikian akan tercipta produk baru yang tidak hanya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan bagi konsumsi masyarakat desa tetapi Universitas Sumatera Utara juga untuk kebutuhan masyarakat kota. Produk baru tersebut timbul karena adanya kemajuan teknologi, dengan demikian perubahan seperti itu disebut dengan perubahan struktur produksi nasional yang bersifat cumpolsory yaitu memproduksi produk yang belum tentu diperlukan masyarakat yang masih tradisional. Selain itu, kemajuan teknologi juga menyebabkan perubahan dalam struktur produksi nasional yang bersifat inducive, yaitu kemajuan dalam menciptakan produk baru akan menyebabkan bertambahnya pilihan produk yang dapat dikonsumsi masyarakat, dengan demikian kemajuan teknologi menyebabkan terciptanya barang-barang yang lebih beragam dan bermutu. Perubahan–perubahan seperti ini selanjutnya menyebabkan peranan produksi barang-barang industri dalam negeri menjadi bertambah penting. Dengan demikian, dapat digambarkan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan struktur ekonomi adalah sebagai berikut: Sumber: Tambunan 2001 Gambar 2.2. Faktor-Faktor yang Mengakibatkan Perubahan Struktur Ekonomi Universitas Sumatera Utara Seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.2. diatas bahwa perubahan struktur ekonomi terjadi akibat perubahan dari sejumlah faktor, yang menurut sumbernya dapat dibedakan atas faktor-faktor dari sisi Agregat Demand AD dan Agregat Supply AS. Perubahan struktur ekonomi juga dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh intervensi pemerintah di dalam kegiatan ekonomi sehari-hari. Dari sisi Agregat Demand, faktor yang sangat dominan adalah perubahan permintaan domestik yang disebabkan oleh kombinasi antara peningkatan pendapatan rill perkapita masyarakat dan perubahan selera masyarakat. Perubahan permintaan tidak hanya dalam arti peningkatan konsumsi tetapi juga perubahan komposisi barang-barang yang dikonsumsi. Perubahan komposisi ini dapat dijelaskan dengan teori Engel: Apabila pendapatan rill masyarakat meningkat maka pertumbuhan permintaan akan barang-barang non makanan akan lebih besar daripada pertumbuhan permintaan terhadap makanan. Pada umumnya makanan, seperti beras memiliki elastisitas pendapatan dari permintaan yang nilainya nol kategori barang normal atau negatif inferior, sedangkan barang-barang non makanan seperti alat-alat rumah tangga dari elektronik dan baju, memiliki elastisitas yang positif dan besar kategori ferior. Hal ini dapat dijelaskan melalui Gambar 2.3. berikut ini: Universitas Sumatera Utara Sumber:Tambunan 2001 Gambar 2.3. Komposisi Penggunaan Barang yang di Konsumsi Gambar 2.3. diatas menjelaskan bahwa dengan meningkatnya pendapatan masyarakat maka komposisi barang yang dikonsumsi mengalami perubahan, proporsi barang kebutuhan pokok dalam konsumsi menurun sedangkan proporsi barang bukan kebutuhan pokok meningkat. Nilai elasitisitas pendapatan dari permintaan terhadap kelompok barang pertama seperti makanan dan minuman biasanya rendah negatif, sedangkan nilai elastisitas terhadap kelompok barang kedua seperti barang-barang elektronik, mobil, dan rumah adalah tinggi. Peningkatan pendapatan rill per kapita dibarengi dengan perubahan selera pembeli selain memperbesar pasar permintaan bagi barang-barang yang ada, juga menciptakan pasar baru diversifikasi pasar bagi barang-barang baru non makanan. Perubahan ini menggairahkan pertumbuhan industri-industri baru, disatu pihak dan di lain pihak meningkatkan laju pertumbuhan output di industri- industri yang sudah ada. Universitas Sumatera Utara Dari sisi Agregat Supply, faktor-faktor penting diantaranya adalah pergeseran keunggulan komparatif, perubahan atau kemajuan teknologi, peningkatan pendidikan atau kualitas sumber daya manusia, penemuan-penemuan material baru untuk produksi, dan akumulasi barang modal. Semua hal ini memungkinkan untuk melakukan inovasi dalam produk dan proses produksi. Dalam hal pergeseran keunggulan komparatif menurut Chenery dalam Tambunan 2001 bahwa proses transformasi struktural akan berjalan lambat, bahkan ada kalanya berbalik atau mengalami kemunduran dalam arti terjadinya penurunan atas kontribusi output industri manufaktur dalam pembentukan Produk Domestik Bruto PDB, jika keunggulan komparatif tidak berjalan sesuai dengan arah pergeseran pola permintaan domestik ke arah output industri manufaktur dan pola perubahan dalam komposisi ekspor. Perubahan struktur ekonomi dari sisi Agregat Supply juga diakibatkan oleh realokasi dana investasi dan resources utama lainnya, termasuk teknologi dan tenaga kerja atau sumber daya manusia dari satu sektor ke sektor lain. Realokasi ini dapat terjadi disebabkan karena adanya perbedaan produktivitas atau pendapatan rill antar sektor, adanya kemiskinan di salah satu sektor ataupun karena adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang lebih menguntungkan sektor- sektor tertentu, misalnya kebijakan industrialisasi dan kebijakan perdagangan luar negeri yang mengutamakan pembangunan atau pertumbuhan output di sektor industri. Universitas Sumatera Utara Dalam intervensi pemerintah, kebijakan yang berpengaruh langsung terhadap perubahan struktur ekonomi adalah kebijakan pemberian insentif bagi sektor industri atau tidak langsung lewat pengadaan infrastruktur. Intervensi ini mempengaruhi sisi Agregat Supply dari sektor tersebut. Dari sisi Agregat Demand , kebijakan yang berpengaruh langsung adalah pajak penjualan yang membuat harga jual barang yang bersangkutan menjadi mahal, yang selanjutnya dapat mengurangi permintaan terhadap barang tersebut permintaan tergantung pada nilai elastisitas harga terhadap permintaan. Sedangkan kebijakan yang berpengaruh tidak langsung adalah pengurangan pajak pendapatan ceteris paribu s, dapat meningkatkan konsumsi terhadap produk-produk dari sektor- sektor tertentu seperti manufaktur dan jasa. Faktor dari sisi Agregat Demand dan Agregat Supply diatas adalah faktor- faktor internal, sedangkan faktor eksternal yang merupakan penyebab perubahan struktur ekonomi antara lain adalah kemajuan teknologi bagi Indonesia kemajuan teknologi bersifat given, dan perubahan struktur perdagangan global yang antara lain disebabkan oleh peningkatan pendapatan dunia dan dampak dari peraturan- peraturan mengenai perdagangan regional dan internasional. Perubahan struktur ekspor misalnya dari ekspor komoditas primer ke komoditas manufaktur juga tidak terlepas dari perubahan struktur permintaan dunia yang disebabkan oleh peningkatan pendapatan dunia. Sejalan dengan pembangunan ekonomi akan terjadi perubahan struktur permintaan domestik, struktur produksi yang pada akhirnya merubah struktur Universitas Sumatera Utara perdagangan internasional. Proses perubahan struktur sering disebut dengan proses alokasi. Pada dasarnya proses alokasi ini adalah hasil interaksi antara proses akumulasi di satu pihak, dengan proses perubahan pola konsumsi masyarakat yang timbul secara bersamaan dengan meningkatnya pendapatan perkapita di pihak lain. Interaksi ini pada akhirnya akan memberikan dampak berupa perubahan pada komposisi barang dan jasa yang diproduksi dan diperdagangkan. Dengan demikian, secara ringkas dapat dibuat suatu alat ukur untuk menilai apakah perekonomian suatu wilayah mengalami perubahan struktur atau tidak, yaitu dengan melihat: 1. Struktur permintaan domestik Dengan meningkatnya pendapatan perkapita, terjadi pula perubahan struktur permintaan domestik dalam bentuk menurunnya bagian pendapatan yang digunakan untuk mengkonsumsi bahan makanan. Penurunan konsumsi bahan makanan ini dikaitkan dengan hukum Engels yang menyatakan bahwa elastisistas permintaan terhadap perubahan pendapatan untuk bahan makanan adalah lebih kecil dari 1 in elastic, dengan demikian jika terjadi peningkatan pendapatan maka permintaan akan bahan makanan meningkat dengan persentase lebih rendah dari persentase peningkatan pendapatan perkapita. 2. Struktur produksi Perubahan struktur produksi yang terjadi pada saat perekonomian tumbuh biasanya ditunjukkan dengan semakin rendahnya peran sektor pertanian dalam Universitas Sumatera Utara perekonomian nasional, dan semakin tingginya peran sektor lain diluar sektor pertanian. Dari sisi permintaan, pergeseran ini dijelaskan berdasarkan argumen- argumen sebagai berikut. Pertama, elastisitas permintaan terhadap pendapatan dari bahan pangan bersifat in elastis. Kedua, perkembangan teknologi yang terjadi selain cenderung menghemat penggunaan bahan baku, juga cenderung untuk menggantikan hasil alam dengan produk – produk sintesis. Dari sisi penawaran, terjadinya pergeseran keunggulan komparatif dari sektor pertanian ke sektor lain di luar pertanian. Pergeseran ini terjadi karena proses akumulasi mengubah komposisi faktor-faktor produksi. Akibat terjadinya proses akumulasi ini, jumlah capital dan tenaga kerja meningkat begitu juga jumlah tenaga kerja terdidik dan tingkat teknologi yang dikuasai. Hal ini pada gilirannya mengubah keunggulan komparatif, dari sektor pertanian yang relatif pada tenaga kerja terampil ke sektor-sektor lainnya yang relatif lebih padat modal.

2.7. Teori Perubahan Struktural

Teori perubahan struktural structural change theory memusatkan perhatiannya pada mekanisme yang memungkinkan negara-negara yang masih terbelakang untuk mentransformasikan struktur perekonomian dalam negeri mereka dari pola perekonomian pertanian subsisten tradisional ke perekonomian yang lebih modern, lebih berorientasi ke kehidupan perkotaan, serta memiliki sektor industri manufaktur yang lebih bervariasi dan sektor jasa yang tangguh Universitas Sumatera Utara Todaro: 2006. Aliran pendekatan perubahan struktural didukung oleh W. Arthur Lewis dengan teori surplus tenaga kerja dua sektor two sector surplus labor dan Holis B. Chenery dengan teori pola-pola pembangunan patterns of development.

2.7.1. Teori Pembangunan Arthur Lewis Two Sector Surplus Labor

Teori Pembangunan Arthur Lewis disebut juga dengan teori migrasi yaitu teori tentang terjadinya surplus tenaga kerja dua sektor. Teori pembangunan Arthur Lewis tersebut membahas proses pembangunan yang terjadi antara daerah kota dengan desa, dimana dengan adanya pola investasi serta sistem penetapan upah di sektor modern menjadi penyebab terjadinya urbanisasi. Teori Lewis merupakan teori pembangunan yang memusatkan perhatian pada terjadinya transformasi struktural structural transformation pada perekonomian yang pada awalnya bersifat subsisten. Teori pembangunan Lewis dikenal dengan sebutan perekonomian model dua sektor Lewis Two Sector Model’s . Teori Lewis ini menjelaskan bahwa proses pembangunan di negara- negara Dunia Ketiga mengalami kelebihan penawaran tenaga kerja selama akhir dasawarsa 1960-an dan 1970-an. Menurut Arthur Lewis, perekonomian yang terbelakang diasumsikan terdiri dari dua sektor, yaitu: 1. Sektor tradisional, adalah sektor pedesaan subsisten yang kelebihan penduduk dan ditandai dengan produktivitas marginal tenaga kerja yang sama dengan nol dimana Lewis mengasumsikan bahwa di sektor pedesaan yang berbasis pertanian terjadi kondisi surplus tenaga kerja surplus labor Universitas Sumatera Utara sebagai suatu fakta jika sebagian tenaga kerja di sektor pertanian ditarik maka sektor tersebut tidak akan kehilangan outputnya. 2. Sektor perekonomian modern, ditandai dengan tingkat produktivitas yang tinggi dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang surplus di sektor pertanian dengan cara mentransfer tenaga kerja sedikit demi sedikit dari perekonomian subsisten. Model Lewis menjelaskan terjadinya proses pengalihan tenaga kerja akibat adanya surplus tenaga kerja di sektor tradisional, serta pertumbuhan output dan peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor modern. Terjadinya pengalihan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri serta pertumbuhan tenaga kerja di sektor modern dimungkinkan karena adanya perluasan output pada sektor tersebut. Investasi dibidang industri serta akumulasi modal secara keseluruhan di sektor modern adalah faktor yang mendorong terjadinya perluasan output yang pada akhirnya memperluas kesempatan kerja di sektor modern. Peningkatan investasi itu dimungkinkan apabila semua kelebihan keuntungan yang diperoleh oleh pemilik modal di investasikan kembali ke sektor modern tersebut. Kemudian tingkat upah di sektor modern diasumsikan konstan, dimana ditetapkan Lewis bahwa tingkat upah di sektor modern lebih tinggi dari sektor tradisional Lewis berasumsi bahwa tingkat upah didaerah perkotaan sekurang-kurangnya 30 persen lebih tinggi dari rata-rata pendapatan di daerah pedesaan sehingga memaksa pekerja pindah dari daerah asalnya ke kota. Universitas Sumatera Utara Dikatakan sebelumnya bahwa nilai marginal di sektor pertanian sektor pedesaan adalah nol, artinya fungsi produksi di sektor tersebut telah sampai pada saat posisi diminishing return berlakunya hukum hasil yang semakin berkurang dimana semakin banyak orang bekerja di sektor pertanian, maka semakin rendah tingkat produktivitas tenaga kerja, total produksi yang dihasilkan di sektor tersebut semakin sedikit. Seperti yang dijelaskan dalam gambar berikut ini: Sumber: Tambunan 2001 Gambar 2.4. Diminishing Return di dalam Fungsi Produksi di Sektor Pertanian Dalam kondisi seperti pada Gambar 2.4. pengurangan jumlah pekerja tidak akan mengurangi jumlah output di sektor pertanian tersebut karena proporsi tenaga kerja terlalu banyak dibandingkan proporsi input lain seperti tanah dan capital . Akibat oversupply tenaga kerja maka upah atau tingkat pendapatan di sektor pertanian menjadi rendah. Kondisi oversupply tersebut ini dapat dijelaskan oleh gambar di bawah ini: Universitas Sumatera Utara Sumber: Tambunan 2001 Gambar 2.5. Kelebihan Excess Supply Tenaga Kerja D P S P N N di Pedesaan Pada Gambar 2.5. terlihat bahwa tingkat upah sebesar O P W maka jumlah tenaga kerja yang diminta sama dengan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan yaitu sebesar O P N . Kemudian terjadi penambahan tenaga kerja di sektor pertanian oversupply tenaga kerja sementara permintaan tenaga kerja di sektor pertanian adalah tetap, hal tersebut mengakibatkan tingkat upah turun dari O P W menjadi 1 P W dengan jumlah tenaga kerja sebesar 1 P N . Pada Gambar 2.6. dibawah, terlihat bahwa kondisi di perkotaan, sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja D i S i N N . Pengusaha akan selalu mencari keuntungan maksimal, oleh karena itu kondisi pasar buruh seperti ini membuat produktivitas tenaga kerja sangat tinggi dan nilai produk marginal dari tenaga kerja adalah positif, yang menunjukkan bahwa fungsi produksinya belum Universitas Sumatera Utara berada pada tingkat yang optimal. Tingginya produktivitas akan membuat tingkat upah rill per pekerja di sektor perkotaan tersebut juga tinggi. Perbedaan upah di pertanian atau pedesaan dengan di industri atau perkotaan W P W i menarik banyak tenaga kerja pindah dari sektor pertama ke sektor kedua, maka terjadilah suatu proses migrasi dan urbanisasi. Tenaga kerja yang pindah ke industri mendapat penghasilan yang lebih tinggi daripada sewaktu masih bekerja di pertanian YiYp. Secara agregat berpindahnya sebagian tenaga kerja dari sektor dengan upah rendah ke sektor dengan upah tinggi membuat pendapatan negara itu meningkat, permintaan terhadap makanan Dp meningkat, dan ini menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan pertumbuhan output dari sisi Agregat Demand, dan dalam jangka panjang perekonomian pedesaan mengalami pertumbuhan. Di pihak lain, terjadinya pola perubahan permintaan konsumen tenaga kerja yang mengalami peningkatan pendapatan akan mengkonsumsikan sebagian besar pendapatannya untuk berbagai macam produk- produk industri dan jasa Di, perubahan pola konsumsi ini menjadi motor utama pertumbuhan output dan diversifikasi produk di sektor-sektor non pertanian tersebut. Universitas Sumatera Utara Tahap 2: Migrasi dan Urbanisasi Tahap 3: Tahap 5: Sumber: Tambunan 2001 Gambar 2.6. Tahapan Proses Perubahan Struktur Ekonomi dalam Model