Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.5.9. Jasa Kemasyarakatan, sosial dan perorangan Untuk sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan, nilai indeks LQ secara umum berada di bawah 1, akan tetapi pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 indeks LQ berada di atas 1. Dengan demikian sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan memiliki potensi untuk dikembangkan. Pada umumnya sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan tersebut dapat berkembang di daerah perkotaan untuk memenuhi kebutuhan permintaan lokal. Perkembangan sektor ini juga sangat di pengaruhi oleh pendapatan masyarakat setempat serta kepadatan penduduk di suatu daerah.

4.2. Pembahasan

Adanya perubahan struktur ekonomi yang mengarah pada proses transformasi ekonomi dapat terlihat dari pangsa nilai output atau nilai tambah dari setiap sektor dalam pembentukan PDRB. Kontribusi sektor primer akan senantiasa mengecil, sedangkan pangsa PDRB dari sektor sekunder dan tertier akan senantiasa menigkat. Berdasarkan uraian yang dikemukakan sebelumnya bahwa selama kurun waktu penelitian, transformasi ekonomi terjadi pada dua periode, yaitu antara tahun 1994 sampai dengan tahun 1997 dan tahun 2000 sampai dengan tahun 2008. Pendapatan perkapita di tahun 1992 sebelum transformasi ekonomi terjadi adalah Rp. 602,77 dimana sektor primer menguasai sebesar 37,56 dari total PDRB, sementara sektor sekunder hanya menyumbang sebesar 27,31 saja data dapat dilihat pada lampiran 1. Kemudian pada saat transformasi ekonomi, di tahun 1994, pendapatan perkapita Universitas Sumatera Utara adalah Rp. 1.815,97, dimana sektor primer menyumbang sebesar 29,07 dari total PDRB, sedangkan sektor sekunder menyumbang sebesar 29,51 . Pendapatan per kapita yang paling tinggi saat proses transformasi ekonomi terjadi di tahun 2008 ketika pendapatan per kapita sebesar Rp. 8.140,62, dimana sektor tertier menyumbang sebesar 44,64 dari total PDRB, sementara sektor sekunder menyumbang sebesar 30,30 , sedangkan sektor primer makin kecil kontribusinya yaitu sebesar 25,06 . Kemajuan sektor sekunder dan tertier tidak hanya dilihat dari laju pertumbuhan output dan pendapatan per kapita sektoral saja yang semakin meningkat, akantetapi terlihat pula kecenderungan adanya pergeseran struktur kegiatan produksi yang lebih bersifat padat modal dan berteknologi tinggi. Hal ini tergambar pada grafik 4.1.4.1 tentang persentase pekerja di sektor primer, sekunder, dan tertier, dimana jika dibandingkan dengan sektor primer, sektor sekunder dan tertier hanya menyediakan sedikit lapangan kerja bagi penduduk. Ada kecenderungan bahwa keuntungan pemilik modal justru di reinvestasi dalam bentuk barang barang modal yang lebih canggih dan lebih hemat tenaga kerja, bukan pada barang modal yang hanya duplikasi dari modal yang sudah ada sebelumnya seperti yang diasumsikan oleh Lewis. Hal ini terjadi di Propinsi Sumatera Utara, sehingga kecepatan pertumbuhan di sektor modern sektor sekunder dan tertier belum tentu sebanding dengan kecepatan penciptaan lapangan kerja baru. Meskipun jumlah Pendapatan Domestik Bruto PDB secara keseluruhan memang meningkat, namun kemungkinan besar peningkatan total kesejahteraan sosial Universitas Sumatera Utara misalnya berupa peningkatan upah buruh dan perluasan kesempatan kerja yang didistribusikan seluas-luasnya sangat kecil atau bahkan tidak ada sama sekali. Nampak jelas bahwa, meskipun jumlah output telah meningkat sangat besar dapat dilihat pada lampiran 1, upah keseluruhan dan kesempatan kerja tetap saja tidak berubah. Dengan demikian yang terjadi di Propinsi Sumatera Utara adalah adanya penghematan tenaga kerja di sektor modern sektor sekunder dan tertier dimana tenaga kerja digantikan dengan penggunaan teknologi modern. Hal ini berarti transformasi tenaga kerja dari sektor primer ke sekunder ataupun tertier tidak terjadi, sebab di sektor sekunder dan tertier, stok modal yang diperoleh akan di investasikan kembali ke dalam teknologi yang hemat tenaga kerja. Sektor primer tetap surplus tenaga kerja, dalam arti tidak terjadi pengalihan tenaga kerja dari sektor primer ke sektor sekunder ataupun tertier, dikarenakan terbatasnya kesempatan kerja yang terbentuk di sektor sekunder dan tertier tersebut. Dengan demikian, semakin maju perekonomian maka peranan sektor tertier dan sekunder akan semakin besar dalam penciptaan produksi nasional, akantetapi peranan sektor tertier dan sekunder tersebut akan semakin kecil dalam menampung tenaga kerja apabila perekonomian tersebut semakin bertambah maju, sebaliknya ketergantungan masyarakat Propinsi Sumatera Utara di sektor primer dalam hal ini sektor pertanian akan semakin besar mengingat luasnya kesempatan kerja yang diberikan sektor tersebut. Meskipun demikian, transformasi ekonomi yang terjadi di Propinsi Sumatera Utara menunjukkan pola yang baik sebab secara keseluruhan selama periode penelitian semua sektor Universitas Sumatera Utara mengalami pertambahan kontribusi setiap tahunnya, yang menandakan pertumbuhan semua sektor cukup baik. hal ini dapat dilihat di lampiran 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Universitas Sumatera Utara