pertumbuhan output hanya akan dibagikan kepada sekelompok kecil pemilik modal, sedangkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja dari sebagian besar
tenaga kerja justru tidak akan mengalami peningkatan yang berarti. Dengan demikian yang terjadi di Propinsi Sumatera Utara adalah adanya
penghematan tenaga kerja di sektor modern dimana tenaga kerja digantikan dengan penggunaan teknologi modern, tidak terjadi surplus tenaga kerja di daerah
pedesaan dikarenakan sektor primer menyediakan lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat desa daerah pertanian di Sumatera Utara terletak di daerah
pedesaan, semakin bertambahnya surplus tenaga kerja di perkotaan dikarenakan terus bertambahnya peningkatan upah secara cepat di sektor modern dalam hal ini
sektor sekunder dan tertier sektor sekunder dan tertier pada umumnya terletak di perkotaan, meskipun di sektor tersebut ditemui adanya pengangguran terbuka.
Hal ini berarti transformasi tenaga kerja dari sektor primer ke sekunder ataupun tertier tidak terjadi, sebab di sektor sekunder dan tertier, stok modal yang
diperoleh akan di investasikan kembali ke dalam teknologi yang hemat tenaga kerja, sehingga mengurangi kesempatan kerja di sektor primer dan sekunder.
4.1.5. Analisis Location Quotient Kuosien Lokasi
LQ atau Location Quotient kuesion lokasi atau disingkat LQ adalah suatu
perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional, dengan demikian kita dapat
melihat potensi sektor-sektor yang dimiliki suatu daerah. Dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
PDRB Propinsi Sumatera Utara dan PDB Indonesia harga konstan tahun 1983, 1993, dan tahun 2000, maka diperoleh nilai LQ seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 4.1.5.1. Sektor–sektor yang merupakan sektor berpotensi di Propinsi Sumatera Utara adalah sektor pertanian, pengangkutan, perdagangan. Sedangkan
pada tahun 1983 hingga 1992 dan tahun 2001 hingga 2008 sektor listrik air, dan gas merupakan salah satu sektor berpotensi, selebihnya bukan digolongkan
kepada sektor unggulan dikarenakan nilai LQ-nya lebih kecil dari 1 satu, yang berarti sektor yang dimaksud lebih lambat perkembangannya dibandingkan secara
nasional. Dengan demikian, sektor pertanian, pengangkutan dan perdagangan dianggap berpotensi dan memiliki kemampuan pertumbuhan yang lebih cepat dari
nasional. Oleh karena itu perencanaan pembangunan regional biasanya akan memanfaatkan dan mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang dianggap dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat mengalami akselerasi pembangunan.
Tabel 4.1.5.1 Nilai LQ
Indeks LQ Tahun
Sektor 1983
1984 1985
1986 1987
1988 1989
1990 1991
PERTANIAN 1,44
1,48 1,49
1,54 1,70
1,73 1,64
1,77 1,84
PERTAMBANGAN 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
INDUSTRI PENGOLAHAN
1,24 1,15
1,14 1,12
0,89 0,90
0,99 1,05
1,01 LISTRIK,AIR GAS
1,07 1,04
1,05 1,13
1,79 1,82
1,85 1,85
1,71 BANGUNAN
0,78 0,79
0,74 0,69
0,68 0,66
0,58 0,58
0,55 PERDAGANGAN
1,01 0,98
0,97 0,97
1,02 0,98
1,01 1,05
1,03 PENGANGKUTAN
2,10 2,05
1,93 1,91
1,97 1,91
1,64 1,21
1,57 BANK KEUANGAN
1,19 1,11
1,09 1,11
1,01 1,07
1,39 1,07
0,99 JASA
0,98 1,05
1,00 0,96
0,98 0,90
0,84 0,86
0,85
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 4.1.5.1
Indeks LQ Tahun
Sektor 1992
1993 1994
1995 1996
1997 1998
1999 2000
PERTANIAN 2,04
1,50 1,58
1,62 1,70
1,81 1,83
1,85 1,90
PERTAMBANGAN 0,00
0,35 0,29
0,29 0,28
0,17 0,14
0,13 0,15
INDUSTRI PENGOLAHAN
1,07 1,10
1,05 1,01
0,98 0,96
0,88 0,84
0,81 LISTRIK,AIR GAS 1,86
0,93 0,87
0,86 0,86
1,04 1,02
0,97 0,94
BANGUNAN 0,65
0,67 0,60
0,60 0,55
0,55 0,71
0,72 0,71
PERDAGANGAN 1,11
1,02 1,10
1,13 1,12
1,10 1,08
1,09 1,07
PENGANGKUTAN 1,59
1,27 1,23
1,18 1,21
1,20 1,13
1,17 1,14
BANK KEUANGAN
0,78 0,77
0,79 0,79
0,80 0,81
0,92 0,92
1,00 JASA
0,21 0,70
0,73 0,76
0,80 0,82
0,76 0,75
0,74
Indeks LQ Tahun
Sektor 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008
PERTANIAN 1,75
1,74 1,71
1,69 1,74
1,71 1,73
1,71 PERTAMBANGAN
0,14 0,14
0,13 0,13
0,13 0,13
0,14 0,15
INDUSTRI PENGOLAHAN
0,89 0,88
0,88 0,86
0,86 0,86
0,86 0,85
LISTRIK,AIR GAS 1,30
1,27 1,27
1,23 1,23
1,19 1,08
1,02 BANGUNAN
1,02 1,01
1,01 0,99
1,06 1,07
1,06 1,08
PERDAGANGAN 1,14
1,15 1,12
1,12 1,08
1,08 1,07
1,06 PENGANGKUTAN
1,36 1,41
1,39 1,39
1,35 1,31
1,25 1,18
BANK KEUANGAN 0,69
0,68 0,68
0,67 0,67
0,70 0,72
0,74 JASA
0,98 0,97
1,04 1,05
1,03 1,03
1,04 1,07
Sumber: BPS, data diolah
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Tabel 4.1.5.1
Grafik 4.1.5.1 Nilai LQ
Universitas Sumatera Utara
4.1.5.1. Pertanian Terlihat untuk sektor pertanian Indeks LQ dari tahun 1983 sampai dengan
2008 adalah diatas 1. Hal ini berarti Propinsi Sumatera Utara memiliki potensi di sektor pertanian. Sektor pertanian dan perkebunan memang sudah lama terbangun di
Propinsi Sumatera Utara, dan hal ini juga didukung oleh keadaan topografi, curah hujan, kesuburan tanah, yang sesuai untuk sektor pertanian dan perkebunan.
Berdasarkan data dari Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2008 beberapa jenis tanaman bahan makanan yang diproduksi adalah padi dan tanaman palawija
yang terdiri dari jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah, kedelai, kacang hijau. Jika dirinci menurut KabupatenKota, Kabupaten Simalungun dan Serdang Bedagai
merupakan pusat produksi padi di Sumatera Utara. Produk andalan KabupatenKota Simalungun dan Karo pada tahun 2006 adalah jagung. Produksi jagung terbesar
adalah di Kabupaten Simalungun yaitu sebesar 204.196 ton dengan luas panen 59.604 Ha sedangkan di Kabupaten Karo sebesar 171.016 ton dengan luas panen sebesar
50.182 Ha. Produksi ubi kayu dan ubi jalar pada tahun 2006 di Sumatera utara adalah 452.450 ton dan 102.712 ton. Sedangkan produksi palawija lainnya yaitu kacang
tanah, kacang kedelai dan kacang hijau di Sumatera Utara pada tahun 2006 masing- masing 21.119 ton, 70.042 ton dan 6.537 ton. Kabupaten Simalungun, Taput, dan
Dairi merupakan penghasil kacang tanah terbesar di Sumatera Utara. Kabupaten penghasil kacang kedelai terbesar adalah Langkat dan penghasil kacang hijau terbesar
adalah Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman palawija di Sumatera Utara cukup potensial. Hasil tanaman ini menjadi salah satu andalan ekspor Sumatera Utara terutama ke negara Singapura dan
Malaysia. Dengan demikian Propinsi Sumatera Utara mempunyai potensi dalam hal tanaman palawija. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu pusat perkebunan
di Indonesia. Perkebunan di Sumatera Utara telah dibuka sejak penjajahan Belanda. Komoditi hasil perkebunan yang paling penting dari Sumatera Utara saat ini antara
lain kelapa sawit, karet, kopi, coklat dan tembakau. Kabupaten Labuhan Batu, Mandailing Natal, dan Tapanuli Selatan merupakan pusat perkebunan karet rakyat di
Sumatera Utara. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit rakyat di Sumatera Utara. Kabupaten Dairi dan Tapanuli Utara merupakan penghasil
kopi dari Sumatera Utara. Bahkan kopi Sidikalang sudah dikenal di Pulau Jawa dan Eropa.
Di Sumatera Utara terdapat 3 perkebunan besar milik BUMN dan ratusan perkebunan besar swasta. Sama seperti pada perkebunan rakyat, jenis tanaman
perkebunan besar yang ada di Sumatera Utara diantaranya kelapa sawit, karet, coklat, teh, tembakau, dan tebu. Untuk sektor kehutanan, produksi hasil hutan Sumatera
Utara menurut jenisnya meliputi kayu log, kayu gergajian, kayu lapis, PULP dan hasil ikutan lainnya seperti rotan, arang dan getah tusam. Produksi hasil hutan terbesar
tahun 2007 adalah kayu gergajian yakni sebesar 1.317.082,58 M3. Di sektor peternakan, populasi ternak besar terdiri dari kuda, sapi potong,
kerbau dan sapi perah. Pada tahun 2007 populasi sapi potong ternak sebanyak 384.577 ekor, kuda sebanyak 3.553 ekor, kerbau sebanyak 189.167 ekor dan sapi
Universitas Sumatera Utara
perah sebanyak 2.093 ekor, sedangkan populasi ternak kecil terdiri dari kambingdomba dan babi. Sedangkan di sektor perikanan, produksi ikan Sumatera
Utara pada tahun 2007 tercatat 526.464,04 ton, yang terdiri atas 460.858 ton ikan laut dan 12.680 ton perairan darat umum serta 22.504 ton ikan budi daya air payau dan
budi daya laut sebesar 591,60 ton.
4.1.5.2. Pertambangan
Sektor pertambangan di Propinsi Sumatera Utara sangat rendah pertumbuhannya dibandingkan nasional, hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai LQ
pada Tabel 4.1.4.1. Sektor pertambangan memiliki indeks nilai yang sangat rendah yaitu dibawah 0,5. Hal ini menandakan bahwa produksi barang tambang di Propinsi
Sumatera Utara sedikit. Daerah Kabupaten Deli Serdang memiliki potensi bahan galian Golongan C yang bervariasi, beberapa diantaranya dapat dimanfaatkan sebagai
bahan galian industri dan bahan galian konstruksi. Keberadaan potensi bahan galian di daerah ini, sebagian telah dimanfaatkanditambang, batu koral, kerikil, pasir dari
sungai, serta penggalian tanah timbun, merupakan contoh barang galian yang ada di Kabupaten Deli Serdang.
4.1.5.3. Perindustrian
Universitas Sumatera Utara
Dari nilai indeks LQ, terlihat bahwa sektor industri bukan merupakan sektor unggulan, sebab nilai LQ sektor industri rata-rata tiap tahunnya berada di bawah 1,
dengan demikian pertumbuhan sektor industri lebih lambat dari pertumbuhan nasional. Hal ini disebabkan lokasi industri terbatas, sedangkan lahan yang ada
banyak dipergunakan untuk sektor pertanian dan perkebunan.
4.1.5.4. Listrik, Air, dan Gas
Untuk sektor listrik, air dan gas nilai indeks LQ rata-rata di atas 1, hanya di tahun 1993 sampai dengan 1996 dan tahun 1999 sampai dengan tahun 2000
mengalami penurunan nilai LQ. Hal ini menandakan bahwa secara keseluruhan sektor listrik, air dan gas sebenarnya berpotensi jika dikelola dengan baik.
Sebagian besar kebutuhan tenaga listrik di Sumatera Utara dipenuhi oleh Perusahaan Listrik Negara PLN, dan sebagian lainnya dipenuhi oleh listrik non
PLN. Selama periode tahun 2004 -2007 terjadi sedikit penambahan pembangkit listrik PLN untuk wilayah Sumatera Utara yakni sebesar 84,13 MW, dimana pada tahun
2004 daya yang terpasang sebesar 1.296,94 MW meningkat menjadi 1.381,07 MW pada tahun 2007. Jumlah listrik yang diproduksi dibangkitkan sendiri, dan dibeli
oleh PLN Kit- Sumbagut pada tahun 2007 sebesar 6.939,88 GWH. Kemudian energi listrik tersebut didistribusikan oleh PLN Kit Sumbagut ke PLN Wilayah Sumatera
Utara sebesar 5.904,00 GWH. Pada tahun 2007 jumlah energi listrik yang dijual PLN Wilayah Sumut kepada konsumen di Sumatera Utara sebanyak 2.283.674 .
Universitas Sumatera Utara
Konsumen Gas di wilayah Sumatera Utara sampai saat ini hanya di Kota Medan saja yakni sebanyak 18.628 pelanggan pada tahun 2006. Volume gas kota
yang disalurkan pada tahun 2006 sebesar 176,61 juta m3 dengan nilai penjualan sebesar 338,81 miliar rupiah.
Air bersih yang disalurkan PDAM Sumatera Utara selama tahun 2005 - 2007 meningkat sebesar 8,03 . Jika dibandingkan pada tahun 2005 yang dijual kepada
konsumen sebesar 167,04 juta m
3
menjadi 180,46 juta m
3
pada tahun 2007. Jumlah air bersih yang disalurkan PDAM kepada konsumen terbesar adalah Kota Medan
yakni sebesar 111,64 juta m3 atau sebesar 61,86 dari total air yang dijual di Sumatera Utara.
4.1.5.5. Bangunan
Nilai indeks LQ untuk sektor bangunan secara umum berada dibawah 1, hanya di tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 mengalami sedikit kenaikan indeks.
Sektor bangunan kurang berpotensi di Propinsi Sumatera Utara, sebab pada umumnya pesatnya penambahan bangunan di Propinsi Sumatera Utara hanya terjadi di kawasan
perkotaan saja.
4.1.5.6. Perdagangan, hotel, dan restoran
Universitas Sumatera Utara
Nilai indeks LQ untuk sektor perdagangan secara umum berada di atas 1, dengan demikian berarti sektor perdagangan berpotensi di Sumatera Utara.
Pertumbuhan sektor perdagangan di Propinsi Sumatera Utara lebih cepat dari nasional. Ekspor merupakan faktor penunjang peningkatan pendapatan di sektor
perdagangan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, pada tahun 2007 volume ekspor Sumatera Utara mencapai 7,84 juta
ton dan volume impor sebesar 4,74 juta ton. Nilai ekspor Sumatera Utara pada tahun yang sama mencapai 7.082,9 juta dollar Amerika dan nilai impor mencapai 2.109,9
juta dollar Amerika. Dengan demikian Sumatera Utara mempunyai surplus perdagangan luar negeri sebesar 4.973,0 juta dollar Amerika.
Komoditi utama ekspor Sumatera Utara adalah minyaklemak nabati dan hewani yang mencapai 3.132,88 juta dollar Amerika dan diikuti oleh bahan baku
sebesar 1.577,78 juta dollar Amerika serta bahan makanan dan binatang hidup sebesar 844,71 juta juta dollar Amerika. Sumatera Utara umumnya mengekspor
komoditinya ke Jepang, yang mencapai 949,64 juta dollar Amerika dan India yang mencapai 907,38 juta dollar Amerika. Nilai Impor Propinsi Sumatera Utara bernilai
2.109,88 juta dollar. Impor Sumatera Utara menurut kelompok barang ekonomi sebagian besar berupa bahan bakupenolong yang mencapai 1.231,54 juta dollar
Amerika. Sedangkan yang berupa barang konsumsi sebesar 523,64 juta dollar Amerika dan sisanya berupa barang modal.
Untuk hotel dan restoran cukup berkembang di Propinsi Sumatera Utara, terutama di kota-kota besar dan di daerah yang merupakan kawasan wisata. Penduduk
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara terdiri dari beragam etnik, dengan demikian kuliner yang disajikan juga beragam, dengan demikian banyak restoran yang berkembang di Propinsi
Sumatera Utara.
4.1.5.7. Pengangkutan dan komunikasi
Nilai indeks LQ untuk sektor perhubungan dan komunikasi secara umum dari tahun 1983 sampai dengan tahun 2008 berada di atas 1. Hal ini berarti sektor
pengangkutan dan komunikasi merupakan salah satu sektor yang berpotensi di Propinsi Sumatera Utara. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi di
Propinsi Sumatera Utara lebih cepat dari pertumbuhan nasional. Hal ini didukung oleh pembangunan jalan, transportasi serta adanya pelabuhan. Sektor pengangkutan
dan komunikasi di Propinsi Sumatera Utara cukup berkembang, karena itu sektor perdagangan juga mengalami percepatan pertumbuhan. Hal ini dikarenakan sektor
pengangkutan dan komunikasi merupakan faktor pendukung utama agar kegiatan perdagangan dapat berjalan lancar.
Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar dan mendorong kegiatan perekonomian. Makin meningkatnya usaha pembangunan
menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah kedaerah lain.
Panjang jalan di seluruh Sumatera Utara pada tahun 2007 mencapai 36.966,47 km yang terbagi atas jalan negara 2.098,050 km, jalan provinsi 2.752,500 km dan jalan
kabupatenkota 32.115,92 km.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memenuhi transportasi darat, tersedia dua jenis kenderaan angkutan darat utama, yaitu kenderaan bermotor dan kereta api. Pada tahun 2007 jumlah
kendaraan bermotor yang terdaftar sebanyak 2.896.912 unit atau naik 13,36 persen dibandingkan tahun 2006, yaitu sebanyak 2.555.453 unit. Sedangkan untuk lalu lintas
penerbangan dibedakan atas lalu lintas penerbangan dalam negeri dan lalu lintas penerbangan luar negeri.
Pembangunan pos dan telekomunikasi mencakup pelayanan dan peningkatan kerjasama internasional maupun peningkatan jasa telekomunikasi dan informasi,
sehingga arus berita, informasi dan data berjalan lancar. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk memperlancar pelayanan berkenaan semakin
meningkatnya permintaan akan jasa pos. Salah satu diantaranya dengan memperbanyak jumlah kantor pelayanan pos.
4.1.5.8. Keuangan, sewa, dan jasa perusahaan
Untuk sektor keuangan, sewa, dan jasa perusahaan, nilai indeks LQ secara umum berada di bawah 1, hanya pada tahun 1983 sampai dengan tahun 1990 indeks
LQ berada di atas 1. Dengan demikian sektor keuangan, sewa, dan jasa perusahaan dianggap kurang berpotensi di Propinsi Sumatera Utara. Pada umumnya sektor
keuangan, Sewa, dan jasa perusahaan hanya berkembang di kawasan perkotaan untuk memenuhi kebutuhan lokal saja. Perkembangan sektor ini juga sangat di pengaruhi
oleh pendapatan masyarakat setempat.
Universitas Sumatera Utara
4.1.5.9. Jasa Kemasyarakatan, sosial dan perorangan
Untuk sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan, nilai indeks LQ secara umum berada di bawah 1, akan tetapi pada tahun 2003 sampai dengan tahun
2008 indeks LQ berada di atas 1. Dengan demikian sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan memiliki potensi untuk dikembangkan. Pada umumnya sektor
jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan tersebut dapat berkembang di daerah perkotaan untuk memenuhi kebutuhan permintaan lokal. Perkembangan sektor ini
juga sangat di pengaruhi oleh pendapatan masyarakat setempat serta kepadatan penduduk di suatu daerah.
4.2. Pembahasan