2. 3. Tingkat Pendidikan HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 2. 4. Indeks Massa Tubuh Tidak terdapat subyek penelitian dengan berat badan kurang per- kategori Asia-Pasifik. Sementara, kategori IMT yang ditemukan paling banyak pada subyek penelitian adalah kategori IMT Obes 1 sebanyak 15 subyek, yakni sebesar 40,5. Pada pasien dengan berat badan normal, ditemukan kasus osteoartritis genu sebanyak 5 subyek atau sebesar 13,5. Berdasarkan risiko terserang osteoartritis genu, maka IMT subyek penelitian dikategorikan menjadi 2, yaitu 25 kgm 2 dan ≥ 25 kgm 2 berdasarkan batas berat badan yang dinyatakan berisiko menurut kategori Asia-Pasifik. Subyek penelitian dengan IMT 25 kgm 2 adalah sebesar 13,51, sementara IMT subyek penelitian dengan IMT ≥ 25 kgm 2 adalah sebesar 86,49. Walau berdasarkan hasil perhitungan kelompok obes 1 memiliki jumlah subyek terbanyak, namun secara kumulatif, kelompok dengan IMT berisiko, obes 1, dan obes 2 memiliki jumlah subyek penelitian yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok subyek penelitian dengan IMT kisaran normal. Tabel VIII. Proporsi Status Gizi Penduduk Dewasa 18 tahun Berdasarkan Kategori Indeks Massa Tubuh IMT di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010 Kategori IMT Prevalensi Kurus 9,7 Normal 61,8 Berisiko 12,3 Obes 16,2 Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2012. Telah diolah kembali. Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan pada tahun 2010 seperti yang tertetra pada tabel di atas, masyarakat dengan kategori IMT normal berjumlah lebih banyak dibandingan dengan jumlah masyarakat dengan kategori IMT berisiko dan kategori obes digabungkan. [11] Ketidaksesuaian yang tampak terkait prevalensi pada kategori-kategori tersebut antara hasil laporan Kementerian Kesehatan dengan subyek pada penelitian ini menunjukkan bahwa osteoartritis memang lebih banyak terjadi pada orang-orang denjgan kategori IMT berisiko dan obes, serta menunjukkan kemugkinan adanya hubungan antara tingginya angka IMT dengan kejadian osteoartritis yang telah dibuktikan oleh Grotle et al memiliki OR sebesar 2,8 pada masyarakat Norwegia. Adapun, prevalensi yang ditemukan pada perhitungan dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menunjukkan bahwa terdapat adanya hubungan antara IMT berlebih dengan kejadian osteoartritis seperti yang tersaji pada tabel di bawah ini. Tabel IX. Proporsi Osteoartritis Genu Berdasarkan Kategori IMT Menurut Hasil Studi-Studi Terdahulu Sumber Tahun Kategori IMT Prevalensi Grotle et al 2008 Norway 20 kgm 2 20 – 25 kgm 2 26 – 30 kgm 2 30 kgm 2 5,3 4,9 9,7 12,6 Patil et al 2012 India Underweight Normal Overweight Obese Laki-laki 2,9 Perempuan 0 Laki-laki 11,4 Perempuan 11,9 Laki-laki 51,4 Perempuan 20,9 Laki-laki 34,3 Perempuan 67,2 Sumber: Grotle M, Hagen KB, Natvig B, Dahl FA, Kevin TK. Obesity and osteoarthritis in knee, hip and or hand: An epidemiological study in the general population with 10 years follow-up. BioMed Central Muskuloskeletal Disorders 2008; 9: 132. Patil PS, Dixit UR, Shettar CM. Risk factors of osteoarthritis knee – A cross- sectional study. J Dent Med Sci. 2012;25:8-10. Telah diolah kembali. Mengingat tidak mudahnya mencari referensi terdahulu terkait prevalensi osteoartritis di Indonesia, terlebih di DKI Jakarta, maka hasil penelitian ini dibandingkan dengan prevalensi osteoartritis genu pada ras terdekat dengan ras masyarakat Indonesia yang memiliki gambaran tidak terlalu berbeda jauh. Hasil tersebut dapat terlihat melalui grafik di bawah ini: [38] Grafik 4. 4. BMI Subyek Penelitian Dibandingkan dengan Hasil Penelitian Terdahulu di Selangor, Malaysia 2003-2004 oleh Zakaria et al. Efek IMT lebih dari kisaran normal dapat dibuktikan melalui penelitian ini. Adapun, penurunan angka proporsi dari kelompok IMT berisiko- obes 1 dan obes 2 kemungkinan disebabkan oleh karena tidak banyak masyarakat Indonesia dengan kategori IMT obes 2. Walau pada banyak referensi IMT diklasifikasikan sebagai faktor biomekanik, namun dalam penelitian ini IMT diklasifikasikan sebagai faktor konstitusional predisposisi dari osteoartritis mengingat bahwa IMT tidak hanya memberi efek mekanis, namun juga efek inflamasi yang bersifat direk pada persendian. Beberapa tahun terakhir ini mulai dipahami bahwa osteoartritis tidak hanya sekedar proses wear and tear semata, namun telah ketahui dari beberapa penelitian bahwa osteoartritis memiliki kompenen inflamatorik yang berhubungan dengan berlebihnya jaringan adiposa pada tubuh seorang yang obese. 10 20 30 40 50 60 70 18,5 - 23 kgm² 23 - 30 kgm² ≥ 3 kg ² Per sen tase RSUP Fatmawati 2012- 2013 Zakaria et al: Selangor, Malaysia 2003-2004 Jaringan lemak putih white adipose tissue mulai diterima sebagai organ endokrin yang, bersama-sama dengan limfosit pada jaringan adiposa tersebut, mampu mensekresikan bermacam-macam sitokin pro- inflamasi dan immunomodulator. Sehingga, massa jaringan lemak putih yang berlebih pada orang obes mampu menciptakan disfungsi endokrin yang ditunjukkan dengan ditemukannya peningkatan marker inflamasi serum, seperti CRP C-reactive protein, IL-6, dan TNF, pada orang- orang obes. Adapun, jaringan adiposa menciptakan sitokinnya sendiri yang dikenal dengan sebutan adipositokin atau adipokin di mana salah satu jenis yang paling banyak dikenal adalah leptin – selain juga resistin, adiponektin, dan visfatin. Adiponektin yang dikeluarkan tersebut kemudian mampu memberikan efek inflamasi sistemik derajat rendah low-grade systemic inflammation yang mampu memberi efek, salah satu yang paling sering pada sistem muskuloskeletal adalah osteoartritis. [39]

4. 3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai kekurangan dan keterbatasan yang bisa mempengaruhi hasil penelitian. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengakses data sekunder, yakni melihat rekam medis pasien di mana data anamnesi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang kurang lengkap dan kurang ditulis dengan jelas. Selain itu, pengambilan data rekam medis oleh IRMIK memakan waktu yang lama, sehingga, peneliti sulit untuk mendapatkan data lebih banyak lagi mengingat waktu yang terbatas.