5. Managemen Data 5. 1. Pengolahan Data 5. 2. Analisis Data

4. 2. 1. Jenis Kelamin

Didapatkan bahwa jumlah subyek wanita dalam penelitian ini adalah sebanyak 28 orang atau sebesar 75,7 - lebih besar dibandingkan dengan persentase pria pada kasus ini yang ditemukan sebesar 24,3 atau sebanyak 9 orang. Hal ini sesuai dengan teori yang telah banyak diterima yang menyebutkan bahwa jenis kelamin perempuan merupakan faktor risiko kejadian osteoartritis, terutama osteoartritis genu. Heidari menyebutkan bahwa jenis kelamin wanita meningkatkan risiko kejadian osteoartritis genu sebesar 1,84 kali. [27] Hasil perhitungan pada penelitian ini juga diperkuat oleh Fransen et al dalam tinjauan kepustakaannya, The Epidemiology of Osteoarthritis in Asia, yang melaporkan hasil yang tidak jauh berbeda mengenai rasio perbandingan prevalensi kejadian osteoartritis antara laki-laki dan wanita yang kecil dan dapat terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel VI. Perbandingan Kejadian Osteoartritis di Asia menurut Studi COPCORD Negara Daerah Bagian Asia Usia Kejadian OA Laki- laki Perempuan Malaysia Banting Asia Tenggara 15+ 23 Ras Malay 36 Ras India Bangladesh Asia Selatan 15+ 69 Desa 616 Kota Cina Taiyuan Asia Timur 45-49 50-54 716 1027 OA = Osteoartritis Sumber: Fransen M, Bridgett L, March L, Hoy D, Penserga E, Brooks P. The epidemiology of osteoarthritis in Asia. International Journal of Rheumatic Diseases 2011; 14: 113-121. Telah diolah kembali. Adapun, berbeda dengan laki-laki, prevalensi osteoartritis pada wanita bersifat dependen terhadap usia. Heidari menyebutkan bahwa prevalensi osteoartritis meningkat secara signifikan pada wanita usia ≥ 55 tahun – saat di mana onset menopause dimulai pada kebanyakan wanita. [27] Terbukti, dari perhitungan didapatkan angka kejadian yang meningkat cukup signifikan dan dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 4. 1. Kejadian Osteoartritis Genu pada Pasien Wanita dan Laki-laki di Poliklinik Ortopedi, Penyakit Dalam, dan Rehab Medis RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2012 - 2013 Salah satu hal yang paling berperan dalam peningkatan angka tersebut adalah menurunnya level estrogen pada wanita menopause. Defisiensi estrogen tidak hanya berpengaruh pada kartilago artikular, seperti yang dibahas pada banyak referensi, namun juga berpengaruh terhadap kesehatan struktur lain dari persendian terkait, termasuk di antaranya adalah tulang periartikular, lapisan sinovial, otot, ligamen, dan kapsulnya. [28] Hanya saja, keterkaitan antara estrogen dan struktur- struktur lain dari persendian belum pernah diteliti secara langsung melalui animal-model. Roman-Blas et al dalam meta-analisisnya menyebutkan beberapa efek dari estrogen terhadap kesehatan kartilago artikular: [28] 1. Estrogen berperan dalam metabolisme kartilago. 17β-estadriol E 2 meningkatkan sintesis glikosaminoglikan kondrosit melalui upregulation gen uridin difosfat glukosa dehidrogenase. 2. Estrogen menghambat pengeluaran C-telopeptida dari kolagen tipe II. C-telopeptida ini biasa dikeluarkan oleh kartilago dengan adanya stimulasi dari TNF- α dan oncostatin-M. 10 20 30 40 50 60 55 tahun ≥ tahu Per sen tase OA Genu pada Pasien Wanita OA Genu pada Pasien Laki-laki