1. Proporsi Kejadian Osteoartritis di RSUP Fatmawati Jakarta 2. Gambaran Karakteristik Subyek Penelitian

Grafik 4. 1. Kejadian Osteoartritis Genu pada Pasien Wanita dan Laki-laki di Poliklinik Ortopedi, Penyakit Dalam, dan Rehab Medis RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2012 - 2013 Salah satu hal yang paling berperan dalam peningkatan angka tersebut adalah menurunnya level estrogen pada wanita menopause. Defisiensi estrogen tidak hanya berpengaruh pada kartilago artikular, seperti yang dibahas pada banyak referensi, namun juga berpengaruh terhadap kesehatan struktur lain dari persendian terkait, termasuk di antaranya adalah tulang periartikular, lapisan sinovial, otot, ligamen, dan kapsulnya. [28] Hanya saja, keterkaitan antara estrogen dan struktur- struktur lain dari persendian belum pernah diteliti secara langsung melalui animal-model. Roman-Blas et al dalam meta-analisisnya menyebutkan beberapa efek dari estrogen terhadap kesehatan kartilago artikular: [28] 1. Estrogen berperan dalam metabolisme kartilago. 17β-estadriol E 2 meningkatkan sintesis glikosaminoglikan kondrosit melalui upregulation gen uridin difosfat glukosa dehidrogenase. 2. Estrogen menghambat pengeluaran C-telopeptida dari kolagen tipe II. C-telopeptida ini biasa dikeluarkan oleh kartilago dengan adanya stimulasi dari TNF- α dan oncostatin-M. 10 20 30 40 50 60 55 tahun ≥ tahu Per sen tase OA Genu pada Pasien Wanita OA Genu pada Pasien Laki-laki 3. Estrogen juga menghambat ekspresi COX-2 cyclooxygenase- 2 pada kondrosit artikular dan melindunginya dari kerusakan yang disebabkan oleh ROS reactive oxygen species. Seperti yang telah diketahui, laki-laki memiliki estradiol, namun tidak pada level yang signifikan seperti wanita. Salah satu referensi menyebutkan bahwa level esteadiol pada pria berkisar antara 8 - 35 pg ml, sementara pada wanita bervariasi bergantung pada siklus menstuasi yang sedang dilalui, namun tetap lebih tinggi dibanding pria dengan angka minimal-maksimal 30-300 pg ml. [29] Sumber lain menyebutkan angka 50 – 450 pg ml pada perempuan dan 55 pg m pada pria. [30] Adapun, level tersebut dengan cepat menurun hingga mencapai level serum seperti pada laki-laki pada kondisi pasca-menopause. [29] Walau begitu, laki-laki juga memiliki hormon steroid yang menjadi faktor protektif terhadap kejadian osteoartritis, yakni testosteron. Berbeda dengan perempuan, laki-laki tidak memiliki fase di mana akan terjadi penurunan faktor protektif tersebut secara signifikan seperti yang terjadi pada fase menopause pada perempuan. Level testosteron akan menurun secara perlahan sesuai dengan bertambahnya usia. Sehingga, seperti yang tergambarkan pada Grafik 5. 1, peningkatan kejadian osteoartirtis pada kelompok usia ≥ 55 tahun tidak terlalu signifikan. Testosteron merupakan faktor protektif oleh karena kemampuannya dalam menstimulasi pembentukan dan mempertahankan volume kartilago, terutama pada daerah genu lateral. Cicuttini et al menyebutkan bahwa osteoartritis genu terjadi 4-10 kali lebih sering pada perempuan, dibandingkan pada laki-laki, serta 4 kali lebih sering terjadi pada kartilago di daerah kompartemen medial genu dibandingan dengan kompartemen lateral. [31] Sayangnya, belum banyak penelitian yang dilakukan yang menggambarkan secara lebih mendetil mengenai efek protektif testosteron terhadap kejadian osteoartritis, terutama osteoartritis genu, pada laki-laki. Adapun, seharusnya perhitungan subyek penelitian menunjukkan angka prevalensi osteoartritis yang relatif tidak jauh antara laki-laki dan perempuan pre-menopause. [32] Perbedaan hasil penelitian dengan teori dari referensi seperti yang tampak pada Grafik 5. 1 di atas kemungkinan disebabkan oleh karena jumlah sampel yang kurang adekuat untuk membuktikan teori seperti yang telah disetujui oleh banyak referensi.

4. 2. 2. Usia

Gambaran usia responden pada penelitian ini membuktikan teori yang mendasari pemahaman awal dan terdahulu dari penyakit osteoartritis – bahwa osteoartritis disebabkan oleh proses degeneratif. [27] Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, semakin dipahami dan diterima bahwa osteoartritis merupakan penyakit multifaktorial dengan peningkatan usia atau proses penuaan sebagai salah satu kontributor terjadinya penyakit ini. Selain itu, hasil perhitungan pada penelitian ini berhasil membuktikan teori yang banyak dipegang – bahwa osteoartritis merupakan penyakit yang irreversibel dan kemungkinan terjadi serta prevalensinya meningkat secara tidak terhingga sesuai dengan bertambahnya usia. [33] Hasil penelitian di poliklinik ortopedi, poliklinik penyakit dalam, dan poliklinik rehab medik memperkuat teori tersebut. Melalui perhitungan, ditemukan bahwa rata-rata usia pada subyek penelitian ini dengan mean ± SD adalah 62,51 tahun ± 8,755. Selain itu, didapatkan bahwa usia termuda pada subyek penelitian adalah 48 tahun, sementara usia tertua adalah 78 tahun. Distribusi usia dibandingkan dengan salah satu referensi seperti yang telah dijabarkan sebelumnya pada tinjauan pustaka dapat dilihat pada grafik berikut: