v
vi
vii
ABSTRAK
Adlan Fauzi Lubis NIM. 2113011000005; “Hidden Curriculum dan
Pembentukan Karakter Studi Kasus di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
”. Tesis Program Magister Pendidikan Agama Islam PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan akan permasalahan yang menyangkut peserta didik yang terjadi saat ini adalah masih adanya
perilaku menyimpang dari peserta didik yang sering diistilahkan dengan kenakalan remaja yang terjadi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Jakarta. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga pendidikan untuk mencegah kenakalan remaja salah satunya dengan
pendidikan karakter. Melalui pendidikan karakter sebagai usaha mengubah paradigm peserta didik dalam menanggulangi kenakalan remaja. Penelitian
ini dilakukan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk dapat menganalisis dan membuktikan lebih dalam peran
hidden curriculum
dan pembentukan karakter peserta didik di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
Metodologi dalam penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Sumber data primer penelitian ini
didapatkan dari hasil wawancara langsung dengan informan yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan peserta didik, serta hasil dari observasi, serta
sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen, naskah, dan arsip yang berkaitan dengan pelaksanaan hidden curriculum dalam membentuk
karakter yang peneliti temukan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Berdasarkan hasil analisa peneliti bahwa aspek dalam hidden curriculum
tertuang melalui kegiatan peribadatan shalat duha, tadarrus Al-
qur’an, shalat berjamaah, shalat jum’at, tabungan amal saleh, reading habbit,
ekstrakurikuler pada bidang seni, kegiatan ekstrakurikuler pada bidang olahraga, fasilitas sekolah dan kegiatan rutin yang dapat membentuk
karakter. Simpulan tesis ini Madrasah Aliyah Pembangunan mendesain program hidden curriculum untuk pembentukan karakter peserta didik.
Praktik hidden curriculum di Madrasah Aliyah Pembangunan berhasil membentuk 7 karakter peserta didik yaitu kejujuran
,
tanggung jawab, toleransi, disiplin diri, religius, mandiri dan peduli sesama.
Kata Kunci : Hidden Curriculum, Karakter
viii
ABSTRACT
Adlan Fauzi Lubis Students Number 2113011000005: “Hidden Curriculum and Character Building A Case Study in Islamic Senior High School of State
Islamic University of Jakarta”. A Thesis of Islamic Education Master Degree of The Faculty of tarbiyah
and Teacher’s Training of Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta.
The background of the study was the the writer’s anxiety about the existence of hidden curriculum which is in fact almost forgotten and
neglected. Most academicians do not really understand the nature of hidden curriculum. Besides, another concern of this study was about problems
related to the students. The problems that happen nowadays are shown from t
he students’ behaviour shift which is generally called students’ deliquency. This study was aimed at analyzing and proving thoroughly the role of hidden
curriculum and students’ character building in Islamic Senior High School of State Islamic University of Jakarta.
Methodology of the study was qualitative approach with descriptive- analysis method. The primary data source was collected from the interview
with the informants namely the principal, teachers, and students and the observation. The secondary data source was gathered from documents,
manuscripts, and archive which are referred to the implementation of hidden
curriculum in building students’ character which the writer found from the school. Based on the findings, it shows that the aspects of hidden curriculum
were implemented through the acts of worship dhuha prayers, reading holy Qur’an, congregated prayers, extra-curricular activities in art and sport
community, school facilities and routine character building programs. Therefore, for the findings above it can be summarized that Islamic Senior
High School of State Islamic University of Jakarta designed the hidden curriculum program to building students’ character. The implementation
concerns on seven 7 characters namely honesty, responsibility, tolerance, discipline, religiousity, independence, and care of others.
Key Words: Hidden Curriculum, Character
ix
ث بلا ص ليجستلا قر .سبول ي وف ا ع
5110111111112 :
Hidden Curriculum
اب يف يلاعلا سر لا يف ي ي حت سار اخأا يوكتو ڠ
ا و .ات كاج
يب تلا ي ك اسإا ي لا ي عت سق يتسجا لا ج ا ب لاسر .ات كاج ي وكحلا ي اسإا يا ه في ش ع اج
ن لا ث لا ت خ
ث لا ل ل
ع م تهاا م ع
hidden curriculum
حاط ل دأتو عت مو ثك .
hidden curriculum
. س لا كل كو
او . عت ل عتت تلا ئ س لا جاو لا ئ س ل
ه مو لا ف ث لا م أو .ب لا
و ل ي لا عت لا ل عفا ف فا اا دوجو ف ل علا سر لا
ڠ ن و
ث لا ف هو . ت ك ج و لا اسإا ع ج ر ظاو
ت ل رود
ت
hidden curriculum
ف عت لا قاخأ و تو ل علا سر لا
ف ڠ
ن و . ت ك ج
اسإا و لا ع لا ت
و ج ّ ك خ وه ث لا ه س ي لا ج ّ لاو
. ، سر لا س ئر ع
لا لا وه ث لا ذ ل لوأا ر
لاو اتلاو ، سر لاو
،ت ثو سارد وه ثلا ر
لاو . ظ ا لاو ، طت عتت تلا ف شرأاو ،صو ّلاو
hidden curriculum
و ت ف تلا قاخأا
ف سر لا ف ث لا ڠ
ث لا ت و . ت ك ج ن و ث لا
تلا نأ ت ه ت ّ لا
ت ع
hidden curriculum
نأ ا و ،نآ لا ءا و ،
لا ا دو علا ط أا ف ّ و جو
، ع لا ا و ، ع لا و ، ل
ع تا خ لاو
reading habbit
، و
ف ف ضإا ط أا ّ لا
. ض لاو فا و
و لا ت ط أاو ، سر لا ت تلا
نأ .قاخأا نو ت
و لا
نأ ل علا سر لا نأ ث
ف ڠ
ج ن و
hidden curriculum
طتو . عت لا قاخأ و تل
hidden Curriculum
ف ل علا سر لا ف ڠ
قاخأ ع س و ت ع طتس ن و ط
او ، ستلاو ، لو س لاو ،ق لا ه عت لا ّع س ّلا ف
، م لاو ، ّ ت لاو
ل . خأا ع ع لا و ،س ّ
: يحات لا ا كلا
Hidden Curriculum
،
. اخأ
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena
atas segala karunia, rahmat dan hidayah-Nya penulis bisa menyelesaikan penulisan tesis ini. Shalawat dan salam dihaturkan kepada pendidik pertama,
Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menggariskan rambu-rambu Pendidikan Islam sehingga dapat mengangkat derajat dan martabat manusia
sebagaimana mestinya.
Dalam kesempatan ini, penulisan menyadari bahwa selama penulisan tesis ini, sejujurnya penulis banyak sekali mengalami berbagai kesulitan dan
kendala baik dalam penyelesaiannya, terutama dalam menganalisis dan memahami berbagai bahan bacaan dan observasi lapangan yang menjadi
sumber penelitian ini. Namun berkat bantuan dan dorongan moril dari berbagai pihak, akhirnya kesulitan-kesulitan selama penulisan tesis ini dapat
diatasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga terutama kepada yang terhormat:
1.
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan FITK Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Fahriany, M.Pd. selaku Ketua, Dr. Jejen Musfah, M.A selaku
Sekertaris Program Magister dan Azkia Muharom Albantani, M. Pd.I selaku Staf Program Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
FITK Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Jejen Musfah, M.A., selaku pembimbing tesis ini. Terima kasih atas
perhatian dan kesabarannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
5. Alm. Dr. Anshori, LAL, MA selaku penguji proposal dalam tesis ini.
Terima kasih atas bimbingan, perhatian dan kesabarannya pada saat menguji proposal tesis ini.
6. Muhammad Zuhdi, M.Ed., Ph.D., Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D dan Dr.
Hasyim Asy’ari, M.Pd.,Dr. Ahmad Sodiq, MA selaku penguji Work In Progress I Pra Tesis I dan Work In Progress II Pra Tesis II serta
penguji Promosi Terbuka. Terima kasih atas bimbingan, perhatian, dan kesabarannya pada saat menguji tesis ini.
7. Seluruh Dosen Program Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
FITK Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mencurahkan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan,
xi juga kepada seluruh civitas akademika yang telah banyak membantu
dalam pelayanan administrasi. 8.
Kepala Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Drs. H. Samingan, Wakil Kepala Ridwan, S.Ag, Guru PAI Yayat Hidayatul, S.Pd.I dan
M.Idham Khalid, S.Pd.I, Guru BK Mardiana, S.Pd dan DRA.Hj. Sumarji serta guru lainnya dan peserta Didik yang telah memberikan
bantuan dan meluangkan waktu bagi penulis untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian tesis ini.
9. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Program Magister Pendidikan
Agama Islam Rubei, M. Sam’uddin, Ichfina ijazani, devi Zakiyah, M.
Mualif, M. Kharis, Pipit Riyani, Tabi’in, Ahmad Muzamil, Riendi Putra, Munawaroh, Ahmad fikri, Ika Wibowo, Nana Meyli, Ahmad Cecep,
Ahmad Khumaidi, Ahmad Hanafi, Dinil Abrar, Ahmad Zakkyudin, Uspan Suyuti, dan M. Aufa, serta teman-teman Program Magister
Pendidikan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas segala
dukungan dan motivasinya demi kelancaran penulisan tesis ini.
10. Teristimewa keluarga tercinta ibunda Nuraliyah, N. A.Md, dan Najemah,
ayah Samsul Magrib Lubis dan Abduh, abang Selamat Lokot Lubis, M.Ridwan, M.Taufik. Ahyar, Kak Imah, Kak Isap, Kak Intan, adik Rizna
serta belahan hati Hamidah Fajriani, S.Pd.I yang telah memberikan dorongan dan motivasi serta bantuan baik moril maupun spritual
sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.
11. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, tetapi
mempunyai peranan dalam penyelesaian tesis ini. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas
segala jasa, kebaikan, bantuan dan motivasinya. Penulis menyadari akan kekurangan dalam tesis ini, oleh karenanya kritik dan saran yang membangun
penulis harapkan demi sempurnanya tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya.
Jakarta, Mei 2015 Penulis
Adlan Fauzi Lubis
xii
DAFTAR ISI PEDOMAN TRANSLITERASI
i SURAT PERNYATAAN
iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI WIP I
iv LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI WIP II
v LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
vi ABSTRAK
vii KATA PENGANTAR
x DAFTAR ISI
xii DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
xvi
BAB I Pendahuluan A.
Latar Belakang Masalah 1
B. Permasalahan
14 1.
Identifikasi Masalah 14
2. Pembatasan Masalah
14 3.
Perumusan Masalah 15
C. Tujuan Penelitian
15 D.
ManfaatSignifikansi Penelitian 15
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
15 F.
Subyek Penelitian 19
G. Metodologi Penelitian
18 1.
Metode Penelitian 18
2. Sumber Data
20 3.
Teknik Pengumpulan Data 19
4. Teknik Analisis Data
21
BAB II Hidden Curriculum dalam Pembentukan Karakter
A. Konsep Hidden Curriculum dalam Pendidikan
22 B.
Bentuk-bentuk Hidden Curriculum di MadrasahSekolah 36 C.
Urgensi Hidden Curriculum dalam Pembentukan Karakter 42
xiii D.
Implementasi Hidden Curriculum dalam Pendidikan 50
BAB III Tinjauan Karakter dalam Pendidikan
A. Hakikat Karakter dalam Pendidikan
53 B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter 59 C.
Pengembangan Nilai-Nilai Karakter PAI 64
D. Urgensi Pembentukan Karakter
69 E.
Nilai-Nilai dalam Karakter 71
F. Fungsi Hidden Curriculum dalam Pembelajaran
Karakter 76
G. Kerangka Konseptual
79
BAB IV Pembentukan Karakter Siswa Melalui Hidden Curriculum di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
84 B.
Telaah Kurikulum di Madarasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
88 C.
Bentuk-Bentuk Kegiatan Berbasis Hidden Curriculum di Madrasah Aliyah Pembangunan
93 D.
Kegiatan Ekstrakulikuler dalam Aspek Hidden Curriculum 101 E.
Kegiatan Rutin Berbasis Hidden Curriculum di Madrasah Aliyah Pembangunan
107 F.
Fasilitas Sekolah 112
G. Nilai-Nilai Karakter yang Terbentuk Melalui
Hidden Curriculum 114
1. Kejujuran
115 2.
Tanggung jawab 117
3. Toleransi
119 4.
Disiplin 120
5. Religius
122
xiv 6.
Mandiri 124
7. Peduli Sesama
126 H.
Evaluasi dan Tindak lanjut Sikap Peserta Didik 129
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.
Simpulan 136
B. Saran
138 Daftar Pustaka
139 Lampiran
Biodata Diri
xv
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Informan Penelitian 20
Tabel 3.1 Deskripsi Bentuk Hidden Curriculum di MadrasahSekolah
81 Tabel 4.1 Struktur Kurikulum 2013 Permintaan
Ilmu-Ilmu Alam Kelas X 88
Tabel 4.2 Struktur Kurikulum 2013 Permintaan Ilmu-Ilmu Sosial Kelas X
89 Tabel 4.3 Struktur Kurikulum 2013 IPA
dan IPS Kelas XI, XII 90
Tabel 4.4 Bentuk-bentuk Perbuatan Nilai Karakter Peserta Didik
125 Tabel 4.4 Pembentukan Karakter dalam
Hidden Currulum 125
Tabel 4.5 Jenis Pelanggaran dan Poin Sanksi Hukuman 130
xvi
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Hidden Curriculum
Membentuk karakter 49
Gambar 3.1
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter
63 Gambar 3.2 Beberapa Cara Pengembangan Hidden Curriculum
dan Pembentukan Karakter 79
Gambar 4.1 Kegiatan Persiapan Pentas Seni 103
Gambar 4.2 Kegiatan Penyambutan Peserta Didik Pada Jam Masuk Sekolah
106 Gambar 4.3. Poster Penanaman Karakter Peserta didik
109 Gambar 4.4 Buku Penghubung antara madrasah dengan wali murid
sebagai evaluasi sikap peserta didik. 129
Gambar 4.5 Kerangka Hasil Penelitian di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
133
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk terjadinya
pergeseran fungsi sekolah sebagai suatu institusi pendidikan. Sanjaya, 2008:5 Pergereseran tersebut mengalami fungsi guru sebagai tenaga
pendidikan yang mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan kasih sayang, serta mengajarkan perilaku yang baik dan sopan tetapi dewasa
ini mengalami perubahan akibat perkembangan zaman era global dengan tumbuhnya berbagai macam kebutuhan dan tuntutan kehidupan sekolah
mengalamai fungsi yang tidak lagi diharapkan dari dunia pendidikan.
Terjadinya kekerasan, pelecehan seksual dan pengan yayaan mencoreng nama sekolah dari dunia pendidikan. Ditambah lagi kenakalan
remaja yang terjadi belakangan ini membuat beban sekolah semakin berat dan kompleks, sekolah tidak saja dituntut untuk dapat membekali berbagai
macam ilmu pengetahuan yang sangat cepat berkembang, akan tetapi juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan dan keahlian, membentuk
moral dan kepribadian, karakter bahkan peserta didik dituntut agar dapat memiliki berbagai macam keahlian yang dibutuhkan untuk memenuhi dunia
pekerjaan.
Rustam 2009:1 menjelaskan bahwa “salah satu aspek yang
berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan nasional adalah aspek kurikulum
”. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran strategis dalam sistem pendidikan. Kurikulum merupakan suatu sistem
program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam
mewujudkan sekolah yang bermutu. Adanya program pembaruan dalam bidang pendidikan nasional merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan
masyarakat dan bangsa Indonesia yang mampu mengembangkan kehidupan demokratis yang mantap dalam memasuki era globalisasi dan informasi
sekarang ini.
Namun yang harus dipertegas adalah bahwa keberhasilan pendidikan nasional bukan hanya berasal dari aspek kurikulum. Guru sebagai tenaga
pendidikan juga sangat menentukan tentang berhasilnya pendidikan nasional. Sebagus apapun konsep kurikulum yang dibuat oleh pemerintah kalau SDA
yakni guru belum siap dengan kurikulum yang bagus maka apa yang dicitakan oleh pemerintah akan sulit tercapai. Maka dari itu, seharusnya
gurulah yang harus dipersiapkan dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Hal ini berbeda pula dengan pendapat, Rowo Mangun panggilan akrab dari Romo Y.B. Mangunwijaya salah satu seorang tokoh pendidikan di
Indonesia yang diteliti oleh Pradipto 2007:23 dalam disertasinya menilai bahwa kurikulum nasional yang dibuat oleh pemerintah hanya akan membuat
1
anak menjadi robot. Anak-anak hanya bisa menghafal tetapi tidak bisa menerapkan ilmu yang diajarkan, pelajaran yang diberikan dianggap tidak
sesuai dengan lingkungan tempat tinggal.
Mengenai masalah ini Nasution 1995:9 memiliki pandangan yang berbeda dari kedua pendapat di atas dan lebih netral dalam menyikapi
persoalan tersebut. Menurut Nasution mengenai masalah kurikulum senantiasa terdapat pendirian yang berbeda-beda, bahkan sering
bertentangan. Ketidakpuasan dengan kurikulum yang berlaku adalah sesuatu yang biasa dan memberi dorongan mencari kurikulum baru. Akan tetapi
mengajukan kurikulum yang ekstrim sering dilakukan dengan mendiskreditkan kurikulum yang lama, padahal kurikulum itupun
mengandung kebaikan, sedangkan kurikulum pasti tidak akan sempurna dan akan tampil kekurangannya setelah berjalan dalam beberapa waktu.
Berbicara tentang kurikulum ada beberapa istilah yang dapat diketahui mulai dari kurikulum tertulis, kurikulum ideal, kurikulum nul, dan
kurikukulum tersembunyi. Yang akan dibahas dalam tesis ini adalah kurikulum tersembunyi yang sering disebut juga dengan istilah hidden
curriculum. Hidden curriculum
yang memiliki fungsi sebagai pelengkap dan penunjang dari kurikulum formal. Keberadaan hidden curriculum dirasakan
memiliki pengaruh terhadap nilai dan sikap peserta didik yang dirasakan memberikan sumbansi terhadap tujuan kurikulum formal yang dilakukan oleh
setiap lembaga pendidikan.
J. Czajkowski and Melon King 1975:280 menjelaskan hidden curriculum
melibatkan fakta bahwa lingkungan pendidikan termasuk bagaimana cara anak-anak diperlakukan sebagai peserta didik untuk
berkomunikasi dengan harapan dan pandangan manusia, dan membentuk bagian intrinsik dari pembelajaran anak-anak. Keberadaan hidden curriculum
yang ada tampaknya berbahaya bagi anak-anak dalam beberapa hal penting yang bersifat negatif dalam beberapa kasus. Karena keterbukaan pendidikan
dalam memberikan keluasan bagi peserta didik dalam mengejar kepentingannya sendiri. Penulis memandang hidden currulum memiliki
dampak negatif apabila peserta didik tidak di awasi secara intensif. Peserta didik bebas berbuat apa yang diinginkan tanpa memikirkan dampak yang
ditimbulkan.
Berbeda dengan artikel Lakomski dalam David Gordon 1988:469, Lakomsi meyakinkan dalam menunjukkan bagaimana penelitian hidden
curriculum belum tumbuh menjadi pohon pengetahuan. Namun, kegagalan
ini seharusnya tidak membuat kita untuk meninggalkannya. Jika peneliti sendiri benar dalam perasaan intuitif kita bahwa kurikulum tersembunyi
adalah bagian penting dan berpengaruh kehidupan sekolah, meskipun ketidakjelasan konsep, maka kita harus perbaiki dan berharap bahwa kita
setidaknya menumbuhkan beberapa pengetahuan.
Mengutip pendapat Sukmadinata 2011:194 bahwa “betapapun
bagusnya suatu kurikulum, hasilnya sangat bergantung pada apa yang
dilakukan oleh guru di dalam kelas”. Dengan demikian, guru memegang
peranan penting dalam penyususnan kurikulum. Hal ini menjadi faktor juga dalam pembentukan karakter melalui hidden curriculum. Hal senada juga
disampaikan oleh Arifin 2011:7 yang mengatakan bahwa “pengaruh yang
diberikan oleh pribadi guru, peserta didik, suasana pembelajaran, dan lingkungan sekolah berpengaruh terhadap karakter positif siswa yang terjadi
melalui hidden curriculum ”.
Dengan adanya hidden curriculum diharapkan bagi sebuah lembaga pendidikan untuk dapat membentuk kepribadian. Bentuk-bentuk dari hidden
curriculum yang menjadi pengaruh kepada peserta didik dapat diberikan
melalui ekspektasi dari seorang guru terhadap peserta didiknya. Apa yang diharapkan guru tentunya menjadi tolak ukur dari keberhasilan proses
mengajar yang diberikannya.
Rosyada 2004:32
menjelaskan bahwa
kurikulum yang
mengantarkan siswa sesuai dengan harapan idealnya, tidak cukup hanya kurikulum yang dipelajari saja, tetapi ada hidden curriculum yang secara
teoritik sangat rasional mempengaruhi siswa, baik menyangkut lingkungan sekolah, suasana kelas, pola interaksi guru dengan siswa dalam kelas, bahkan
pada kebijakan serta manajemen pengelolaan sekolah dalam hubungan interaksi vertikal dan horizontal. Kebiasaan sekolah menerapkan disiplin
terhadap siswanya, ketepatan guru dalam memulai pelajaran, kemampuan dan cara guru menguasai kelas, kebiasaan guru dalam berpakaian yang rapi,
lingkungan sekolah yang rapi, tertib, nyaman dan kepribadian siswa yang mulia. Itu semua merupakan pengalaman yang dapat mempengaruhi karakter
siswa dan inilah yang menjadi inti dari hidden curriculum.
Melalui pendapat ini, banyak hal yang dapat dilakukan sekolah dalam hidden curriculum
di antaranya, kebiasaan sekolah menerapkan disipilin terhadap siswanya, ketepatan guru dalam memulai pelajaran, cara
penyampaian dan perilaku guru, lingkungan sekolah yang rapi, tertib, bersih, dan asri adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi cara berpikir dan perilaku
siswa. Semua hal itu apabila dilakukan berulang-ulang secara konsisten terhadap peserta didik dan menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan sehari-
hari akan menghasilkan sebuah karakter dari peserta didik.
Karakter bangsa merupakan salah satu amanat pendidikan Negara dan telah mulai sejak awal kemerdekaan. Dalam sebuah pidatonya Soekarno,
pendiri Negara pernah berpesan bahwa tugas bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan adalah mengutamakan pelaksanaan nation and
character building.
Bahkan beliau telah wanti- wanti, “Jika pembangunan
karakter bangsa tidak berhasil, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli” Sulhan, 2011:1-2
Banyak dari lulusan sekolah yang memiliki nilai tinggi itupun terkadang sebagian nilai diperoleh dengan cara tidak murni, berotak cerdas,
brilian, serta mampu menyelesaikan berbagai soal mata pelajaran dengan sangat tepat. Sayangnya, tidak sedikit pula di antara mereka yang cerdas itu
justru tidak berperilaku cerdas dan sikap yang brilian, serta kurang mempunyai mental kepribadian yang baik, sebagaimana nilai akademik yang
telah mereka raih di bangku-bangku sekolah atau kuliah. Hal ini terbukti banyaknya sekarang pemimpin bangsa dan para pejabat pemerintahan yang
tersandung kasus korupsi dan kejahatan lainnya Aunillah, 2011:9-10
Untuk menyikapi kasus yang terjadi di atas penulis sependapat dengan analisis Lickona dalam buku Majid dan Andayani 2011:2 yang
mengatakan bahwa “bangkitnya logika positivisme yang menyatakan tidak
ada kebenaran moral dan tidak ada sasaran benar salah, telah menenggelamkan pendidikan moral dari permukaan dunia pendidikan
”. Tidak adanya ukuran benar dan salah akan membuat pendidikan kita akan
kacau khususnya Negara Indonesia. Semua orang akan mengklaim dirinya yang paling benar. Bukan hanya di bidang pendidikan saja kacau, bahkan
dalam bidang yang lain. Lebih lanjut Zubaedi 2013:13 mengatakan bahwa
“karakter merupakan hal yang sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, hilangnya karakter menyebabkan hilangnya generasi
penerus bangsa. Karakter berperan sebaga “kemudi” dan kekuatan
sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing. Karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi
bangsa yang mertabat ”.
Selain peran hidden curriculum dalam membentuk kepribadian siswa. Sosok seorang guru menjadi tauladan yang hasanah bagi siswanya. Terlebih
lagi guru agama yang mengajar di sekolah umum maupun sekolah agama. Amin 2011:55 menjelaskan bahwa
“peran guru agama mempunyai tugas yang amat besar dalam rangka mendidik, membina kepribadian seorang
siswa ”. Pribadi siswa yang dibawa dari rumah ke sekolah ada yang baik dan
ada pula yang tidak baik, karena lingkungan keluarga yang tidak mendukung pendidikan agama. Begitu pentingnya peran guru agama di sekolah sekolah
seolah-olah semuanya menjadi tanggung jawab guru agama. Tanpa kita sadari bahwa masih ada guru bidang studi lain yang mengajarkan peserta
didik. Ada asumsi bahwa ketika siswa memiliki perilaku yang buruk maka guru agama yang menjadi tanggung jawab atau ini semua salah guru agama.
Lantas bagaimana dengan guru lain yang mengajar.
Dalam ajaran Islam banyak perintah yang mengajarkan umatnya dalam berakhlak yang mana ajaran tersebut termaktub dalam kitab Al-
Q ur’an. Nabi Muhammad sendiri diutus oleh Allah SWT untuk memperbaiki
akhlak manusia. Di dunia ini banyak sekali manusia jahat, seperti halnya kaum Quraisy pada zaman Nabi Muhammad. Fenomena saat ini yang terjadi
adalah kerusakan akhlak, moral bangsa yang menjadi karakter Negeri ini. Pergaulan bebas, tawuran antar pelajaran, kematian yang diakibatkan narkoba
menjadi permasalahan umat di zaman sekarang ini. Oleh Karena itu, Ajaran Islam telah banyak mengisyaratkan dan memberikan petunjuk dan ketentuan
yang berhubungan dengan soal pendidikan karakter atau akhlak manusia sebagaimana Allah telah menegaskan dalam firmannya QS. Yunus Ayat : 57
“Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-
orang yang beriman.” QS. Yunus Ayat : 57 Ayat di atas menyerukan kepada manusia untuk mengambil intisari
dari pelajaran-pelajaran yang ada untuk terhindar dari penyakit-penyakit hati. Karena penyakit hati juga bisa menjadi sebuah karakter seseorang. Penyakit
yang dimaksud bisa seperti takabur, berbangga diri, bakhil, sombongriya dan hasud. Untuk itu ayat di atas mencoba untuk memberikan alternatif obat
untuk menyembuhkannya yakni salah satunya dengan petunjuk Al-
qur’an dan Hadits. Dalam konteks pendidikan penyakit tersebut bisa disembuhkan
melalui proses pembelajaran baik pendidikan agama atau umum yang ada di sekolahmadrasah melalui serangkaian kurikulum. Dapat dikatakan bahwa
semua inti ajaran Islam adalah menuntun manusia kepada ajaran akidah, ibadah, syariat, dan akhlak pada dasarnya adalah mengacu kepada pendidikan
akhlak pembentukan karakter.
Menurut Nata 2014:364-365 pendidikan agama Islam PAI sangat berpotensi untuk membentuk karakter peserta didik. Pertama, jika PAI
tersebut dijadikan sebagai dasar bagi seluruh penyelanggaraan pendidikan, pendidikan agama Islam PAI bukan hanya dilihat sebagai materi ajaran
yang diajarkan oleh guru agama, melainkan juga dipahami, dihayati dan diamalkan oleh guru dan peserta didik, serta oleh pada guru bidang studi
lainnya. Pendidikan Agama Islam juga dipraktekkan oleh seluruh civitas sekolah dan dijadikan landasan bagi penyelenggaraan pendidikan itu sendiri.
Kedua,
jika pendidikan agama Islam tersebut dijadikan sebagai budaya sekolah. Yaitu dipraktekkan dan diintegrasikan ke dalam berbagai kegiatan
baik yang bersifat intra maupun ekstrakurikuler dengan dukungan dari semua pihak. Ketiga, Pendidikan Agama Islam dapat membentuk ahklak apabila
didukung oleh proses pembelajaran dan evaluasi yang bersifat humanistik, holistik, dan emansipatoris.
Dengan demikian pendidikan agama Islam dapat menjadi salah satu potensi membentuk karakter bagi peserta didik. Sebagai pedoman dan
petunjuk hidup, pendidikan agam Islam merupakan salah satu sarana penanaman karakter yang benar. Di dalamnya terdapat contoh-contoh
karakter Islami yang sangat membantu tiap pribadi dalam menghadapi budaya negatif. Karakter yang baik akan memudahkan pengembangan tiap
individu dalam bermasyarakat.
Persoalan karakter merupakan persoalan yang tidak bisa dihilangkan begitu sata atau dilupakan begitu saja. Karena persoalan karakter menyangkut
kehidupan peserta didik sebagai penerus bangsa yang diharapkan dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia di kanca internasional. Pemerintah
sebagai lembaga yang ikut andil bertanggung jawab dalam mengatasi persoalan kenakalan remaja. Terlebih lagi peserta didik di era globalisasi
sudah mengalami pergeseran moral yang di tandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.
Untuk itu pemerintah sebagai lembaga yang ikut andil dalam mengsukseskan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi Pendidikan adalah
“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukannya dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”
“Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Marusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Pasal 3.
Peraturan Perundang-Undangan di atas mengisyaratkan bahwa tujuan pendidikan nasional ingin menjadikan peserta didik menjadi manusia yang
memiliki karakter kepribadian, akhlak, dan moral yang baik dalam proses pendidikan, namun dalam pembentukan karakter yang diinginkan setiap
lembaga pendidikan memiliki cara yang berbeda. Lembaga pendidikan dapat menentukan proporsi kurikulum yang diinginkan baik kurikulum formal
maupun kurikulum yang tersembunyi atau hidden curriculum.
Landasan tentang kurikulum tersembunyi atau hidden curriculum dapat dilihat pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun
2003 Bab X Pasal 38 Ayat 2 yang berbunyi “Kurikulum pendidikan dasar
dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolahmadrasah di bawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupatenkota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan
menengah
. Walaupun sebenarnya hidden curriculum bukan merupakan
kurikulum yang direncanakan dan bukan bagian dari kurikulum tertulis setidaknya Madrasah Aliyah Pembangunan dapat menentukan bagaimana
implementasi hidden curriculum yang akan diberikan ke peserta didik. Pada dasarnya hidden curriculum juga terintegrasi ke dalam kurikulum tertulis,
namun dalam pelaksanaan ada yang terlihat dan ada yang tidak terlihat.
Hasil penelitian Nisa 2009:84 yang berjudul “Hidden Curriculum”:Upaya Peningkatan Kecerdasan Spritual Siswa. Menunjukkan
bahwa hidden curriculum mampu memberikan pengaruh dalam perubahan nilai, persepsi, dan perilaku siswa. Sebuah lembaga pendidikan tentunya
memiliki tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut sekolah akan membuat kurikulum yang tidak ada di sekolah pada umumnya yakni
hidden curriculum.
Pendidikan tidak hanya mendidik peserta didik menjadi manusia yang cerdas, tetapi juga mendidik karakternya agar berakhlak mulia. Dewasa ini
pendidikan di Indonesia khususnya masih dinilai oleh banyak kalangan tidak bermasalah dengan peran pendidikan, terutama dalam ruang lingkup
kurikulum yang misinya adalah mencerdaskan anak Indonesia. Melihat realita yang ada di lapangan bahwa karakter peserta didik tidak
mencerminkan perilaku yang baik. Pembentukan karakter melalui hidden curriculum
dipandang sebagai kebutuhan yang penting sebagai pelengkap dari kurikulum formal.
Kurikulum bukanlah sebuah dari inti pendidikan jika tidak ada guru yang yang berkualitas dan berkompeten. Kesuksesan pendidikan haruslah
menjadi sebuah sistem yang saling berhubungan. Kurikulum dan guru harus saling bersinergi dalam mencapai tujuan pendidikan. Banyak orang yang
tidak mengetahui bahwa selain kurikulum tertulis ada hidden curriculum yang dapat berpengaruh dalam mencapai tujuan pendidikan. salah satunya
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta salah satu lembaga pendidikan yang bernuansa Islami. Tentunya memiliki sejumlah program dan tujuan
untuk dalam pendidikannya. Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta memiliki peran yang besar dalam membentuk karakter pribadi seseorang agar
menjadi pribadi yang cerdas, bukan hanya cerdas secara kognitif, namun secara afektif maupun psikomotorik.
Untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, Madrasah Aliyah Pembangunan membuat sejumlah program kegiatan yang mendorong peserta
didik terampil dalam berbagai bidang. Program kegiatan yang merupakan bagian dari kurikulum tambahan yang dipakai Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta yang berbeda dengan kurikulum formal yang digunakan sekolah-sekolah lain di Jakarta. Dengan kata lain, program-
program kegiatan menjadi kurikulum tambahan dalam mengembangkan keterampilan peserta didik serta membentuk karakter peserta didik.
Berbagai program kegiatan atau kurikulum muatan lokal yang dijalankan di Madrasah Aliyah Pembangunan sangat membantu kurikulum
formal dalam mencapai tujuan pendidikan. Begitu juga dengan hidden curriuculum,
memiliki peran dalam mensukseskan tujuan pendidikan. Dalam beberapa hal Hidden curriculum memiliki aspek struktural dan kultural.
Kurikulum muatan lokal Inilah yang kemudian menjadi bagian dari aspek hidden curriculum.
Setidaknya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional sekolahmadrasah sebagai lembaga pendidikan sudah berupaya dalam
mencegah bahayanya kenakalan remaja melalui hidden curriculum. Apalagi saat ini banyak terjadi persoalan sosial yang menyangkut peserta didik dalam
beberapa kasus kenakalan remaja.
Selain itu dapat terlihat dari data Komnas PA mencatat, sepanjang 2013 ada 255 kasus tawuran antar-pelajar di Indonesia. Angka ini meningkat
tajam dibanding tahun sebelumnya, yang hanya 147 kasus. Dari jumlah tersebut, 20 pelajar meninggal dunia saat terlibat atau usai aksi tawuran,
sisanya mengalami luka berat dan ringan. Sedangkan di Jakarta, pada 2013 angka tawuran pelajar mencapai 112 kasus. Jumlah ini meningkat dibanding
2012, yang hanya 98 kasus dengan 12 orang meninggal dunia Musfah, 2015:2
Selain data di atas banyak lagi permasalahan berkaitan dengan karakter bangsa yang muncul di sekitar kita. Berdasarkan survey Komnas
Perlindungan Anak, PKBI, BKKBN tentang perilaku remaja yang telah melakukan hubungan seks pranikah di perkotaan, diperoleh data sebagai
berikut : 62,7 siswi SMP pernah melakukan seks pranikah, 21,2 remaja pernah aborsi, 93,7 remaja SMP dan SMA pernah melakukan ciuman dan
oral seks, 97 remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno Media Indonesia, 18 Januari 2010.
Lickona 2013:4 menjelaskan bahwa permasalahan di Amerika yang mengkhawatirkan adalah permasalah yang menyangkut kenalakan remaja.
Sejak tahun 1978-1988, berdasarkan data statistik FBI, tindak pemerkosaan yang melibatkan remaja lelaki berusia 13-15 tahun meningkat jumlahnya
menjadi dua kali lipat. Lebih dari 20 tahun 1968-1988 jumlah tindakan kekerasan kriminal meningkat sebanyak 53 dan tindakan-tindakan tersebut
berupa pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, dan perusakan. Lebih tepatnya tindakan tersebut dilakukan oleh para remaja lelaki dan perempuan yang
berusia di bawah tujuh belas tahun.
Betapa mirisnya melihat data kenakalan remaja yang sangat tinggi persentasenya. Untuk mengatasi masalah tersebut, peran orang tua terutama
ibu sangat diperlukan. Jika orang tua mendidik dengan benar, maka anak akan tumbuh dengan baik. Namun jika anak dididik dengan sekedarnya atau
bahkan dengan cara yang salah, maka masa depan anak tidak bisa dijamin kesuksesannya. Kesuksesan anak itu ditentukan pendidikan kepribadian atau
karakternya orang tua. Sebagai evaluasi, kita bisa melihat bagaimana kondisi kebanyakan remaja. Karena merekalah yang akan meneruskan estafet
perjuangan bangsa. Apalagi banyak remaja yang perbuatannya kurang baik, Pembenahan bangsa ini harus dimulai dari rumah, yaitu pendidikan orang tua
ke anaknya.
Penulis ingin mengatakan bahwa pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Tetapi bagaimana para
pakar pendidikan memadukan berbagai guru mata pelajaran baik guru di bidang umum maupun guru di bidang agama dalam menanamkan nilai-nilai
karakter. Penulis mengutip pendapat Gunawan 2012:27 yang mengatakan
bahwa “pendidik harus mampu menanamkan kebiasaan habituation tentang
hal mana yang baik sehingga peserta didik paham kognitif tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan afektif nilai yang baik dan biasa
melakukannya psikomotor ”.
Pendidik dalam mengajarkan pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik moral knowing, akan
tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good moral feeling, dan perilaku yang baik moral action. Guru juga harus mampu menekankan pada
habit
atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikan dan dilakukan oleh pendidik.
Menurut Koentjraningrat dan Mochtar Lubis dalam buku Listyarti 2012:4 mengatakan bahwa
“karakter bangsa Indonesia dewasa ini adalah meremehkan mutu, suka merebas, tidak percaya diri sendiri, tidak berdisiplin,
mengabaikan tanggung jawab, hipokrit, lemah kreativitas, etos kerja buruk, suka feodalisme, dan tak punya malu
”. Karakter tersebut telah melekat sejak bangsa Indonesia masih dijajah
bangsa asing sampai Negara Indonesia merdeka hingga saat ini. Masalah karakter mencerminkan betapa naifnya bangsa ini dengan semua kelemahan
moral. Banyak terjadi kekacauan moral yang bisa di lihat melalui realitas yang terjadi. Misalkan adanya penumpang wanita yang lebih tua dan lemah
berdiri dalam busway, sedangkan yang lebih muda dan kuat sedang duduk tetapi kita tidak mau memberikan kursi kita kepada wanita tersebut. Betapa
malunya diri ini terhadap orang lain. Kondisi inilah yang membuat para pendidik bahkan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan
Menengah menggencar-gencarkan betapa pentingnya pendidikan karakter.
Kenakalan remaja bukanlah hal yang harus ditutup-tutupi. Melainkan harus dibenahi melalui pendidikan. Durkheim 1961:2 menilai bahwa
“pendidikan adalah kumpulan teori-teori. Teori ilmiah hanya mempunyai satu tujuan, yakni pengungkapan realitas, sedangkan teori pendidikan
mempunyai tujuan yang jelas yakni, menuntun perilaku ”. Dengan demikian
pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang mengarahkan pembentukan yang menuntun perilaku. Dengan pendidikan seseorang dapat
memiliki wawasan yang begitu luas yang mampu mengarahkan perilaku seseorang.
Jika pendidikan dipahami dalam arti luas, sebagai proses penyadaran, pencerdasan, dan pembangunan mental atau karakter, tentu ia bukan hanya
identik dengan sekolah. Akan tetapi, ia berkaitan dengan proses kebudayaan secara umum yang sedang berjalan, yang punya kemampuan untuk
mengarahkan kesadaran, memasok informasi, membentuk cara pandang, dan membangun karakter generasi muda khususnya.
Mu’in 2011:323-324 mengartikan karakter yang menyangkut cara pandang dan kebiasaan siswa,
remaja, dan kaum muda secara umum hanya sedikit sekali yang dibentuk dalam ruang kelas atau sekolah, tetapi lebih banyak dibentuk oleh proses
sosial yang juga tak dapat dilepaskan dari proses bentukan ideologi dari
tatanan material-ekonomi yang sedang berjalan. Penulis memiliki argumen lain tentang pembentukan karakter siswa. Pembentukan karakter lebih
dominan mensinerjikan antara pendidikan sekolah, keluarga, dan masyarakat harus saling melengkapi. Pendidikan karakter tidak akan terbentuk jika satu
sama lain tidak bekerja sama dalam membentuk karakter siswa yang diinginkan. Hasil penelitian Rusmin Tumanggor 2009:12 mengatakan
bahwa
“karakter PAI model unggulan memperoritaskan agama dalam segala aspek penyelenggaraan pendidikan agama di semua jenjang
pendidikan. Karakter tersebut harus sinkron dengan visi, misi, tujuan, strategi, dan program sekolah
”. Dalam menanamkan karakter, pendidik seharusnya menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik, kordinasi lintas pendidik dan guru mata pelajaran lain. Kemudian pembiasaan pesan-pesan agama dalam kehidupan
keseharian baik di dalam sekolah maupun di lu ar sekolah”.
Berbeda hasil penelitian Afiyah dalam buku Zubaedi 2013:55 dijelaskan bahwa materi yang diajarkan dalam pendidikan agama termasuk di
dalamnya bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan kognitif, sedangkan pembentukan sikap afektif, dan
pembiasaan psikomotorik sangat minim. Pembelajaran pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu pengetahuan agama dam lebih banyak
bersifat hafalan tekstual, sehingga kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam bermasyarakat dan berbangsa. Dengan kata
lain, penulis lebih setuju dengan pendapat Rusmin. Pendidikan agama seharusnya mampu mengintegrasikan semua aspek pada peserta didik.
Jika melihat Realita pendidikan agama yang disampaikan oleh pendidik saat ini yang disampaikan di kelas masih bersifat konvensional
cenderung bersifat dogmatis, verbalistik, normativ dan defensif. Yakni mengajarkan agama sebagaimana yang terdapat di dalam Al-
Qur’an serta pendapat para ulama klasik, tanpa disertai usaha inovasi sesuai dengan
perkembangan zaman. Sementara pendidikan yang dilaksanakan hanya hanya kognitif saja dan kurang memberikan variasi pada pembinaan aspek afektif
dan psikomotorik
Untuk itu Russel 1993:84 mengatakan “pentingnya pendidikan
agama yang sebagian orang dan kelompok harus didoktrinkan secara total untuk mengatur manusia dan membentuk karakternya. Pembentukan karakter
melalui pendidikan agama banyak dikritik akan menumpulkan potensi akal kritis manusia karena anak-anaknya hanya diberikan emos-emosi tertentu
yang kadang tidak sesuai dengan tindakan yang diperlukan
”. Sepertinya pendapat Russel sejalan dengan apa yang disampaikan
juga oleh Lickona 2012:66 bahwa “banyak sekali orang yang hidup
beragama, tetapi tidak memiliki peran yang berarti dalam kehidupan. Justru mempunyai perilaku yang melanggar perintah agama. Peserta didik tidak
ingin diajarkan bahwa seseorang yang bermoral harus juga menjadi
seseorang yang beragama ”. Pendapat ini secara akurat sekolah seharusnya
memberikan gambaran tentang peranan agama dalam sejarah dan mengajak para peserta didik untuk mengaitkan apa yang telah di pelajari dengan
perintah yang ada dalam agama mengenai pertanyaan moral yang muncul, tetapi harus menemukan sebuah dasar dari defenisi dan pengajaran moral
yang menekankan pada aspek rasional tanpa melibatkan agama.
Agama dan moral merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dan menjadi bagian yang sangat penting dalam menjalani kehidupan. Orang yang
beragama belum tentu memiliki moral yang baik dan bisa juga sebaliknya orang yang bermoral belum tentu memiliki agama yang baik. Maka dari itu
kepribadian seseorang tidak bisa dijadikan sebagai pedoman agama dan moral. Rusaknya pribadi moral seseorang tidak lantas menyalahkan
agamanya yang dianut. Agama Islam tentunya orang yang beragama akan lebih paham tentang pendidikan moral. Karena agama Islam mengajarkan
bagaimana contoh dari tauladan Nabi Muhammad sebagai orang yang bermoral dan beragama.
Pendidikan karakter tentu saja bukan hanya merupakan tanggung jawab sekolah. Pendidikan karakter merupakan tanggung jawab bersama dari
mereka semua yang menyentuh nilai dan kehidupan para anak muda, berawal dengan keluarga dan meluas hingga komunitas organisasi pemuda, bisnis,
pemerintahan, dan bahkan media. Harapan akan masa depan adalah bahwa kita dapat berkumpul bersama dengan penyebab yang sama. Mengangkat
pendidikan karakter anak-anak bangsa, karakter diri sendiri sebagai orang dewasa, dan pada akhirnya karakter kebudayaan Indonesia. Pada inti
pendidikan karakter efektif terdapat kemitraan yang kuat antara orang tua dan sekolah. Keluarga adalah tempat dimana belajar kasih sayang.
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian Caswita Tesis “The Hidden Curriculum : Studi Pembelajaran PAI di sekolah. Penulis
membahas fokus penelitian pada hidden curriculum. Perbedaan penelitian ini adalah terletak pada aplikasi hidden curriculum yang ingin dibentuk. Penulis
lebih cendrung pembentukan karakter. Lebih lanjut perbedaan penelitian dengan Caswita yakni penelitiannya mengarah kepada keberhasilan hidden
curriculum
dalam pemebelajaran PAI sedangkan penulis mengarah ke kontekstual bagaimana bentuk-bentuk hidden curriculum dapat membentuk
karakter siswa. Berdasarkan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh berbagai
lembaga pendidikan, para guru, dan pemerintah untuk mengatasi permasalahan kenakalan remaja, maka keterbatasan pendidikan dan
pengajaran agama di sekolahmadrasah, serta sejumlah kurikulum muatan lokal saja belum maksimal sebagai solusi. Maka dari itu, penulis merasa
tertarik untuk meneliti lebih lanjut, agar bisa mengungkapkan bagaimana hidden currriculum
di lembaga pendidikan di sekolahmadrasah dengan segala keterbatasan dapat mengoptimalkan pelaksanaannya dan penerapan
pembentukan karakter khususnya pelaksanaan karakter atau akhlak di
madrasah untuk mencapai tujuan pendidikan karakter atau akhlak yang diharapkan.
Dapat disadari keterbatasan dalam pengembangan kurikulum saat ini dirasakan belum maksimal berorientasi kepada kepentingan peserta didik
atau peserta didik sebagai subjek child oriented. Hal ini mengakibatkan Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta memerlukan hidden curriculum
sebagai pendukung dari kurikulum formal agar anak didik memiliki kepribadian yang berkarakter.
Maraknya kenakalan remaja yang terjadi selama ini tidak terlepas dari kontrol dunia pendidikan. Kenakalan remaja seperti, merokok, menonton
video porno, berciuman merupakan hal yang sudah biasa dilakukan oleh peserta didik. Hal ini juga terjadi di Madrasah Aliyah Pembangunan.
Beradasarkan wawancara penulis dengan salah seorang peserta didik mengungkapkan bahwa peserta didik pernah melakukan hal tersebut.
Sepertinya kenakalan remaja menjadi sebuah persoalan yang sangat penting. Sebagai lembaga pendidikan tentunya Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Jakarta harus memiliki strategi untuk mengatasi permasalah tersebut.
Salah satu strategi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta adalah menciptakan sebuah hidden curriculum yang dapat menjadikan
peserta didik sebagai karakter bangsa yang dicita-citakan. Berdasarkan penelitian yang ada hidden curriculum mampu memberikan sebuah nilai
perilaku atau merubah karakter seseorang menjadi lebih baik. Namun hidden curriculum
dapat juga memberikan dampak perikaku atau karakter menjadi buruk. Biasanya hidden curriculum dapat dilakukan oleh seluruh warga
sekolahmadrasah. Terutama peran seorang guru sangatlah diharapkan pada perubahan perilaku atau karakter siswa.
Guru yang mengajar di Madrsah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Banyak guru yang
masih belum memahami istilah hidden curriculum. Hidden curriculum bukanlah suatu istilah yang baru dalam dunia pendidikan. Namun terlepas
dari itu, guru haruslah mengetahui semua istilah yang berkaitan dengan pendidikan. Apalagi hidden curriculum merupakan sebuah konsep yang
sangat sangat bermanfaat bagi kelangsungan proses pendidikan terutama bagi peserta didik baik dalam lingkungan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Pendidikan yang berorientasi kepada hidden curriculum dalam pembentukan karakter atau akhlak bukanlah sesuatu yang baru untuk diteliti.
Namun berkaitan dengan rendahnya karakter atau akhlak dewasa ini yang sedang mewabah di negeri ini yang salah satunya adalah kurangnya perhatian
pendidikan dalam keluarga untuk membina karakter yang baik. Terlebih lagi lingkungan masyarakat, pertemanan, dan pergaulan yang bebas tanpa ada
control dari pihak yang berwenang. Hal ini tentunya menjadi tugas yang sangat berat bagi lembaga pendidikan untuk membina karakter atau akhlak
perserta didik. Maka untuk itu penyelenggaraan pendidikan khususnya Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta harus lebih ektra
memaksimalkan penyelenggaraan akhlak dengan hidden curriculum di sekolah seperti yang diiinginkan yaitu membentuk individu-individu yang
berkepribadian dan berkarakter akhlak yang mulia. Maka untuk menemukan solusi dan meneliti lebih dalam terhadap permasalahan tersebut penulis
menganggap bahwa penelitian ini layak untuk dilaksanakan.
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta ini menyelenggarakan pendidikan yang salah satu pilar keunggulannya adalah karakter akhlakul
karimah. Sebagai implementasinya maka madrasah ini secara intensif memaksimalkan seluruh program dan hidden curriculuim dalam kegiatan
pendidikannya untuk mewujudkan keunggulan karakter akhlak mulia dan implikasinya ini sangat berhubungan dengan guru yang mengajar dalam
semua bidang mata pelajaran serta lingkungan warga di madrasah dalam pembelajaran karakter akhlak mulia. Dengan segala program dan hidden
curriculum
untuk membentuk karakter akhlak mulia Madrasah Aliyah Pembangunan, maka Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta apakah
sudah mengetahui karakter yang sebenarnya ketika peserta didik berada di luar lingkungan madrasah. Tentu saja Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
tidak akan mungkin mewujudkan visinya untuk menjadi sebuah lembaga pendidikan yang unggul dalam karakter akhlak mulia. Oleh karena itu dengan
adanya penelitian ini maka akan terungkap strategi serta berbagai program yang tertuang dalam hidden curriculum dan kegiatan yang dilakukan oleh
madrasah , guru, kepala sekolah, stakeholder serta peserta didik untuk mengoptimalkan dan mengimplementasikan karakter akhlak mulia di
madrasah. Untuk itu penelitian ini sangat layak untuk dilaksanakan sehungga dapat nantinya menjadi rujukan bagi sekolah atau madrasah lainnya dalam
rangka meningkatkan kualitas akhlak peserta didiknya.
Penelitian pendahuluan yang telah penulis lakukan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Sebagai Madrasah yang unggul
menunjukkan bahwa madrasah ini layak diteliti karena memiliki pilar motto madrasah yang unggul dalam bidang akhlak atau karakter. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat bagaimana keberhasilan pembentukan karakter melalui hidden curriculum yang dilaksanan di Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta, yaitu salah satu Madrasah unggulan yang ada di Jakarta. Madrasah Aliyah Pembangunan merupakan Madrasah yang memiliki
pilar keunggulan di berbagai bidang yakni Ahklak, Bahasa, dan Sains. Salah satu bidang yang dikembangkan adalah bidang karakter atau akhlak. Karena,
Marasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta telah menetapkan pilar keunggulan sebagai landasan berpijak dalam proses pembelajaran yang
menitikberatkan pada basic science, bahasa, dan akhlakul karimah. Dengan penetapan tersebut membawa konsekuensi logis pada perubahan kurikulum
20032004. Hal ini menjadi motivasi dan spirit untuk lebih meningkatkan lagi prestasi dan reputasi melalui hidden curriculum dalam melahirkan lulusan
yang andal sesuai mottonya.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dapat teridentifikasi beberapa masalah yang terjadi sebagai bahan kajian dalam
penelitian ini : 1.
Pengembangan kurikulum saat ini belum maksimal berorientasi kepada kepentingan peserta didik sebagai subjek child oriented. Hal ini
mengakibatkan Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta memerlukan hidden curriculum
sebagai pendukung dari kurikulum formal agar anak didik memiliki kepribadian yang berkarakter.
2. Kurangnya kesempatan dan keterlibatan guru secara langsung dalam
pengembangan hidden curciculum. 3.
Pemahaman guru tentang hidden curciculum masih minim. Kesempatan bagi guru dalam memahami dan menafsirkan suatu hidden curciculum
masih kurang baik, guru hanya terfokus kepada kurikulum yang tertulis. 4.
Bergesernya moral peserta didik yang terjadi di Madrasah Aliyah Pembangunan yang terjadi dewasa ini. Semua ini ditandai dengan
maraknya kenalan remaja yang terjadi, seperti merokok, nonton video porno, berciuman. Usia remaja tidak lagi dipandang sebagai usia bagi
para remaja dimana mereka harus belajar dan menuntut ilmu. Remaja di sibukkan dengan perkembangan zaman globalisasi yang tak terbendung
lagi. Belum lagi perkembangan teknologi berupa media sosial yang begitu cepat dapat merubah karakter.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah yang telah di kemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam kajian
ini adalah tentang gambaran yang jelas dan mendalam tentang hidden curciculum
dalam pembentukan karakter peserta didik. Dari sekian banyak permasalahan yang ada, penelitian ini akan dibatasi dan terfokus pada
permasalahan: “Hidden curriculum yang terbentuk dari struktural dan
kultural di madrasah ”.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah permasalahan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan “Bagaimana peran hidden curciculum dalam pembentukan karakter peserta didik di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Jakarta ?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan penelitian yang diharapkan adalah menganalisis dan membuktikan lebih
dalam peran hidden curriculum dan pembentukan karakter peserta didik di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
D. ManfaatSignifikansi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hidden curriculum dalam mengoptimalkan pelaksanaan pendidikan karakter atau akhlak di
madrasah sehingga penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran karakter atau akhlak kepada peserta didik menjadi optimal.
Manfaat secara umum penelitian ini adalah memberikan informasi yang akurat mengenai pelaksanaan dan kesiapan guru di Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta untuk dapat melaksanakan kegiatan hidden curriculum
dalam rangka memaksimalkan pendidikan karakter. Sebagaimana dimaksudkan oleh tujuan pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
kemayarakatan dan kebangsaan, Secara khusus hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoritis
sebagai berikut :
a. Bagi pemerintah khususnya Kementerian Kebudayan Pendidikan
Dasar dan Menengah serta Kementerian Agama RI mendapatkan informasi yang valid tentang pelaksanaan dan kesiapan semua Guru
Pendidikan Agama Islam serta seluruh guru bidang studi lainnya dapat melaksanakan hidden curriculum dan pendidikan karakter.
b. Bagi peneliti lain, dapat melakukan penelitian lanjutan berdasarkan
informasi yang diperoleh dari penelitian lain.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan terkait dengan penelitian tesis ini. Penelitian mengenai hidden curriculum dalam
pembentukan karakter yang berorientasi kepada akhlak memang bukanlah penelitian yang baru untuk diteliti, banyak sudah peneliti yang melakukan
kajian-kajian terhadap permasalahan pendidikan karakter, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Tesis Haseb Perlia 2013 yang berjudul “Disipilin Pengembangan
Pendidikan Karakter, Studi Kasus SMP IT Raudhatul Ulum Sakatiga”.
Tesis ini menyimpulkan bahwa penerapan disipilin dapat mengembangkan pendidikan karakter. Hal ini dapat dilihat dari terbentuknya sikap-sikap
disiplin siswa yang tinggi dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik sesuai dengan peraturan yang ada, baik peraturan yang
disampaikan secara tertulis ataupun peraturan yang disampaikan secara lisan. Proses disipilin diterapkan melalui penegakan aturan, pemberian reward dan
punishment, serta adanya konsistens. Adapun yang dilakukan guru dan pihak
sekolah sekolah dalam menerapkan disiplin sekolah adalah dengan mensosialisasikan konsep disipilin, memberikan pengajaran dan pembiasaan
mengenai disiplin, keteladananuswatun hasana oleh guru kepada siswa, adanya pengarahan dan perhatian dalam penerapan disiplin, pemberian
reward
dan punishment, serta mengadakan evaluasi. Tesis Hamzah 2013, yang berjudul “Pendidikan Karakter Berbasis
Agama Islam di Madrasah Aliyah Negeri Ketapang Kalimantan Barat” yang menyimpulkan bahwa dengan mengembangkan kurikulum PAI dapat
mengapresiasi potensi-potensi siswa serta perkembangan era globalisasi dan perkembangan zaman, yang berdasarkan ajaran agama Islam yang menjadi
cirri khas berkepribadian bangsa Indonesia. Dengan memperbanyak pendidikan karakter peserta didik dalam berbagai kegiatan sekolahmadrasah
diantaranya yang bersifat kokorikuler dan ekstrakurikuler yang dapat menunjang secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap tumbuh
dan berkembangnya sikap-sikap positif dalam diri peserta didik, baik itu berupa kegiatan di bidnag akademik, di bidang oleharaga, maupun di bidang
seni.
Tesis Juhadi 2013 yang berjudul “Model Pendidikan Karakter di
SMP Islam Serba Bakti Suryalaya Sebuah Studi Pengembangan Kurikulum Berwawasan Sufistik”. Kesimpulan penilitian ini adalah pengembangan
kurikulum berbasis karakter untuk mata pelajaran PAI semestinya diarahkan pada pendekatan tasawuf, karena problem belum suksesnya PAI dalam ikut
serta menangani kasus-kasus kenakalan remaja pelajar diantaranya disebabkan mata pelajaran PAI hanya dipelajari dari aspek kognitf saja dan
belum menyentuh aspek afektif dan psikomotornya , sehingga materi-materi PAI tidak sampai pada hati peserta didik. Juhadi mengatakan tindakan SMP
Islam Serba Bakti Suralaya melakukan pengembangan kurikulum PAI yang berwawasan pada karakter sufistik dengan pengalaman ajaran al-Tariqah wa
al-Naqsabandiyah
adalah merupakan langkah yang tepat ketika pemerintah sedang menggalakkan pendidikan karakter bangsa untuk mengobati rusaknya
moralitas bangsa. Dalam tesis yang berhalaman 153 halaman ini mengatakan bahwa materi PAI hanya bersifat kognitif saja namun penulis tidak
menemukan bukti yang real dalam kajian initentang aspek kognitif PAI yang monoton. Bahkan kurikulum PAI yang masih memakai KTSP belum bisa
mengobati kenakalan remaja bangsa ini. Penulis juga tidak menemukan perbandingan antara kurikulum KTSP dengan kurikulum muatan lokal
berwawasan sufistik yang digunakan di SMP SMP Islam Serba Bakti Suralaya. Seharusnya peneliti harus menunjukkan kelemahan kurikulum PAI
berbasis KTSP sehingga kurikulum ini harus di perbaharui dengan kurikulum muatan lokal yang baru.
Tesis Hairani 2012 yang berjudul “Integrasi Nilai Multikultural Dalam Kurikulum PAI”, kesimpulan dalam tesis ini menjelaskan bahwa
bahwa nilai-nilai multikultural dalam kurikulum diintegrasikan secara tekstual dan konteksutual. Pengintegrasian secara tekstual dengan cara
mengintegrasikan nilai multicultural dalam program pengajaran. Sedangkan integrasi nilai multicultural secara kontekstual, dilakukan dengan cara
mengintegrasikan dalam manajemen sekolah, untuk itu pembinaan nilai multicultural dapat dilaksanakan melalui pelbagai komponen dalam
manajemen sekolah itu sendiri.
Tesis Rahmawati 2008, yang berjudul “Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Telaah Atas Desain Kurikulum Integrasi
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Negeri MAN 4 Model Jakarta”., kesimpulan dalam tesis ini menjelaskan bahwa MAN 4 Model
Jakarta telah mengambil kebijakan di bidang kurikulum pendidikan agama islam, yaitu dengan mengintegrasikan tiga mata pelajaran agama Islam Al-
Qur’an Hadits, Akidah Akhlak dan Fiqih menjadi mata pelajaran Studi al- Qur’an. Kurikulum integrasi bidang studi pendidikan agama Islam adalah
sebuah kurikulum baru yang dikembangkan sendiri oleh MAN 4 Model Jakarta atas diberlakukannya otonomi pendidikan.
Tesis Shofa, Nuuriya 2011 yang berjudul “Model penerapan hidden
curriculum pada pembelajaran akidah akhlak di Madrasah Aliyah al-Irsyad Gajah Demak tahun ajaran 20082009
”. Hasil penelitian di harapkan mampu mengungkap bagaimana Model pengembangan Hidden Curriculum pada
pembelajaran akidah akhlak, dan bagaimana pelaksanaan Hidden Curriculum pada Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Al-Irsyad Gajah
Demak Tahun Ajaran 20082009.
Tesis Caswita. 2013 yang berjudul “The Hidden Curriculum : Studi
Pembelajaran PAI di Sekolah”. Hasil penelitian ini adalah bahwa untuk mewujudkan pendidikan agama Islam yang lebih aplikatif dalam rangka
menanamkan nilai-nilai agama Islam pada diri anak, maka pembelajaran pendidikan agama Islam tidak boleh hanya terfokus pada kurikulum tertulis.
Dalam melaksanakan pembelajaran agama Islam perlu dikembangkan kurikulum di luar kurikulum resmi yang disebut dengan hidden curriculum.
Jurnal Khairunnisa 2009 yang berjudul “Hidden Curriculum :
Upaya Peningkatan Kecerdasan Spritual Siswa”. Hasil penelitian ini adalah bahwa hidden curriculum mampu memberikan pengaruh dalam perubahan
nilai, persepsi, dan perilaku siswa. Banyak hal yang menjadi bagian dari hidden curriculum
antara lain yang dapat dilakukan antara lain, shalat zuhur jamaah dan pembinaan spiritual yang bertujuan melakukan pembinaan
terhadap siswa secara lebih personal dalam upaya membantu siswa memahami pelajaran agama dan mengamalkan ahklak mulia dalam
kehidupan sehari-hari.
Jurnal Zuhal Cubukcu 2012 yang berjudul “The Effect of Hidden
Curriculum on Character Education Process of Primary School Students ”.