Hidden curriculum dan pembentukan karakter (studi kasus di madrasah aliyah pembangunan uin Jakarta.

(1)

Hidden Curriculum dan Pembentukan Karakter (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Magister Dalam Program Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

OLEH :

ADLAN FAUZI LUBIS 2 1 1 3 0 1 1 0 0 0 0 0 5

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015 M /1436 H


(2)

(3)

(4)

(5)

i

PEDOMAN TRANSLITERASI

A.PADANAN AKSARA

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا Tidak dilambangkan

ب B Be

ت T Te

ث Ts Te dan es

ج J Je

ح H Ha dengan garis bawah

خ Kh Ka dan Ha

د D De

ذ Dz De dan Zet

ر R Er

ز Z Zet

س S Es

ش Sy Es dan Ye

ص S Es dengan garis bawah

ض D De dengan garis bawah

ط T Te dengan garis bawah

ظ Z Zet dengan garis bawah

ع ‘ Koma terbalik di atas hadap kanan

غ Gh Ge dan Ha

ف F Ef

ق Q Ki

ك K Ka

ل L El

م M Em

ن N En

ه H Ha

و W We

ء A Apostrof


(6)

ii

B.VOKAL

Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

-- A Fathah

-- I Kasrah

-- U Dammah

--ي Ai A dan i

--و Au A dan u

C.VOKAL PANJANG Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

--ا Â A dengan Topi di atas

--ي Î I dengan Topi di atas

--و Û U dengan Topi di atas

D.KATA SANDANG

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf

لا, dialihaksarakan menjadi huruf (l), baik diikuti huruf syamsiyyah

maupun qamariyah. Contoh: al-syamsu bukan asy-syamsu dan al-jannah E.SYADDAH/TASYDID

Syaddah/tasydîd dalam tulisan Arab dilambangkan dengan ّ, dalam

alih aksara dilambangkan dengan menggandakan huruf yang diberi tanda

syiddah. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku pada huruf-huruf syamsiyyah

yang didahului kata sandang. Misalnya kata موَّلاَtidak ditulis an-naum melainkan al-naum

F. TA MARBÛTAH

Ta marbûtah jika berdiri sendiri dan diikuti oleh kata sifat (na’at)

dialihaksarakan menjadi huruf (h). Namun, jika huruf tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf (t).

Contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

1 ةسردم Madrasah

2 ةيماسإا ةعماجلا Al-jâmi’ah al

-islâmiyyah


(7)

(8)

iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI WIP I

Tesis dengan judul Hidden Curriculum dan Pembentukan Karakter (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta). yang ditulis oleh Saudara Adlan Fauzi Lubis dengan NIM 2113011000005, telah diujikan dalam WIP I Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu, 13 Mei 2015. Tesis ini telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran penguji sebagai salah satu syarat mengikuti WIP II.

Jakarta, Juni 2015

Tanggal Tanda Tangan Penguji I

Nama : Muhammad Zuhdi, M.Ed., Ph.D.

NIP : 19720704 199703 1 002 ………

Penguji II

Nama : Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd.

NIP : 19661009 199303 1 004 ………

Penguji III

Nama : Dr. Ahmad Sodiq, MA


(9)

(10)

(11)

vii

ABSTRAK

Adlan Fauzi Lubis NIM. 2113011000005; “Hidden Curriculum dan Pembentukan Karakter (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.”. Tesis Program Magister Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan akan permasalahan yang menyangkut peserta didik yang terjadi saat ini adalah masih adanya perilaku menyimpang dari peserta didik yang sering diistilahkan dengan kenakalan remaja yang terjadi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga pendidikan untuk mencegah kenakalan remaja salah satunya dengan pendidikan karakter. Melalui pendidikan karakter sebagai usaha mengubah paradigm peserta didik dalam menanggulangi kenakalan remaja. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk dapat menganalisis dan membuktikan lebih dalam peran

hidden curriculum dan pembentukan karakter peserta didik di Madrasah

Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.

Metodologi dalam penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Sumber data primer penelitian ini didapatkan dari hasil wawancara langsung dengan informan yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan peserta didik, serta hasil dari observasi, serta sumber skunder diperoleh dari berbagai studi dokumen, naskah, dan arsip yang berkaitan dengan pelaksanaan hidden curriculum dalam membentuk

karakter yang peneliti temukan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Berdasarkan hasil analisa peneliti bahwa aspek dalam hidden curriculum

tertuang melalui kegiatan peribadatan (shalat duha, tadarrus Al-qur’an, shalat

berjamaah, shalat jum’at), tabungan amal saleh, reading habbit,

ekstrakurikuler pada bidang seni, kegiatan ekstrakurikuler pada bidang

olahraga, fasilitas sekolah dan kegiatan rutin yang dapat membentuk karakter. Simpulan tesis ini Madrasah Aliyah Pembangunan mendesain program hidden curriculum untuk pembentukan karakter peserta didik.

Praktik hidden curriculum di Madrasah Aliyah Pembangunan berhasil

membentuk 7 karakter peserta didik yaitu kejujuran, tanggung jawab,

toleransi, disiplin diri, religius, mandiri dan peduli sesama.

Kata Kunci : Hidden Curriculum, Karakter


(12)

viii

ABSTRACT

Adlan Fauzi Lubis Students Number 2113011000005: “Hidden Curriculum

and Character Building (A Case Study in Islamic Senior High School of State Islamic University of Jakarta”. A Thesis of Islamic Education Master Degree of The Faculty of tarbiyah and Teacher’s Training of Syarif Hidayatullah

State Islamic University of Jakarta.

The background of the study was the the writer’s anxiety about the

existence of hidden curriculum which is in fact almost forgotten and neglected. Most academicians do not really understand the nature of hidden curriculum. Besides, another concern of this study was about problems related to the students. The problems that happen nowadays are shown from

the students’ behaviour shift which is generally called students’ deliquency.

This study was aimed at analyzing and proving thoroughly the role of hidden

curriculum and students’ character building in Islamic Senior High School of

State Islamic University of Jakarta.

Methodology of the study was qualitative approach with descriptive-analysis method. The primary data source was collected from the interview with the informants namely the principal, teachers, and students and the observation. The secondary data source was gathered from documents, manuscripts, and archive which are referred to the implementation of hidden

curriculum in building students’ character which the writer found from the

school. Based on the findings, it shows that the aspects of hidden curriculum were implemented through the acts of worship (dhuha prayers, reading holy

Qur’an, congregated prayers), extra-curricular activities in art and sport

community, school facilities and routine character building programs. Therefore, for the findings above it can be summarized that Islamic Senior High School of State Islamic University of Jakarta designed the hidden

curriculum program to building students’ character. The implementation

concerns on seven (7) characters namely honesty, responsibility, tolerance, discipline, religiousity, independence, and care of others.


(13)

ix

ث بلا ص

ليجستلا قر .سبول ي وف ا ع

5110111111112

" :

Hidden

Curriculum

اب يف يلاعلا سر لا يف ي ي حت سار ( اخأا يوكتو

ڠ

ا و

."ات كاج

يب تلا ي ك اسإا ي لا ي عت سق يتسجا لا ج ا ب لاسر

.ات كاج ي وكحلا ي اسإا يا ه في ش ع اج

ن

لا ث لا ت خ

ث لا ل

ل

ع م تهاا م ع

hidden

curriculum

حاط ل دأتو عت مو

ثك .

hiddencurriculum

.

س لا كل كو

او . عت ل عتت تلا ئ س لا

جاو لا ئ س ل

ه مو لا

ف ث لا م أو .ب لا

و ل ي لا عت لا ل عفا ف فا اا دوجو

ف ل علا سر لا

ڠ

ن و

ث لا ف هو . ت ك ج و لا اسإا ع ج

ر ظاو

ت ل

رود

ت

hidden curriculum

ف عت لا قاخأ و تو

ل علا سر لا

ف

ڠ

ن و

. ت ك ج

اسإا و لا ع لا

ت

و ج ّ

ك خ وه ث لا ه س ي لا ج ّ لاو

.

، سر لا س ئر ع

لا

لا وه ث لا ذ ل لوأا ر

لاو

اتلاو ، سر لاو

،ت ثو سارد وه

ثلا ر

لاو . ظ ا لاو ،

طت عتت تلا ف شرأاو ،صو ّلاو

hidden curriculum

و ت ف

تلا قاخأا

ف سر لا ف ث لا

ڠ

ث لا ت و . ت ك ج ن و

ث لا

تلا

نأ ت ه ت ّ لا

ت ع

hiddencurriculum

نأ

ا و ،نآ لا ءا و ،

لا ا ) دو علا ط أا ف ّ

و جو

،( ع لا ا و ، ع لا

و ، ل

ع تا خ لاو

reading habbit

،

و

ف ف ضإا ط أا

ّ لا

. ض لاو

فا و

و لا ت ط أاو ، سر لا

ت تلا

نأ

.قاخأا نو ت

و

لا

نأ

ل علا سر لا نأ ث

ف

ڠ

ج

ن و

hidden curriculum

طتو . عت لا قاخأ و تل

hidden Curriculum

ف ل علا سر لا ف

ڠ

قاخأ ع س و ت ع طتس ن و

ط

او ، ستلاو ، لو س لاو ،ق لا ه عت لا ّع

س ّلا ف

،

م لاو ، ّ ت لاو

ل

. خأا ع ع لا و ،س ّ

: يحات لا ا كلا

Hidden Curriculum

،

. اخأ


(14)

x

KATA PENGANTAR









Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala karunia, rahmat dan hidayah-Nya penulis bisa menyelesaikan penulisan tesis ini. Shalawat dan salam dihaturkan kepada pendidik pertama, Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menggariskan rambu-rambu Pendidikan Islam sehingga dapat mengangkat derajat dan martabat manusia sebagaimana mestinya.

Dalam kesempatan ini, penulisan menyadari bahwa selama penulisan tesis ini, sejujurnya penulis banyak sekali mengalami berbagai kesulitan dan kendala baik dalam penyelesaiannya, terutama dalam menganalisis dan memahami berbagai bahan bacaan dan observasi lapangan yang menjadi sumber penelitian ini. Namun berkat bantuan dan dorongan moril dari berbagai pihak, akhirnya kesulitan-kesulitan selama penulisan tesis ini dapat diatasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga terutama kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Fahriany, M.Pd. selaku Ketua, Dr. Jejen Musfah, M.A selaku Sekertaris Program Magister dan Azkia Muharom Albantani, M. Pd.I selaku Staf Program Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dr. Jejen Musfah, M.A., selaku pembimbing tesis ini. Terima kasih atas

perhatian dan kesabarannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

5. Alm. Dr. Anshori, LAL, MA selaku penguji proposal dalam tesis ini. Terima kasih atas bimbingan, perhatian dan kesabarannya pada saat menguji proposal tesis ini.

6. Muhammad Zuhdi, M.Ed., Ph.D., Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D dan Dr.

Hasyim Asy’ari, M.Pd.,Dr. Ahmad Sodiq, MA selaku penguji Work In

Progress I (Pra Tesis I) dan Work In Progress II (Pra Tesis II) serta penguji Promosi Terbuka. Terima kasih atas bimbingan, perhatian, dan kesabarannya pada saat menguji tesis ini.

7. Seluruh Dosen Program Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mencurahkan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan,


(15)

xi

juga kepada seluruh civitas akademika yang telah banyak membantu dalam pelayanan administrasi.

8. Kepala Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta (Drs. H. Samingan), Wakil Kepala (Ridwan, S.Ag), Guru PAI (Yayat Hidayatul, S.Pd.I dan M.Idham Khalid, S.Pd.I), Guru BK (Mardiana, S.Pd dan DRA.Hj. Sumarji) serta guru lainnya dan peserta Didik yang telah memberikan bantuan dan meluangkan waktu bagi penulis untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian tesis ini.

9. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Program Magister Pendidikan Agama Islam (Rubei, M. Sam’uddin, Ichfina ijazani, devi Zakiyah, M. Mualif, M. Kharis, Pipit Riyani, Tabi’in, Ahmad Muzamil, Riendi Putra,

Munawaroh, Ahmad fikri, Ika Wibowo, Nana Meyli, Ahmad Cecep, Ahmad Khumaidi, Ahmad Hanafi, Dinil Abrar, Ahmad Zakkyudin, Uspan Suyuti, dan M. Aufa, ) serta teman-teman Program Magister Pendidikan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas segala dukungan dan motivasinya demi kelancaran penulisan tesis ini.

10. Teristimewa keluarga tercinta ibunda Nuraliyah, N. A.Md, dan Najemah, ayah Samsul Magrib Lubis dan Abduh, abang Selamat Lokot Lubis, M.Ridwan, M.Taufik. Ahyar, Kak Imah, Kak Isap, Kak Intan, adik Rizna serta belahan hati Hamidah Fajriani, S.Pd.I yang telah memberikan dorongan dan motivasi serta bantuan baik moril maupun spritual sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

11. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, tetapi mempunyai peranan dalam penyelesaian tesis ini.

Mudah-mudahan Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala jasa, kebaikan, bantuan dan motivasinya. Penulis menyadari akan kekurangan dalam tesis ini, oleh karenanya kritik dan saran yang membangun penulis harapkan demi sempurnanya tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, Mei 2015 Penulis


(16)

xii

DAFTAR ISI

PEDOMAN TRANSLITERASI i

SURAT PERNYATAAN iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI WIP I iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI WIP II v

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL xvi

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Permasalahan 14

1. Identifikasi Masalah 14

2. Pembatasan Masalah 14

3. Perumusan Masalah 15

C. Tujuan Penelitian 15

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian 15 E. Penelitian Terdahulu yang Relevan 15

F. Subyek Penelitian 19

G. Metodologi Penelitian 18

1. Metode Penelitian 18

2. Sumber Data 20

3. Teknik Pengumpulan Data 19

4. Teknik Analisis Data 21

BAB II Hidden Curriculum dalam Pembentukan Karakter

A. Konsep Hidden Curriculum dalam Pendidikan 22

B. Bentuk-bentuk Hidden Curriculum di Madrasah/Sekolah 36


(17)

xiii

D. Implementasi Hidden Curriculum dalam Pendidikan 50 BAB III Tinjauan Karakter dalam Pendidikan

A. Hakikat Karakter dalam Pendidikan 53 B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter 59 C. Pengembangan Nilai-Nilai Karakter PAI 64 D. Urgensi Pembentukan Karakter 69 E. Nilai-Nilai dalam Karakter 71 F. Fungsi Hidden Curriculum dalam Pembelajaran

Karakter 76

G. Kerangka Konseptual 79

BAB IV Pembentukan Karakter Siswa Melalui Hidden

Curriculum di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. A.Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 84 B. Telaah Kurikulum di Madarasah Aliyah Pembangunan

UIN Jakarta 88

C.Bentuk-Bentuk Kegiatan Berbasis Hidden Curriculum

di Madrasah Aliyah Pembangunan 93 D.Kegiatan Ekstrakulikuler dalam Aspek Hidden Curriculum 101

E. Kegiatan Rutin Berbasis Hidden Curriculum di

Madrasah Aliyah Pembangunan 107

F. Fasilitas Sekolah 112

G. Nilai-Nilai Karakter yang Terbentuk Melalui

Hidden Curriculum 114

1. Kejujuran 115

2. Tanggung jawab 117

3. Toleransi 119

4. Disiplin 120


(18)

xiv

6. Mandiri 124

7. Peduli Sesama 126

H. Evaluasi dan Tindak lanjut Sikap Peserta Didik 129

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan 136

B. Saran 138

Daftar Pustaka 139

Lampiran Biodata Diri


(19)

xv

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Informan Penelitian 20

Tabel 3.1 Deskripsi Bentuk Hidden Curriculum

di Madrasah/Sekolah 81

Tabel 4.1 Struktur Kurikulum 2013 Permintaan

Ilmu-Ilmu Alam Kelas X 88 Tabel 4.2 Struktur Kurikulum 2013 Permintaan

Ilmu-Ilmu Sosial Kelas X 89 Tabel 4.3 Struktur Kurikulum 2013 IPA

dan IPS Kelas XI, XII 90

Tabel 4.4 Bentuk-bentuk Perbuatan Nilai

Karakter Peserta Didik 125 Tabel 4.4 Pembentukan Karakter dalam

Hidden Currulum 125


(20)

xvi

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Hidden Curriculum Membentuk karakter 49

Gambar 3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter 63 Gambar 3.2 Beberapa Cara Pengembangan Hidden Curriculum

dan Pembentukan Karakter 79 Gambar 4.1 Kegiatan Persiapan Pentas Seni 103 Gambar 4.2 Kegiatan Penyambutan Peserta Didik Pada Jam

Masuk Sekolah 106

Gambar 4.3. Poster Penanaman Karakter Peserta didik 109 Gambar 4.4 Buku Penghubung antara madrasah dengan wali murid

sebagai evaluasi sikap peserta didik. 129 Gambar 4.5 Kerangka Hasil Penelitian di Madrasah Aliyah


(21)

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk terjadinya pergeseran fungsi sekolah sebagai suatu institusi pendidikan. (Sanjaya, 2008:5) Pergereseran tersebut mengalami fungsi guru sebagai tenaga pendidikan yang mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan kasih sayang, serta mengajarkan perilaku yang baik dan sopan tetapi dewasa ini mengalami perubahan akibat perkembangan zaman era global dengan tumbuhnya berbagai macam kebutuhan dan tuntutan kehidupan sekolah mengalamai fungsi yang tidak lagi diharapkan dari dunia pendidikan.

Terjadinya kekerasan, pelecehan seksual dan pengan yayaan mencoreng nama sekolah dari dunia pendidikan. Ditambah lagi kenakalan remaja yang terjadi belakangan ini membuat beban sekolah semakin berat dan kompleks, sekolah tidak saja dituntut untuk dapat membekali berbagai macam ilmu pengetahuan yang sangat cepat berkembang, akan tetapi juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan dan keahlian, membentuk moral dan kepribadian, karakter bahkan peserta didik dituntut agar dapat memiliki berbagai macam keahlian yang dibutuhkan untuk memenuhi dunia pekerjaan.

Rustam (2009:1) menjelaskan bahwa “salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan nasional adalah aspek kurikulum”. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran strategis dalam sistem pendidikan. Kurikulum merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu. Adanya program pembaruan dalam bidang pendidikan nasional merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan masyarakat dan bangsa Indonesia yang mampu mengembangkan kehidupan demokratis yang mantap dalam memasuki era globalisasi dan informasi sekarang ini.

Namun yang harus dipertegas adalah bahwa keberhasilan pendidikan nasional bukan hanya berasal dari aspek kurikulum. Guru sebagai tenaga pendidikan juga sangat menentukan tentang berhasilnya pendidikan nasional. Sebagus apapun konsep kurikulum yang dibuat oleh pemerintah kalau SDA yakni guru belum siap dengan kurikulum yang bagus maka apa yang dicitakan oleh pemerintah akan sulit tercapai. Maka dari itu, seharusnya gurulah yang harus dipersiapkan dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Hal ini berbeda pula dengan pendapat, Rowo Mangun panggilan akrab dari Romo Y.B. Mangunwijaya salah satu seorang tokoh pendidikan di Indonesia yang diteliti oleh Pradipto (2007:23) dalam disertasinya menilai bahwa kurikulum nasional yang dibuat oleh pemerintah hanya akan membuat


(22)

anak menjadi robot. Anak-anak hanya bisa menghafal tetapi tidak bisa menerapkan ilmu yang diajarkan, pelajaran yang diberikan dianggap tidak sesuai dengan lingkungan tempat tinggal.

Mengenai masalah ini Nasution (1995:9) memiliki pandangan yang berbeda dari kedua pendapat di atas dan lebih netral dalam menyikapi persoalan tersebut. Menurut Nasution mengenai masalah kurikulum senantiasa terdapat pendirian yang berbeda-beda, bahkan sering bertentangan. Ketidakpuasan dengan kurikulum yang berlaku adalah sesuatu yang biasa dan memberi dorongan mencari kurikulum baru. Akan tetapi mengajukan kurikulum yang ekstrim sering dilakukan dengan mendiskreditkan kurikulum yang lama, padahal kurikulum itupun mengandung kebaikan, sedangkan kurikulum pasti tidak akan sempurna dan akan tampil kekurangannya setelah berjalan dalam beberapa waktu.

Berbicara tentang kurikulum ada beberapa istilah yang dapat diketahui mulai dari kurikulum tertulis, kurikulum ideal, kurikulum nul, dan kurikukulum tersembunyi. Yang akan dibahas dalam tesis ini adalah kurikulum tersembunyi yang sering disebut juga dengan istilah hidden curriculum. Hidden curriculum yang memiliki fungsi sebagai pelengkap dan

penunjang dari kurikulum formal. Keberadaan hidden curriculum dirasakan

memiliki pengaruh terhadap nilai dan sikap peserta didik yang dirasakan memberikan sumbansi terhadap tujuan kurikulum formal yang dilakukan oleh setiap lembaga pendidikan.

J. Czajkowski and Melon King (1975:280) menjelaskan hidden curriculum melibatkan fakta bahwa lingkungan pendidikan termasuk

bagaimana cara anak-anak diperlakukan sebagai peserta didik untuk berkomunikasi dengan harapan dan pandangan manusia, dan membentuk bagian intrinsik dari pembelajaran anak-anak. Keberadaan hidden curriculum

yang ada tampaknya berbahaya bagi anak-anak dalam beberapa hal penting yang bersifat negatif dalam beberapa kasus. Karena keterbukaan pendidikan dalam memberikan keluasan bagi peserta didik dalam mengejar kepentingannya sendiri. Penulis memandang hidden currulum memiliki

dampak negatif apabila peserta didik tidak di awasi secara intensif. Peserta didik bebas berbuat apa yang diinginkan tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan.

Berbeda dengan artikel Lakomski dalam David Gordon (1988:469), Lakomsi meyakinkan dalam menunjukkan bagaimana penelitian hidden curriculum belum tumbuh menjadi "pohon pengetahuan." Namun, kegagalan

ini seharusnya tidak membuat kita untuk meninggalkannya. Jika peneliti sendiri benar dalam perasaan intuitif kita bahwa kurikulum tersembunyi adalah bagian penting dan berpengaruh kehidupan sekolah, meskipun ketidakjelasan konsep, maka kita harus perbaiki dan berharap bahwa kita setidaknya menumbuhkan beberapa pengetahuan.

Mengutip pendapat Sukmadinata (2011:194) bahwa “betapapun bagusnya suatu kurikulum, hasilnya sangat bergantung pada apa yang


(23)

dilakukan oleh guru di dalam kelas”. Dengan demikian, guru memegang peranan penting dalam penyususnan kurikulum. Hal ini menjadi faktor juga dalam pembentukan karakter melalui hidden curriculum. Hal senada juga

disampaikan oleh Arifin (2011:7) yang mengatakan bahwa “pengaruh yang diberikan oleh pribadi guru, peserta didik, suasana pembelajaran, dan lingkungan sekolah berpengaruh terhadap karakter positif siswa yang terjadi melalui hidden curriculum”.

Dengan adanya hidden curriculum diharapkan bagi sebuah lembaga

pendidikan untuk dapat membentuk kepribadian. Bentuk-bentuk dari hidden curriculum yang menjadi pengaruh kepada peserta didik dapat diberikan

melalui ekspektasi dari seorang guru terhadap peserta didiknya. Apa yang diharapkan guru tentunya menjadi tolak ukur dari keberhasilan proses mengajar yang diberikannya.

Rosyada (2004:32) menjelaskan bahwa kurikulum yang mengantarkan siswa sesuai dengan harapan idealnya, tidak cukup hanya kurikulum yang dipelajari saja, tetapi ada hidden curriculum yang secara

teoritik sangat rasional mempengaruhi siswa, baik menyangkut lingkungan sekolah, suasana kelas, pola interaksi guru dengan siswa dalam kelas, bahkan pada kebijakan serta manajemen pengelolaan sekolah dalam hubungan interaksi vertikal dan horizontal. Kebiasaan sekolah menerapkan disiplin terhadap siswanya, ketepatan guru dalam memulai pelajaran, kemampuan dan cara guru menguasai kelas, kebiasaan guru dalam berpakaian yang rapi, lingkungan sekolah yang rapi, tertib, nyaman dan kepribadian siswa yang mulia. Itu semua merupakan pengalaman yang dapat mempengaruhi karakter siswa dan inilah yang menjadi inti dari hidden curriculum.

Melalui pendapat ini, banyak hal yang dapat dilakukan sekolah dalam

hidden curriculum di antaranya, kebiasaan sekolah menerapkan disipilin

terhadap siswanya, ketepatan guru dalam memulai pelajaran, cara penyampaian dan perilaku guru, lingkungan sekolah yang rapi, tertib, bersih, dan asri adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi cara berpikir dan perilaku siswa. Semua hal itu apabila dilakukan berulang-ulang secara konsisten terhadap peserta didik dan menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan sehari-hari akan menghasilkan sebuah karakter dari peserta didik.

Karakter bangsa merupakan salah satu amanat pendidikan Negara dan telah mulai sejak awal kemerdekaan. Dalam sebuah pidatonya Soekarno, pendiri Negara pernah berpesan bahwa tugas bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan adalah mengutamakan pelaksanaan nation and character building. Bahkan beliau telah wanti-wanti, “Jika pembangunan

karakter bangsa tidak berhasil, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa

kuli” (Sulhan, 2011:1-2)

Banyak dari lulusan sekolah yang memiliki nilai tinggi (itupun terkadang sebagian nilai diperoleh dengan cara tidak murni), berotak cerdas, brilian, serta mampu menyelesaikan berbagai soal mata pelajaran dengan sangat tepat. Sayangnya, tidak sedikit pula di antara mereka yang cerdas itu


(24)

justru tidak berperilaku cerdas dan sikap yang brilian, serta kurang mempunyai mental kepribadian yang baik, sebagaimana nilai akademik yang telah mereka raih di bangku-bangku sekolah atau kuliah. Hal ini terbukti banyaknya sekarang pemimpin bangsa dan para pejabat pemerintahan yang tersandung kasus korupsi dan kejahatan lainnya (Aunillah, 2011:9-10)

Untuk menyikapi kasus yang terjadi di atas penulis sependapat dengan analisis Lickona dalam buku Majid dan Andayani (2011:2) yang mengatakan bahwa “bangkitnya logika positivisme yang menyatakan tidak ada kebenaran moral dan tidak ada sasaran benar salah, telah menenggelamkan pendidikan moral dari permukaan dunia pendidikan”. Tidak adanya ukuran benar dan salah akan membuat pendidikan kita akan kacau khususnya Negara Indonesia. Semua orang akan mengklaim dirinya yang paling benar. Bukan hanya di bidang pendidikan saja kacau, bahkan dalam bidang yang lain. Lebih lanjut Zubaedi (2013:13) mengatakan bahwa

“karakter merupakan hal yang sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, hilangnya karakter menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter berperan sebaga “kemudi” dan kekuatan

sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing. Karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang mertabat”.

Selain peran hidden curriculum dalam membentuk kepribadian siswa.

Sosok seorang guru menjadi tauladan yang hasanah bagi siswanya. Terlebih lagi guru agama yang mengajar di sekolah umum maupun sekolah agama. Amin (2011:55) menjelaskan bahwa “peran guru agama mempunyai tugas yang amat besar dalam rangka mendidik, membina kepribadian seorang siswa”. Pribadi siswa yang dibawa dari rumah ke sekolah ada yang baik dan ada pula yang tidak baik, karena lingkungan keluarga yang tidak mendukung pendidikan agama. Begitu pentingnya peran guru agama di sekolah sekolah seolah-olah semuanya menjadi tanggung jawab guru agama. Tanpa kita sadari bahwa masih ada guru bidang studi lain yang mengajarkan peserta didik. Ada asumsi bahwa ketika siswa memiliki perilaku yang buruk maka guru agama yang menjadi tanggung jawab atau ini semua salah guru agama. Lantas bagaimana dengan guru lain yang mengajar.

Dalam ajaran Islam banyak perintah yang mengajarkan umatnya dalam berakhlak yang mana ajaran tersebut termaktub dalam kitab Al-Qur’an. Nabi Muhammad sendiri diutus oleh Allah SWT untuk memperbaiki akhlak manusia. Di dunia ini banyak sekali manusia jahat, seperti halnya kaum Quraisy pada zaman Nabi Muhammad. Fenomena saat ini yang terjadi adalah kerusakan akhlak, moral bangsa yang menjadi karakter Negeri ini. Pergaulan bebas, tawuran antar pelajaran, kematian yang diakibatkan narkoba menjadi permasalahan umat di zaman sekarang ini. Oleh Karena itu, Ajaran Islam telah banyak mengisyaratkan dan memberikan petunjuk dan ketentuan yang berhubungan dengan soal pendidikan karakter atau akhlak manusia sebagaimana Allah telah menegaskan dalam firmannya QS. Yunus Ayat : 57


(25)

               

Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”( QS. Yunus Ayat : 57)

Ayat di atas menyerukan kepada manusia untuk mengambil intisari dari pelajaran-pelajaran yang ada untuk terhindar dari penyakit-penyakit hati. Karena penyakit hati juga bisa menjadi sebuah karakter seseorang. Penyakit yang dimaksud bisa seperti takabur, berbangga diri, bakhil, sombong/riya dan hasud. Untuk itu ayat di atas mencoba untuk memberikan alternatif obat untuk menyembuhkannya yakni salah satunya dengan petunjuk Al-qur’an

dan Hadits. Dalam konteks pendidikan penyakit tersebut bisa disembuhkan melalui proses pembelajaran baik pendidikan agama atau umum yang ada di sekolah/madrasah melalui serangkaian kurikulum. Dapat dikatakan bahwa semua inti ajaran Islam adalah menuntun manusia kepada ajaran akidah, ibadah, syariat, dan akhlak pada dasarnya adalah mengacu kepada pendidikan akhlak (pembentukan karakter).

Menurut Nata (2014:364-365) pendidikan agama Islam (PAI) sangat berpotensi untuk membentuk karakter peserta didik. Pertama, jika PAI

tersebut dijadikan sebagai dasar bagi seluruh penyelanggaraan pendidikan, pendidikan agama Islam (PAI) bukan hanya dilihat sebagai materi ajaran yang diajarkan oleh guru agama, melainkan juga dipahami, dihayati dan diamalkan oleh guru dan peserta didik, serta oleh pada guru bidang studi lainnya. Pendidikan Agama Islam juga dipraktekkan oleh seluruh civitas sekolah dan dijadikan landasan bagi penyelenggaraan pendidikan itu sendiri.

Kedua, jika pendidikan agama Islam tersebut dijadikan sebagai budaya

sekolah. Yaitu dipraktekkan dan diintegrasikan ke dalam berbagai kegiatan baik yang bersifat intra maupun ekstrakurikuler dengan dukungan dari semua pihak. Ketiga, Pendidikan Agama Islam dapat membentuk ahklak apabila

didukung oleh proses pembelajaran dan evaluasi yang bersifat humanistik, holistik, dan emansipatoris.

Dengan demikian pendidikan agama Islam dapat menjadi salah satu potensi membentuk karakter bagi peserta didik. Sebagai pedoman dan petunjuk hidup, pendidikan agam Islam merupakan salah satu sarana penanaman karakter yang benar. Di dalamnya terdapat contoh-contoh karakter Islami yang sangat membantu tiap pribadi dalam menghadapi budaya negatif. Karakter yang baik akan memudahkan pengembangan tiap individu dalam bermasyarakat.


(26)

Persoalan karakter merupakan persoalan yang tidak bisa dihilangkan begitu sata atau dilupakan begitu saja. Karena persoalan karakter menyangkut kehidupan peserta didik sebagai penerus bangsa yang diharapkan dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia di kanca internasional. Pemerintah sebagai lembaga yang ikut andil bertanggung jawab dalam mengatasi persoalan kenakalan remaja. Terlebih lagi peserta didik di era globalisasi sudah mengalami pergeseran moral yang di tandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

Untuk itu pemerintah sebagai lembaga yang ikut andil dalam mengsukseskan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi Pendidikan adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukannya dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”

Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Marusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang Sisdiknas No.20

Tahun 2003 Pasal 3).

Peraturan Perundang-Undangan di atas mengisyaratkan bahwa tujuan pendidikan nasional ingin menjadikan peserta didik menjadi manusia yang memiliki karakter kepribadian, akhlak, dan moral yang baik dalam proses pendidikan, namun dalam pembentukan karakter yang diinginkan setiap lembaga pendidikan memiliki cara yang berbeda. Lembaga pendidikan dapat menentukan proporsi kurikulum yang diinginkan baik kurikulum formal maupun kurikulum yang tersembunyi atau hidden curriculum.

Landasan tentang kurikulum tersembunyi atau hidden curriculum

dapat dilihat pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Bab X Pasal 38 Ayat 2 yang berbunyi “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.

Walaupun sebenarnya hidden curriculum bukan merupakan

kurikulum yang direncanakan dan bukan bagian dari kurikulum tertulis setidaknya Madrasah Aliyah Pembangunan dapat menentukan bagaimana implementasi hidden curriculum yang akan diberikan ke peserta didik. Pada

dasarnya hidden curriculum juga terintegrasi ke dalam kurikulum tertulis,


(27)

Hasil penelitian Nisa (2009:84) yang berjudul “Hidden Curriculum”:Upaya Peningkatan Kecerdasan Spritual Siswa. Menunjukkan

bahwa hidden curriculum mampu memberikan pengaruh dalam perubahan

nilai, persepsi, dan perilaku siswa. Sebuah lembaga pendidikan tentunya memiliki tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut sekolah akan membuat kurikulum yang tidak ada di sekolah pada umumnya yakni

hidden curriculum.

Pendidikan tidak hanya mendidik peserta didik menjadi manusia yang cerdas, tetapi juga mendidik karakternya agar berakhlak mulia. Dewasa ini pendidikan di Indonesia khususnya masih dinilai oleh banyak kalangan tidak bermasalah dengan peran pendidikan, terutama dalam ruang lingkup kurikulum yang misinya adalah mencerdaskan anak Indonesia. Melihat realita yang ada di lapangan bahwa karakter peserta didik tidak mencerminkan perilaku yang baik. Pembentukan karakter melalui hidden curriculum dipandang sebagai kebutuhan yang penting sebagai pelengkap

dari kurikulum formal.

Kurikulum bukanlah sebuah dari inti pendidikan jika tidak ada guru yang yang berkualitas dan berkompeten. Kesuksesan pendidikan haruslah menjadi sebuah sistem yang saling berhubungan. Kurikulum dan guru harus saling bersinergi dalam mencapai tujuan pendidikan. Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa selain kurikulum tertulis ada hidden curriculum

yang dapat berpengaruh dalam mencapai tujuan pendidikan. salah satunya Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta salah satu lembaga pendidikan yang bernuansa Islami. Tentunya memiliki sejumlah program dan tujuan untuk dalam pendidikannya. Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta memiliki peran yang besar dalam membentuk karakter pribadi seseorang agar menjadi pribadi yang cerdas, bukan hanya cerdas secara kognitif, namun secara afektif maupun psikomotorik.

Untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, Madrasah Aliyah Pembangunan membuat sejumlah program kegiatan yang mendorong peserta didik terampil dalam berbagai bidang. Program kegiatan yang merupakan bagian dari kurikulum tambahan yang dipakai Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta yang berbeda dengan kurikulum formal yang digunakan sekolah-sekolah lain di Jakarta. Dengan kata lain, program-program kegiatan menjadi kurikulum tambahan dalam mengembangkan keterampilan peserta didik serta membentuk karakter peserta didik.

Berbagai program kegiatan atau kurikulum muatan lokal yang dijalankan di Madrasah Aliyah Pembangunan sangat membantu kurikulum formal dalam mencapai tujuan pendidikan. Begitu juga dengan hidden curriuculum, memiliki peran dalam mensukseskan tujuan pendidikan. Dalam

beberapa hal Hidden curriculum memiliki aspek struktural dan kultural.

Kurikulum muatan lokal Inilah yang kemudian menjadi bagian dari aspek

hidden curriculum. Setidaknya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional


(28)

mencegah bahayanya kenakalan remaja melalui hidden curriculum. Apalagi

saat ini banyak terjadi persoalan sosial yang menyangkut peserta didik dalam beberapa kasus kenakalan remaja.

Selain itu dapat terlihat dari data Komnas PA mencatat, sepanjang 2013 ada 255 kasus tawuran antar-pelajar di Indonesia. Angka ini meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya, yang hanya 147 kasus. Dari jumlah tersebut, 20 pelajar meninggal dunia saat terlibat atau usai aksi tawuran, sisanya mengalami luka berat dan ringan. Sedangkan di Jakarta, pada 2013 angka tawuran pelajar mencapai 112 kasus. Jumlah ini meningkat dibanding 2012, yang hanya 98 kasus dengan 12 orang meninggal dunia (Musfah, 2015:2)

Selain data di atas banyak lagi permasalahan berkaitan dengan karakter bangsa yang muncul di sekitar kita. Berdasarkan survey Komnas Perlindungan Anak, PKBI, BKKBN tentang perilaku remaja yang telah melakukan hubungan seks pranikah di perkotaan, diperoleh data sebagai berikut : 62,7% siswi SMP pernah melakukan seks pranikah, 21,2% remaja pernah aborsi, 93,7% remaja SMP dan SMA pernah melakukan ciuman dan oral seks, 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno (Media Indonesia, 18 Januari 2010).

Lickona (2013:4) menjelaskan bahwa permasalahan di Amerika yang mengkhawatirkan adalah permasalah yang menyangkut kenalakan remaja. Sejak tahun 1978-1988, berdasarkan data statistik FBI, tindak pemerkosaan yang melibatkan remaja lelaki berusia 13-15 tahun meningkat jumlahnya menjadi dua kali lipat. Lebih dari 20 tahun (1968-1988) jumlah tindakan kekerasan kriminal meningkat sebanyak 53% dan tindakan-tindakan tersebut berupa pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, dan perusakan. Lebih tepatnya tindakan tersebut dilakukan oleh para remaja lelaki dan perempuan yang berusia di bawah tujuh belas tahun.

Betapa mirisnya melihat data kenakalan remaja yang sangat tinggi persentasenya. Untuk mengatasi masalah tersebut, peran orang tua terutama ibu sangat diperlukan. Jika orang tua mendidik dengan benar, maka anak akan tumbuh dengan baik. Namun jika anak dididik dengan sekedarnya atau bahkan dengan cara yang salah, maka masa depan anak tidak bisa dijamin kesuksesannya. Kesuksesan anak itu ditentukan pendidikan kepribadian atau karakternya orang tua. Sebagai evaluasi, kita bisa melihat bagaimana kondisi kebanyakan remaja. Karena merekalah yang akan meneruskan estafet perjuangan bangsa. Apalagi banyak remaja yang perbuatannya kurang baik, Pembenahan bangsa ini harus dimulai dari rumah, yaitu pendidikan orang tua ke anaknya.

Penulis ingin mengatakan bahwa pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Tetapi bagaimana para pakar pendidikan memadukan berbagai guru mata pelajaran baik guru di bidang umum maupun guru di bidang agama dalam menanamkan nilai-nilai karakter. Penulis mengutip pendapat Gunawan (2012:27) yang mengatakan


(29)

bahwa “pendidik harus mampu menanamkan kebiasaan (habituation) tentang

hal mana yang baik sehingga peserta didik paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa

melakukannya (psikomotor)”.

Pendidik dalam mengajarkan pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan

tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan

perilaku yang baik (moral action). Guru juga harus mampu menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikan dan dilakukan oleh

pendidik.

Menurut Koentjraningrat dan Mochtar Lubis dalam buku Listyarti (2012:4) mengatakan bahwa “karakter bangsa Indonesia dewasa ini adalah meremehkan mutu, suka merebas, tidak percaya diri sendiri, tidak berdisiplin, mengabaikan tanggung jawab, hipokrit, lemah kreativitas, etos kerja buruk, suka feodalisme, dan tak punya malu”.

Karakter tersebut telah melekat sejak bangsa Indonesia masih dijajah bangsa asing sampai Negara Indonesia merdeka hingga saat ini. Masalah karakter mencerminkan betapa naifnya bangsa ini dengan semua kelemahan moral. Banyak terjadi kekacauan moral yang bisa di lihat melalui realitas yang terjadi. Misalkan adanya penumpang wanita yang lebih tua dan lemah berdiri dalam busway, sedangkan yang lebih muda dan kuat sedang duduk tetapi kita tidak mau memberikan kursi kita kepada wanita tersebut. Betapa malunya diri ini terhadap orang lain. Kondisi inilah yang membuat para pendidik bahkan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menggencar-gencarkan betapa pentingnya pendidikan karakter.

Kenakalan remaja bukanlah hal yang harus ditutup-tutupi. Melainkan harus dibenahi melalui pendidikan. Durkheim (1961:2) menilai bahwa

“pendidikan adalah kumpulan teori-teori. Teori ilmiah hanya mempunyai satu tujuan, yakni pengungkapan realitas, sedangkan teori pendidikan mempunyai tujuan yang jelas yakni, menuntun perilaku”. Dengan demikian pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang mengarahkan pembentukan yang menuntun perilaku. Dengan pendidikan seseorang dapat memiliki wawasan yang begitu luas yang mampu mengarahkan perilaku seseorang.

Jika pendidikan dipahami dalam arti luas, sebagai proses penyadaran, pencerdasan, dan pembangunan mental atau karakter, tentu ia bukan hanya identik dengan sekolah. Akan tetapi, ia berkaitan dengan proses kebudayaan secara umum yang sedang berjalan, yang punya kemampuan untuk mengarahkan kesadaran, memasok informasi, membentuk cara pandang, dan membangun karakter generasi muda khususnya. Mu’in (2011:323-324) mengartikan karakter yang menyangkut cara pandang dan kebiasaan siswa, remaja, dan kaum muda secara umum hanya sedikit sekali yang dibentuk dalam ruang kelas atau sekolah, tetapi lebih banyak dibentuk oleh proses sosial yang juga tak dapat dilepaskan dari proses bentukan ideologi dari


(30)

tatanan material-ekonomi yang sedang berjalan. Penulis memiliki argumen lain tentang pembentukan karakter siswa. Pembentukan karakter lebih dominan mensinerjikan antara pendidikan sekolah, keluarga, dan masyarakat harus saling melengkapi. Pendidikan karakter tidak akan terbentuk jika satu sama lain tidak bekerja sama dalam membentuk karakter siswa yang diinginkan. Hasil penelitian Rusmin Tumanggor (2009:12) mengatakan bahwa

“karakter PAI model unggulan memperoritaskan agama dalam segala aspek penyelenggaraan pendidikan agama di semua jenjang pendidikan. Karakter tersebut harus sinkron dengan visi, misi, tujuan, strategi, dan program sekolah”. Dalam menanamkan karakter, pendidik seharusnya menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, kordinasi lintas pendidik dan guru mata pelajaran lain. Kemudian pembiasaan pesan-pesan agama dalam kehidupan keseharian baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah”.

Berbeda hasil penelitian Afiyah dalam buku Zubaedi (2013:55) dijelaskan bahwa materi yang diajarkan dalam pendidikan agama termasuk di dalamnya bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif), dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim. Pembelajaran pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu pengetahuan agama dam lebih banyak bersifat hafalan tekstual, sehingga kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam bermasyarakat dan berbangsa. Dengan kata lain, penulis lebih setuju dengan pendapat Rusmin. Pendidikan agama seharusnya mampu mengintegrasikan semua aspek pada peserta didik.

Jika melihat Realita pendidikan agama yang disampaikan oleh pendidik saat ini yang disampaikan di kelas masih bersifat konvensional cenderung bersifat dogmatis, verbalistik, normativ dan defensif. Yakni mengajarkan agama sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur’an serta

pendapat para ulama klasik, tanpa disertai usaha inovasi sesuai dengan perkembangan zaman. Sementara pendidikan yang dilaksanakan hanya hanya kognitif saja dan kurang memberikan variasi pada pembinaan aspek afektif dan psikomotorik

Untuk itu Russel (1993:84) mengatakan “pentingnya pendidikan agama yang sebagian orang dan kelompok harus didoktrinkan secara total untuk mengatur manusia dan membentuk karakternya. Pembentukan karakter melalui pendidikan agama banyak dikritik akan menumpulkan potensi akal kritis manusia karena anak-anaknya hanya diberikan emos-emosi tertentu yang kadang tidak sesuai dengan tindakan yang diperlukan”.

Sepertinya pendapat Russel sejalan dengan apa yang disampaikan juga oleh Lickona (2012:66) bahwa “banyak sekali orang yang hidup beragama, tetapi tidak memiliki peran yang berarti dalam kehidupan. Justru mempunyai perilaku yang melanggar perintah agama. Peserta didik tidak ingin diajarkan bahwa seseorang yang bermoral harus juga menjadi


(31)

seseorang yang beragama”. Pendapat ini secara akurat sekolah seharusnya memberikan gambaran tentang peranan agama dalam sejarah dan mengajak para peserta didik untuk mengaitkan apa yang telah di pelajari dengan perintah yang ada dalam agama mengenai pertanyaan moral yang muncul, tetapi harus menemukan sebuah dasar dari defenisi dan pengajaran moral yang menekankan pada aspek rasional tanpa melibatkan agama.

Agama dan moral merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dan menjadi bagian yang sangat penting dalam menjalani kehidupan. Orang yang beragama belum tentu memiliki moral yang baik dan bisa juga sebaliknya orang yang bermoral belum tentu memiliki agama yang baik. Maka dari itu kepribadian seseorang tidak bisa dijadikan sebagai pedoman agama dan moral. Rusaknya pribadi moral seseorang tidak lantas menyalahkan agamanya yang dianut. Agama Islam tentunya orang yang beragama akan lebih paham tentang pendidikan moral. Karena agama Islam mengajarkan bagaimana contoh dari tauladan Nabi Muhammad sebagai orang yang bermoral dan beragama.

Pendidikan karakter tentu saja bukan hanya merupakan tanggung jawab sekolah. Pendidikan karakter merupakan tanggung jawab bersama dari mereka semua yang menyentuh nilai dan kehidupan para anak muda, berawal dengan keluarga dan meluas hingga komunitas organisasi pemuda, bisnis, pemerintahan, dan bahkan media. Harapan akan masa depan adalah bahwa kita dapat berkumpul bersama dengan penyebab yang sama. Mengangkat pendidikan karakter anak-anak bangsa, karakter diri sendiri sebagai orang dewasa, dan pada akhirnya karakter kebudayaan Indonesia. Pada inti pendidikan karakter efektif terdapat kemitraan yang kuat antara orang tua dan sekolah. Keluarga adalah tempat dimana belajar kasih sayang.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian Caswita (Tesis)

The Hidden Curriculum : Studi Pembelajaran PAI di sekolah. Penulis

membahas fokus penelitian pada hidden curriculum. Perbedaan penelitian ini

adalah terletak pada aplikasi hidden curriculum yang ingin dibentuk. Penulis

lebih cendrung pembentukan karakter. Lebih lanjut perbedaan penelitian dengan Caswita yakni penelitiannya mengarah kepada keberhasilan hidden curriculum dalam pemebelajaran PAI sedangkan penulis mengarah ke

kontekstual bagaimana bentuk-bentuk hidden curriculum dapat membentuk

karakter siswa.

Berdasarkan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga pendidikan, para guru, dan pemerintah untuk mengatasi permasalahan kenakalan remaja, maka keterbatasan pendidikan dan pengajaran agama di sekolah/madrasah, serta sejumlah kurikulum muatan lokal saja belum maksimal sebagai solusi. Maka dari itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut, agar bisa mengungkapkan bagaimana

hidden currriculum di lembaga pendidikan di sekolah/madrasah dengan

segala keterbatasan dapat mengoptimalkan pelaksanaannya dan penerapan pembentukan karakter khususnya pelaksanaan karakter atau akhlak di


(32)

madrasah untuk mencapai tujuan pendidikan karakter atau akhlak yang diharapkan.

Dapat disadari keterbatasan dalam pengembangan kurikulum saat ini dirasakan belum maksimal berorientasi kepada kepentingan peserta didik atau peserta didik sebagai subjek (child oriented). Hal ini mengakibatkan

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta memerlukan hidden curriculum

sebagai pendukung dari kurikulum formal agar anak didik memiliki kepribadian yang berkarakter.

Maraknya kenakalan remaja yang terjadi selama ini tidak terlepas dari kontrol dunia pendidikan. Kenakalan remaja seperti, merokok, menonton video porno, berciuman merupakan hal yang sudah biasa dilakukan oleh peserta didik. Hal ini juga terjadi di Madrasah Aliyah Pembangunan. Beradasarkan wawancara penulis dengan salah seorang peserta didik mengungkapkan bahwa peserta didik pernah melakukan hal tersebut. Sepertinya kenakalan remaja menjadi sebuah persoalan yang sangat penting. Sebagai lembaga pendidikan tentunya Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta harus memiliki strategi untuk mengatasi permasalah tersebut.

Salah satu strategi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta adalah menciptakan sebuah hidden curriculum yang dapat menjadikan

peserta didik sebagai karakter bangsa yang dicita-citakan. Berdasarkan penelitian yang ada hidden curriculum mampu memberikan sebuah nilai

perilaku atau merubah karakter seseorang menjadi lebih baik. Namun hidden curriculum dapat juga memberikan dampak perikaku atau karakter menjadi

buruk. Biasanya hidden curriculum dapat dilakukan oleh seluruh warga

sekolah/madrasah. Terutama peran seorang guru sangatlah diharapkan pada perubahan perilaku atau karakter siswa.

Guru yang mengajar di Madrsah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Banyak guru yang masih belum memahami istilah hidden curriculum. Hidden curriculum

bukanlah suatu istilah yang baru dalam dunia pendidikan. Namun terlepas dari itu, guru haruslah mengetahui semua istilah yang berkaitan dengan pendidikan. Apalagi hidden curriculum merupakan sebuah konsep yang

sangat sangat bermanfaat bagi kelangsungan proses pendidikan terutama bagi peserta didik baik dalam lingkungan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Pendidikan yang berorientasi kepada hidden curriculum dalam

pembentukan karakter atau akhlak bukanlah sesuatu yang baru untuk diteliti. Namun berkaitan dengan rendahnya karakter atau akhlak dewasa ini yang sedang mewabah di negeri ini yang salah satunya adalah kurangnya perhatian pendidikan dalam keluarga untuk membina karakter yang baik. Terlebih lagi lingkungan masyarakat, pertemanan, dan pergaulan yang bebas tanpa ada control dari pihak yang berwenang. Hal ini tentunya menjadi tugas yang sangat berat bagi lembaga pendidikan untuk membina karakter atau akhlak perserta didik. Maka untuk itu penyelenggaraan pendidikan khususnya Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta harus lebih ektra


(33)

memaksimalkan penyelenggaraan akhlak dengan hidden curriculum di

sekolah seperti yang diiinginkan yaitu membentuk individu-individu yang berkepribadian dan berkarakter akhlak yang mulia. Maka untuk menemukan solusi dan meneliti lebih dalam terhadap permasalahan tersebut penulis menganggap bahwa penelitian ini layak untuk dilaksanakan.

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta ini menyelenggarakan pendidikan yang salah satu pilar keunggulannya adalah karakter akhlakul karimah. Sebagai implementasinya maka madrasah ini secara intensif memaksimalkan seluruh program dan hidden curriculuim dalam kegiatan

pendidikannya untuk mewujudkan keunggulan karakter akhlak mulia dan implikasinya ini sangat berhubungan dengan guru yang mengajar dalam semua bidang mata pelajaran serta lingkungan warga di madrasah dalam pembelajaran karakter akhlak mulia. Dengan segala program dan hidden curriculum untuk membentuk karakter akhlak mulia Madrasah Aliyah

Pembangunan, maka Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta apakah sudah mengetahui karakter yang sebenarnya ketika peserta didik berada di luar lingkungan madrasah. Tentu saja Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tidak akan mungkin mewujudkan visinya untuk menjadi sebuah lembaga pendidikan yang unggul dalam karakter akhlak mulia. Oleh karena itu dengan adanya penelitian ini maka akan terungkap strategi serta berbagai program yang tertuang dalam hidden curriculum dan kegiatan yang dilakukan oleh

madrasah , guru, kepala sekolah, stakeholder serta peserta didik untuk

mengoptimalkan dan mengimplementasikan karakter akhlak mulia di madrasah. Untuk itu penelitian ini sangat layak untuk dilaksanakan sehungga dapat nantinya menjadi rujukan bagi sekolah atau madrasah lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas akhlak peserta didiknya.

Penelitian pendahuluan yang telah penulis lakukan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Sebagai Madrasah yang unggul menunjukkan bahwa madrasah ini layak diteliti karena memiliki pilar motto madrasah yang unggul dalam bidang akhlak atau karakter. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana keberhasilan pembentukan karakter melalui hidden curriculum yang dilaksanan di Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Jakarta, yaitu salah satu Madrasah unggulan yang ada di Jakarta. Madrasah Aliyah Pembangunan merupakan Madrasah yang memiliki pilar keunggulan di berbagai bidang yakni Ahklak, Bahasa, dan Sains. Salah satu bidang yang dikembangkan adalah bidang karakter atau akhlak. Karena, Marasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta telah menetapkan pilar keunggulan sebagai landasan berpijak dalam proses pembelajaran yang menitikberatkan pada basic science, bahasa, dan akhlakul karimah. Dengan

penetapan tersebut membawa konsekuensi logis pada perubahan kurikulum 2003/2004. Hal ini menjadi motivasi dan spirit untuk lebih meningkatkan lagi prestasi dan reputasi melalui hidden curriculum dalam melahirkan lulusan


(34)

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dapat teridentifikasi beberapa masalah yang terjadi sebagai bahan kajian dalam penelitian ini :

1. Pengembangan kurikulum saat ini belum maksimal berorientasi kepada kepentingan peserta didik sebagai subjek (child oriented). Hal ini

mengakibatkan Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta memerlukan

hidden curriculum sebagai pendukung dari kurikulum formal agar anak

didik memiliki kepribadian yang berkarakter.

2. Kurangnya kesempatan dan keterlibatan guru secara langsung dalam pengembangan hidden curciculum.

3. Pemahaman guru tentang hidden curciculum masih minim. Kesempatan

bagi guru dalam memahami dan menafsirkan suatu hidden curciculum

masih kurang baik, guru hanya terfokus kepada kurikulum yang tertulis. 4. Bergesernya moral peserta didik yang terjadi di Madrasah Aliyah

Pembangunan yang terjadi dewasa ini. Semua ini ditandai dengan maraknya kenalan remaja yang terjadi, seperti merokok, nonton video porno, berciuman. Usia remaja tidak lagi dipandang sebagai usia bagi para remaja dimana mereka harus belajar dan menuntut ilmu. Remaja di sibukkan dengan perkembangan zaman globalisasi yang tak terbendung lagi. Belum lagi perkembangan teknologi berupa media sosial yang begitu cepat dapat merubah karakter.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah yang telah di kemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam kajian ini adalah tentang gambaran yang jelas dan mendalam tentang hidden curciculum dalam pembentukan karakter peserta didik. Dari sekian banyak

permasalahan yang ada, penelitian ini akan dibatasi dan terfokus pada permasalahan: “Hidden curriculum yang terbentuk dari struktural dan

kultural di madrasah”.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah permasalahan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan

dalam bentuk pertanyaan “Bagaimana peran hidden curciculum dalam

pembentukan karakter peserta didik di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta?”


(35)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan penelitian yang diharapkan adalah menganalisis dan membuktikan lebih dalam peran hidden curriculum dan pembentukan karakter peserta didik di

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hidden curriculum

dalam mengoptimalkan pelaksanaan pendidikan karakter atau akhlak di madrasah sehingga penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran karakter atau akhlak kepada peserta didik menjadi optimal.

Manfaat secara umum penelitian ini adalah memberikan informasi yang akurat mengenai pelaksanaan dan kesiapan guru di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta untuk dapat melaksanakan kegiatan hidden curriculum dalam rangka memaksimalkan pendidikan karakter. Sebagaimana

dimaksudkan oleh tujuan pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemayarakatan dan kebangsaan, Secara khusus hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoritis sebagai berikut :

a. Bagi pemerintah khususnya Kementerian Kebudayan Pendidikan Dasar dan Menengah serta Kementerian Agama RI mendapatkan informasi yang valid tentang pelaksanaan dan kesiapan semua Guru Pendidikan Agama Islam serta seluruh guru bidang studi lainnya dapat melaksanakan hidden curriculum dan pendidikan karakter.

b. Bagi peneliti lain, dapat melakukan penelitian lanjutan berdasarkan informasi yang diperoleh dari penelitian lain.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan terkait dengan penelitian tesis ini. Penelitian mengenai hidden curriculum dalam

pembentukan karakter yang berorientasi kepada akhlak memang bukanlah penelitian yang baru untuk diteliti, banyak sudah peneliti yang melakukan kajian-kajian terhadap permasalahan pendidikan karakter, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Tesis Haseb Perlia (2013) yang berjudul “Disipilin Pengembangan Pendidikan Karakter, (Studi Kasus SMP IT Raudhatul Ulum Sakatiga)”.

Tesis ini menyimpulkan bahwa penerapan disipilin dapat mengembangkan pendidikan karakter. Hal ini dapat dilihat dari terbentuknya sikap-sikap disiplin siswa yang tinggi dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik sesuai dengan peraturan yang ada, baik peraturan yang


(36)

disampaikan secara tertulis ataupun peraturan yang disampaikan secara lisan. Proses disipilin diterapkan melalui penegakan aturan, pemberian reward dan punishment, serta adanya konsistens. Adapun yang dilakukan guru dan pihak

sekolah sekolah dalam menerapkan disiplin sekolah adalah dengan mensosialisasikan konsep disipilin, memberikan pengajaran dan pembiasaan mengenai disiplin, keteladanan/uswatun hasana oleh guru kepada siswa,

adanya pengarahan dan perhatian dalam penerapan disiplin, pemberian

reward dan punishment,serta mengadakan evaluasi.

Tesis Hamzah (2013), yang berjudul “Pendidikan Karakter Berbasis Agama Islam di Madrasah Aliyah Negeri Ketapang Kalimantan Barat” yang menyimpulkan bahwa dengan mengembangkan kurikulum PAI dapat mengapresiasi potensi-potensi siswa serta perkembangan era globalisasi dan perkembangan zaman, yang berdasarkan ajaran agama Islam yang menjadi cirri khas berkepribadian bangsa Indonesia. Dengan memperbanyak pendidikan karakter peserta didik dalam berbagai kegiatan sekolah/madrasah diantaranya yang bersifat kokorikuler dan ekstrakurikuler yang dapat menunjang secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap tumbuh dan berkembangnya sikap-sikap positif dalam diri peserta didik, baik itu berupa kegiatan di bidnag akademik, di bidang oleharaga, maupun di bidang seni.

Tesis Juhadi (2013) yang berjudul “Model Pendidikan Karakter (di

SMP Islam Serba Bakti Suryalaya Sebuah Studi Pengembangan Kurikulum Berwawasan Sufistik)”. Kesimpulan penilitian ini adalah pengembangan kurikulum berbasis karakter untuk mata pelajaran PAI semestinya diarahkan pada pendekatan tasawuf, karena problem belum suksesnya PAI dalam ikut serta menangani kasus-kasus kenakalan remaja pelajar diantaranya disebabkan mata pelajaran PAI hanya dipelajari dari aspek kognitf saja dan belum menyentuh aspek afektif dan psikomotornya , sehingga materi-materi PAI tidak sampai pada hati peserta didik. Juhadi mengatakan tindakan SMP Islam Serba Bakti Suralaya melakukan pengembangan kurikulum PAI yang berwawasan pada karakter sufistik dengan pengalaman ajaran al-Tariqah wa al-Naqsabandiyah adalah merupakan langkah yang tepat ketika pemerintah

sedang menggalakkan pendidikan karakter bangsa untuk mengobati rusaknya moralitas bangsa. Dalam tesis yang berhalaman 153 halaman ini mengatakan bahwa materi PAI hanya bersifat kognitif saja namun penulis tidak menemukan bukti yang real dalam kajian initentang aspek kognitif PAI yang monoton. Bahkan kurikulum PAI yang masih memakai KTSP belum bisa mengobati kenakalan remaja bangsa ini. Penulis juga tidak menemukan perbandingan antara kurikulum KTSP dengan kurikulum muatan lokal berwawasan sufistik yang digunakan di SMP SMP Islam Serba Bakti Suralaya. Seharusnya peneliti harus menunjukkan kelemahan kurikulum PAI berbasis KTSP sehingga kurikulum ini harus di perbaharui dengan kurikulum muatan lokal yang baru.


(37)

Tesis Hairani (2012) yang berjudul “Integrasi Nilai Multikultural Dalam Kurikulum PAI”, kesimpulan dalam tesis ini menjelaskan bahwa bahwa nilai-nilai multikultural dalam kurikulum diintegrasikan secara tekstual dan konteksutual. Pengintegrasian secara tekstual dengan cara mengintegrasikan nilai multicultural dalam program pengajaran. Sedangkan integrasi nilai multicultural secara kontekstual, dilakukan dengan cara mengintegrasikan dalam manajemen sekolah, untuk itu pembinaan nilai multicultural dapat dilaksanakan melalui pelbagai komponen dalam manajemen sekolah itu sendiri.

Tesis Rahmawati (2008), yang berjudul “Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Telaah Atas Desain Kurikulum Integrasi Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Model Jakarta”., kesimpulan dalam tesis ini menjelaskan bahwa MAN 4 Model Jakarta telah mengambil kebijakan di bidang kurikulum pendidikan agama islam, yaitu dengan mengintegrasikan tiga mata pelajaran agama Islam

(Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak dan Fiqih) menjadi mata pelajaran Studi al

-Qur’an. Kurikulum integrasi bidang studi pendidikan agama Islam adalah

sebuah kurikulum baru yang dikembangkan sendiri oleh MAN 4 Model Jakarta atas diberlakukannya otonomi pendidikan.

Tesis Shofa, Nuuriya (2011) yang berjudul “Model penerapan hidden curriculum pada pembelajaran akidah akhlak di Madrasah Aliyah al-Irsyad Gajah Demak tahun ajaran 2008/2009”. Hasil penelitian di harapkan mampu

mengungkap bagaimana Model pengembangan Hidden Curriculum pada

pembelajaran akidah akhlak, dan bagaimana pelaksanaan Hidden Curriculum

pada Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Al-Irsyad Gajah Demak Tahun Ajaran 2008/2009.

Tesis Caswita. (2013) yang berjudul “The Hidden Curriculum : Studi Pembelajaran PAI di Sekolah”. Hasil penelitian ini adalah bahwa untuk mewujudkan pendidikan agama Islam yang lebih aplikatif dalam rangka menanamkan nilai-nilai agama Islam pada diri anak, maka pembelajaran pendidikan agama Islam tidak boleh hanya terfokus pada kurikulum tertulis. Dalam melaksanakan pembelajaran agama Islam perlu dikembangkan kurikulum di luar kurikulum resmi yang disebut dengan hidden curriculum.

Jurnal Khairunnisa (2009) yang berjudul “Hidden Curriculum : Upaya Peningkatan Kecerdasan Spritual Siswa”. Hasil penelitian ini adalah bahwa hidden curriculum mampu memberikan pengaruh dalam perubahan

nilai, persepsi, dan perilaku siswa. Banyak hal yang menjadi bagian dari

hidden curriculum antara lain yang dapat dilakukan antara lain, shalat zuhur

jamaah dan pembinaan spiritual yang bertujuan melakukan pembinaan terhadap siswa secara lebih personal dalam upaya membantu siswa memahami pelajaran agama dan mengamalkan ahklak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

Jurnal Zuhal Cubukcu (2012) yang berjudul “The Effect of Hidden Curriculum on Character Education Process of Primary School Students”.


(38)

Hasil penelitian ini mengatakan bahwa Unsur-unsur dari kurikulum tersembunyi yang dimiliki di sekolah adalah nilai-nilai, keyakinan, sikap, dan norma dan nilai yang merupakan bagian penting dari fungsi sekolah, upacara dan kualitas komunikasi interpersonal. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kegiatan yang mendukung dan pandangan dari siswa berpartisipasi dalam kegiatan ini dengan pemikiran mengungkapkan pentingnya kurikulum tersembunyi di mendapatkan vales dalam pendidikan karakter di sekolah dasar. Kegiatan mendukung kurikulum tersembunyi seperti kegiatan sosial dan budaya, kegiatan waktu luang dan kegiatan sportif, perayaan hari-hari khusus dan minggu, karya klub sosial dapat dianggap sebagai nilai yang kuat alat mendapatkan untuk siswa sekolah dasar untuk memahami, menginternalisasi dan melakukan nilai-nilai.

Jurnal Mediha Sari, Ahmet Doganay (2009) yang berjudul “Hidden Curriculum on Gaining the Value of Respect for Human Dignity: A Qualitative Study in Two Elementary Schools in Adana’. Penelitian ini

bertujuan untuk menyelidiki fungsi kurikulum tersembunyi dalam menghormati martabat manusia yang merupakan salah satu nilai dasar demokrasi secara rinci di dua sekolah dasar dengan kehidupan sekolah berkualitas rendah dan tinggi di Adana-Turki. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki fungsi kurikulum tersembunyi dalam menghormati martabat manusia yang merupakan salah satu nilai dasar demokrasi secara rinci di dua sekolah dasar dengan kehidupan sekolah berkualitas rendah dan tinggi di Adana-Turki. kurikulum tersembunyi di sekolah dengan kualitas hidup yang rendah memiliki fitur yang lebih pantas untuk menghormati martabat manusia. Dan juga, siswa di sekolah ini menunjukkan misbehaviors lebih sering mengenai menghormati martabat manusia. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semua sisi dari kurikulum tersembunyi memiliki hubungan timbal balik satu sama lain, bahwa siswa menunjukkan perilaku sejajar dengan lingkungan sekolah dan bahwa lebih banyak siswa menunjukkan misbehaviors, yang lebih banyak guru menunjukkan respon antidemokrasi. Artinya hidden curriculum dapat berdampak negativ dari perilaku peserta

didik sehingga guru memberikan respon yang kurang baik.

Dari beberapa penelitian terdahulu di atas, penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Penelitian di atas mengungkap bagaimana proses pembentukan karakter melalui beberapa konsep diantaranya pembentukan karakter melalui konsep disipilin, pengembangan kurikulum berwawasan sufistik, mengembangkan kurikulum PAI. Banyak konsep yang dapat menjadikan peserta didik berkarakter. Maka dari itu, peneliti mengambil sebuah konsep hidden curriculum yang dapat membentuk


(39)

F. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, yang mempunyai tiga jenjang pendidikan yang berada di bawah pengelolaanya, yaitu jenjang pendidikan tingkat dasar adalah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta, jenjang pendidikan menengah pertama adalah Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta, dan jenjang pendidikan menengah atas adalah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Namun, penelitian akan dibatasi dalam satu jenjang madrasah saja yakni Madrasah Aliyah.

Lokasi ini ditetapkan karena beberapa alasan oleh penulis. Pertama, salah satu pilar keunggulan dari madrasah ini adalah unggul dalam bidang karakter yakni akhlakul karimah, bahasa, dan sains. Karena penulis meneliti tentang hidden curriculum dalam membentuk karakter maka Madrasah

Aliyah Pembangunan merupakan tempat yang tepat untuk diteliti. Kedua, secara geografis dan demografis lokasi ini berada di wilayah dimana penulis tinggal, termasuk Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, sehingga dengan begitu penulis mempunyai pengalaman yang cukup untuk dipakai suatu bahan kajian dalam sebuah penelitian. Ketiga, Madrasah Pembangunan UIN Jakarta ini merupakan madrasah terfavorit se-kota Jakarta. Banyak dari lulusan Madrasah Pembangunan lulus di berbagai perguruan tinggi ternama baik di dalam negeri maupun di luar negeri dan banyak dari peserta didik merupakan anak dari kalangan atau orang tunya memiliki ekonomi menengah ke atas. Ini semua merupakan sesuatu yang wajar apa Madrasah Pembangunan Jakarta dijadikan sebagai subjek penelitian.

G. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Metode kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami (Mahmud, 2011:89). Peneliti mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan kajian dokumen pada situasi yang wajar atau alamiah, sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja. Peneliti mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya valid dan jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) serta

Penarikan kesimpulan dan verifikas (conclusion drawing / verification) (Miles

dan Hubermen, 1984:130). Dalam penelitian kualitatif ini juga ditujukan untuk memahami fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan (Sukmadinata, 2012:94).

Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus memahami asumsi dasar yang berkaitan dengan kondisi lapangan. Data yang dikumpulkan berupa


(40)

kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Laporan penelitian berupa kutipan-kutipan data untuk member gambaran penyajian laporan. Data tersebut bisa berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,

videotape, dokumen pribadi catatan atau memo, dan dokumen resmi lainya

(Maleong, 2000:6).

Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobervasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya. Sehingga analisisnya tidak menggunakan angka, tetapi dengan interpretasi terhadap data yang berupa kata-kata, kalimat, ataupun dokumentasi lainnya. Pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti pada obyek yang alamiah. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan secara alamiah, apa adanya dalam situasi normal yang tidak di manipulasi keadaan kondisinya. Ini berarti bahwa dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian secara intensif, terinci dan mendalam terhadap peran hidden curriculum dalam pembentukan karakter pada obyek penelitian (Ali,

2002:59).

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini, penulis peroleh dari data yang dibagi menjadi dua macam, yang pertama sumber primer dan sumber kedua sumber skunder (Sugiyono, 2006:308-309). Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer yang didapatkan dari wawancara langsung informan yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan peserta didik, serta hasil dari observasi.

Sedangkan Sumber data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber skunder di peroleh dari berbagai studi dokumen, naskah, dan arsip yang berkaitan dengan pelaksanaan hidden curriculum dalam membentuk karakter yang

peneliti temukan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta terutama yang terkait pendidikan karakter.

3. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupaya mendapatkan data atau informasi dari penelitian dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang ada di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.

a. Observasi

Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi untuk memahami secara holistik atau menyeluruh terhadap pendidikan madrasah berbasis karakter yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Peneliti juga melakukan observasi ke dalam lapangan yakni ruang kelas, laboraturium, perpustakaan, kantin siswa, tempat ibadah, hubungan dan komunitas, lapangan olahraga, serta tempat-tempat yang menjadi kegiatan siswa.


(41)

b. Wawancara

Dalam pengumpulan data melalui wawancara, penulis menggunakan pedoman slip, dan recorder atau alat perekam lainnya. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu wawancara terstrukutur yang dilakukan secara mendalam menggunakan pedoman yang ditulis secara sistematis. Penulis juga menggunakan lembar catatan dan alat perekam yang bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan kekeliruan penulis dalam mencatat hasil wawancara yang suda dilakukan. Wawancara dalam penelitian ini diarahkan kepada sumber data yaitu informan yang memiliki keterkaitan langsung dengan implementasi pendidikan madrasah berbasis karakter di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Informan dalam penelitian yang akan di wawancarai ini adalah kepala sekolah, dewan guru, peserta didik,

stakeholder, wali murid, serta warga sekolah lainnya. Dalam melakukan

penelitian ini peneliti akan mewancarai mendalam terhadap semua responden tersebut.

Tabel 1.1. Informan Penelitian

No. Informan Jumlah Keterangan 1 Kepala Madrasah 1 orang

2 Guru 4 orang Guru Qur’an Hadits, Aqidah akhlak, BK, dan Bahasa Indonesia

3 Peserta didik 15 orang Kelas 7, 8, dan 9 4 Penjaga Kantin 1 orang

5 Wali murid 3 orang c. Studi dokumen

Studi dokumen merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, hasil karya, maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis, dibandingkan dan dipadukan membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Adapun dokumen yang akan dikumpulkan adalah kurikulum madrasah, absensi siswa, buku harian siswa, raport siswa, buku kegiatan siswa, buku profil madrasah, data jumlah siswa dan guru, prestasi siswa dalam berbagai kegiatan, diari/catatan harian kepala madrasah, foto, piala, catatan harian siswa, simbol-simbol tentang Madrasah Aliyah UIN Jakarta, dan data tentang kegiatan ekstrakurikuler.

4. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data peneliti mengambil interactive model

sebagai penyajiannya. Aktivitas dalam analisis data meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) serta Penarikan kesimpulan dan

verifikas (conclusion drawing / verification) (Miles dan Hubermen,


(42)

Langkah reduksi data (data reduction) pertama, melibatkan

langkah-langkah editng, pengelompokkan, dan meringkas data. Kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok, dan pola-pola data. Terakhir peneliti menyusun rancangan konsep-konsep serta penjelasan-penjelasan berkenaan dengan tema, pola, atau kelompok-kelompok data bersangkutan.

Data yang diperleh dari lapangan cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci sebab semakin lama peneliti dilapangan, maka jumlah data akan semakin banyak kompek dan rumit. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak pelu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Peneliti dalam mereduksi lebih memfokuskan diri pada kegiatan peserta didik dengan guru.

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dengan mendisplaykan data, maka akan lebih mudah

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian tersebut, bagan, hubungan antara kategori dan sejinisnya. Namun dalam hal ini penliti lebih banyak mengunakan yang bersifat naratif, sebab model ini yang paling banyak digunakan dalam penelitian kualitatif. Peyajian data (data display) melibatkan langkah-langkah

mengorganisasi data, yakni menjalin data yang satu dengan data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan. Data yang tersaji berupa kelompok-kelompok yang kemudian saling dikaitkan sesuai dengan karangka teori yang digunakan.

Penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions), peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif

dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada. Kesimpulan telah tergambar sejak awal, namun kesimpulan final tidak pernah dapat dirumuskan secara memadai tanpa peneliti menyelesaikan analisis seluruh data yang ada. Peneliti harus mengkonfirmasi, mempertajam, dan merevisi kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuat untuk sampai pada kesmipulan final berupa proposisi-proposisi ilmiah mengenai realitas yang diteliti (Pawito, 2007:106)

Semua data mengenai pelaksanaan sistem pendidikan tentang hidden curriculum di madrasah berbasis karakter atau akhlak yang ditemukan di

lokasi penelitian yang kemudian juga dianalisis secara kritis dengan menggunakan pendekatan Multidisipliner Pendidikan, yaitu pendektan Filsafat, Ilmu Pendidikan, dan Psikologi Pendidikan, yang hasilnya disimpulkan dengan menggunakan teknik analisis induktif (Nata, 2009:156)


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)