15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1.Teori Agensi
Agency theory atau disebut teori agensi menjelaskan hubungan antara pihak pemilik principal dengan pihak agen agent. Hal ini
diasumsikan bahwa pihak pemilik dan agen merupakan orang ekonomi rasional yang semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi
Nuratama, 2011. Menurut agency theory, adanya pemisahaan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.
Menurut Rachmawati dan Triatmoko 2007 terjadinya konflik yang disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu
prinsipal sebagai pihak yang memberi kontrak atau pemegang saham dan agen sebagai pihak yang menerima kontrak dan mengelola dana
prinsipal. Teori agensi menurut Jansen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa hubungan agensi muncul karena satu atau lebih
pihak principal memperkejakan orang lain agent untuk mengelola
perusahaan dan mendelegasikan pengambilan keputusan.
Menurut Eisenhardt 1989 dalam Nuratama 2011 agency theory dilandasi oleh beberapa asumsi. Asumsi-asumsi dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki
16 sifat mementingkan dirinya sendiri self interest, memiliki keterbatasan
rasionalitas bounded ratonality dan tidak menyukai risiko risk aversion. Asumsi keorganisasian menekankan bahwa adanya konflik
antar anggota organisasi dan adanya asimetri informasi antar pemilik dan agen, sedangkan asumsi informasi menekankan bahwa informasi
sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.
Pemikiran bahwa pihak manajemen akan melakukan tindakan yang hanya menguntungkan dirinya sendiri didasarkan asumsi bahwa setiap
orang memiliki sifat mementingkan diri sendiri atau self-interested behavior Rachmawati dan Triatmoko, 2007. Keinginan, motivasi dan
utilitas yang tidak sama antara manajemen dengan pemegang saham menimbulkan
kemungkinan manajemen
bertindak merugikan
pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung
melakukan kecurangan akuntansi.
Konflik keagenan dapat mengakibatkan adanya pihak manajemen akan melaporkan laba oportunis untuk memaksimalkan kepentingan
dirinya. Hal ini dilakukan oleh agen untuk mendapatkan kompensasi atas hasil kinerja yang tercermin dari laba. Salah satu cara agen untuk
memaksimalkan laba dengan melakukan earnings management. Hal ini dikarenakan laba menjadi tolak ukur keberhasilan manajemen dalam
mengelola kegiatan operasi perusahaan. Sehingga agen berfokus untuk meningkatkan laba dengan cara memyembunyikan beberapa kondisi
dari prinsipal.
17 Akibatnya hubungan agensi antara pihak prinsipal dengan
manajemen menyebabkan asimetri informasi. Asimetri muncul sebagai akibat adanya distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal
dengan agen Jamaan, 2008. Idealnya, pihak prinsipal memperoleh informasi yang sesuai untuk mengukur tingkat hasil yang diperoleh
selama perusahaan beroperasi yang diwujudkan dalam laporan keuangan. Namun kenyataanya, beberapa agen berusaha untuk
menyembunyikan keadaan yang sebenarnya dari principal. Menurut Rozania, et.al 2013 adanya informasi asimetri dapat
menimbulkan dua masalah potensi yaitu adverse selection dan moral hazard. Adverse selection merupakan suatu keadaan dimana principal
tidak mengetahui apakah dalam pengambilan suatu keputusan pihak agent menggunakan informasi yang benar-benar terdapat di laporan
keuangannya. Adverse selection timbul karena manajemen memiliki informasi
yang lebih
lengkap terhadap
kondisi perusahaan
dibandingkan dengan principal. Moral hazard adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh agen yang tidak diketahui oleh principal, sehingga
agen dapat melaksanakan poin-poin yang tidak terdapat pada kontrak kerja. Agen dapat melakukan tindakan yang melanggar kontrak antara
manajemen dengan pemegang saham atau tindakan yang melanggar etika, diluar sepengetahuan pemegang saham Scott, 2009 dalam
Primadita dan Fitriany, 2012.
18 Teori agensi menyatakan bahwa konflik kepentingan dapat
diminimalkan dengan mekanisme corporate governance. Mekanisme corporate governance berperan sebagai badan yang mengawasi dan
memonitori hasil kerja yang dilakukan oleh pihak agen. Selain itu, mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam
kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang lebih berkualitas. Dengan adanya mekanisme corporate governance diharapkan dapat
berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada stakeholder bahwa pihaknya akan menerima pengembalian atas dana yang telah
mereka investasi kepada perusahaan Sabeni dan Nicolin, 2013. Sehingga dengan adanya penerapan dari corporate governance,
diharapkan akan dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih
berkualitas.
Selain menggunakan mekanisme corporate governance untuk meminimalisir konflik keagenan, perusahaan juga membutuhkan pihak
lain, yang bersifat independen sebagai mediator antara principal dan agen. Pihak ketiga ini berguna untuk mengawasi perilaku agen apakah
terlalu bertindak sesuai dengan keinginan principal dan juga memberikan informasi yang andal dan bermanfaat bagi principal yang
berkaitan dengan kelangsungan perusahaan. Auditor dianggap sebagai pihak yang mampu menjembatani kepentingan principal dengan agen
dalam mengelola perusahaan Setiawan, 2006 dalam Sabeni dan Nicolin, 2013.
19
2. Integritas Laporan Keuangan