Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Spesialisasi Industri Auditor, Dan Audit Brand Name Terhadap Integritas Laporan Keuangan: Studi Empiris Pada Perusahaan Di Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, SPESIALISASI INDUSTRI AUDITOR, DAN AUDIT BRAND NAME
TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN
(Studi Empiris pada Perusahaan di Sektor Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)
SKRIPSI
Oleh:
Farida Wijayanti Rachman 1112082000058 JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, SPESIALISASI INDUSTRI AUDITOR, DAN AUDIT BRAND NAME
TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN
(Studi Empiris pada Perusahaan di Sektor Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)
SKRIPSI
Oleh:
Farida Wijayanti Rachman 1112082000058 JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1.Nama Lengkap : Farida Wijayanti Rachman 2.Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang , 10 Maret 1994
3.Agama : Islam
4.Alamat : Jalan AMD Babakan Pocis RT 02
RW 02 No: 18, Kel. Bakti Jaya, Kec. Setu, Tangerang Selatan. 15315
5.No. Telepon : 089517345608
6.E-mail :faridawijayantirachman@gmail.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
1.SDN 1 Pamulang : Tahun 2000-2006
2.SMPN 1 Pamulang : Tahun 2006- 2009
3.SMAN 2 Kota Tangerang Selatan : Tahun 2009-2012 4.S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2012-2016
III. PENDIDIKAN NON-FORMAL
1.Kursus Bahasa Inggris di Cambridge School of English Pamulang : Tahun 2007-2009
2.Kursus Komputer di LPIA Pamulang :
Tahun 20015
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
(8)
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Sebagai peserta dalam “Seminar Motivasi dan Kewirausahaan”, 6 September 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sebagai peserta dalam “Seminar Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi’ 3 Oktober 2012, Teater Lt.2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Sebagai peserta dalam “Sekolah Pasar Modal 2015”, 2 Desember 2015 PT. Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange).
VI. PENGALAMAN KERJA
1. Magang di Bank Indonesia Divisi Pengelolaan Data dan Penanggulangan Uang Rupiah Palsu, Grup Kebijakan Pengelolaan Uang, Departemen Pengelolaan Uang tanggal 18 Februari 2016-17 Maret 2016.
VII. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Suratman
2. Tempat, Tanggal Lahir : Sukoharjo, 1 Maret 1964
3. Ibu : Sri Yanti
4. Tempat, Tanggal Lahir : Sukoharjo, 4 Juli 1971 5. Anak Ke Dari : 1 dari 2 bersaudara
(9)
THE INFLUENCE CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, AUDITOR INDUSSTRIAL SPECIALIZATION, AND AUDIT BRAND NAME TO
INTEGRITY OF FINANCIAL STATEMENT
ABSTRACT
This research aims to obtain empirical evidence about the influence corporate governance mechanism, auditor industrial specialization, and audit brand name to integrity of financial statement. Independent variables used in this research is corporate governance mechanism analyzed by independent commissioner and audit committee, auditor industrial specialization analyzed by ratio of total client in industry to all firms in industry, and audit brand name analyzed by existence KAP/OAA affiliation. Dependent variable used is integrity of financial statement analyzed by non-operating accruals.
The sample in this research was financial sector companies listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) period among 2010-2014. Data was collected by purposive sampling. Total 92 companies were taken as sample. Analysis method this research use multiple regression analysis.
The result of this research showed that audit committee and auditor industrial specialization has significant effect to integrity of financial statement. While independent commissioner and audit brand name have not significant effect to integrity of financial statement.
Keywords: Corporate governance, auditor industrial specialization, audit brand name and integrity of financial statement
(10)
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, SPESIALISASI INDUSTRI AUDITOR, DAN AUDIT BRAND NAME
TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh mekanisme corporate governance, spesialisasi industri auditor dan audit brand name terhadap integritas laporan keuangan. Variabel independen yang digunakan adalah mekanisme corporate governance yang dianalisis dengan komisaris independen dan komite audit, spesialisasi industri auditor yang dianalisis dengan rasio jumlah klien dalam industri dan semua perusahaan di industri tersebut, dan audit brand name yang dianalisis dengan adanya afiliasi KAPA/OAA. Variabel dependen yang digunakan adalah integritas laporan keuangan yang dianalisis dengan non-operating accruals.
Sampel dalam penelitian adalah perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014. Data yang dikumpulkan dengan metode purposive sampling. Total 92 perusahaan ditentukan sebagai sampel. Metode analisis penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa komite audit dan spesialisasi industri auditor berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan komisaris independen dan audit brand name tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Kata Kunci: Corporate governance, spesialisasi industri auditor, audit brand name, dan integritas laporan keuangan.
(11)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “ Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Spesialisasi Industri Auditor dan Audit Brand Name Terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)”.
Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada Nabi Muhamad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagi syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan banyak ucapan terima kasih atas segala bantuan, bimbingan dan dukungannya dalam proses penyusunan skripsi ini hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik kepada:
1. Kedua orang tua yang tak henti-hentinya memberikan do’a, dukungan, semangat dan kasih sayangnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua jasa-jasa yang telah kalian berikan.
2. Adik ku Satrio Budi Prakosa, yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis.
3. Bapak Dr. Arief Mufriani, LC, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.si. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,Ak.,M.M.,CA. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
(12)
6. Bapak Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA. selaku dosen Pembimbing I yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi selama ini.
7. Ibu Fitri Yani Jalin, SE., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan kesempatan, mencurahkan perhatian dan memberikan banyak masukan. Terimakasih atas semua saran yang Ibu berikan selama proses penyusunan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
9. Semua Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam mengurus segala kebutuhan adminintrasi dan lain-lain.
10.Untuk sahabat seperjuangan buku KKN, kompre dan skripsian bareng Anisa Herdiyany dan Fitri Rahmawati terima kasih sudah memberikan semangat dan keceriaan selama ini.
11.Seluruh teman-teman Akuntansi B UIN 2012 seren, kia, rita, dina, fai, galih, lailatul, vivi, dita, dwi, om, fadil, mayeda, ilman, revan, aboy, randi, dan dara terima kasih selama empat tahun kita bersama-sama menghadapi kehidupan kampus yang penuh warna terlebih lagi untuk “KITA” yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis. See you top guys!! 12.Untuk Kiki Rifqi Nasrulloh, yang selalu memberikan support dan do’anya
yang tiada henti ketika penulisan skripsi ini dan mau direbetin kesana-kemari untuk penyelesaian buku KKN.
13.Semua pihak yang membantu yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh
(13)
karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 23 Juni 2016
(14)
DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM ... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAAN UJIAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
ABSTRACT ... viii
ABSTRAK ... xi
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12
1. Tujuan Penelitian ... 12
2. Manfaat Penelitian ... 13
(15)
A. Tinjauan Literatur ... 15
1. Teori Agensi... 15
2. Integritas Laporan Keuangan ... 19
3. Konservatisme ... 21
4. Mekanisme Corporate Governance ... 23
5. Spesialisasi Industri Auditor ... 30
6. Audit Brand Name... 32
B. Penelitian Sebelumnya ... 34
C. Kerangka Pemikiran ... .40
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ... 41
1. Komisaris Independen dan Integritas Laporan Keuangan ... 41
2. Komite Audit dan Integritas Laporan Keuangan ... 42
3. Spesialisasi Industri Auditor dan Integritas Laporan Keuangan ... 43
4. Audit Brand Name dan Integritas Laporan Keuangan .... 45
5. Komisaris Independen, Komite Audit, Spesialisasi industri auditor, Audit Brand Name, dan Integritas Laporan Keuangan ... 46
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 48
B. Metode Penentuan Sampel ... 48
(16)
D. Metode Analisis Data ... 50
1. Statistik Deskriptif ... 50
2. Uji Asumsi Klasik ... 50
a. Uji Multikolonieritas ... 51
b. Uji Autokorelasi ... 51
c. Uji Heterokedastisitas ... 52
d. Uji Normalitas ... 53
3. Koefissien Determinasi ... 53
4. Uji Hipotesis ... 54
a. Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uj Statistik F) ... 55
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 56
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 56
1. Variabel Independen (X) ... 56
2. Variabel Dependen (Y) ... 60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 63
1. Deskripsi Objek Penelitian... 63
2. Proses Seleksi Sampel ... 64
B. Analisis dan Pembahasan ... 65
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 65
(17)
a. Uji Multikolonieritas ... 68
b. Uji Autokorelasi ... 70
c. Uji Heterokedastisitas ... 71
d. Uji Normalitas ... 74
3. Koefisien Determinasi ... 77
4. Hasil Uji Hipotesis ... 79
a. Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F) ... 79
b. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90
B. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 92
(18)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 34
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian... 62
Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 64
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolonearitas ... 69
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi... 71
Tabel 4.5 Hasil Uji Glesjer ... 73
Tabel 4.6 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnocv ... 77
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 78
Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F) ... 79
(19)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 40
Gambar 4.1 Hasil Uji Scatterplot ... 72
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Normal P-P Plot ... 74
(20)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar
Tahun 2010-2014 ... 97
Lampiran 2 Daftar Sampel Perusahaan Sektor Keuangan Tahun
2010-2014 ... 99
Lampiran 3 Statistik Deskriptif ... 100
(21)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Informasi akuntansi didefinisikan sebagai informasi kuantitatif
tentang entitas ekonomi, terutama yang bersifat keuangan dan
dimaksudkan untuk bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi,
dan untuk menentukan pilihan diantara serangkaian tindakan-tindakan
alternatif yang ada (Belkoui, 2011: 50).
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi
akuntansi yang digunakan untuk menggambarkan kinerja suatu
perusahaan. Setiap entitas bisnis yang menjalankan aktivitas bisnisnya
diwajibkan untuk membuat laporan keuangan. Menurut Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 1 Paragraf 7 (Revisi 2009) tujuan
laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisis
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan
ekonomi
Laporan keuangan merupakan bentuk dari pertanggungjawaban
perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu para
stakeholder, sehingga laporan keuangan harus menyajikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (Rozania, et.al , 2013). Belkoui (2011:213)
(22)
waktu, komparabilitas dan kelengkapan. Sedangkan Hendriksen dan Van
Breda (2000:140) mengemukakan beberapa karakteristik kualitatif dalam
laporan keuangan yaitu cost and benefit, relevance, reliability,
comparability, dan materiality.
Agar bermanfaat, informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas yang handal
jika laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian
yang jujur (faithful representation) yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar diharapkan dapat disajikan (SAK, 2004). Namun pada
kenyataanya, laporan keuangan tersebut mulai dipertimbangkan dan
diragukan kredibilitasnya karena banyaknya kasus yang terjadi akibat
manipulasi terhadap data akuntansi terutama laporan keuangan.
Rozania, et.al (2013) menyatakan bahwa kasus kecurangan pada
laporan keuangan berkaitan erat dengan masalah integritas laporan
keuangan, artinya informasi yang ada tidak menyajikan informasi sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam penelitian Mayangsari (2003)
integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang
disajikan menunjukan informasi yang benar dan jujur.
Ukuran integritas laporan keuangan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan
keuangan yang biasanya diukur dengan manajemen laba (Mayangsari,
(23)
konservartisme sebagai praktik mengurangi laba dan mengecilkan aktiva
bersih dalam merespon berita buruk (bad news) tetapi tidak meningkatkan
laba (meninggikan aktiva bersih) dalam merespon berita baik (good
news).
Konservatisme dibutuhkan dalam laporan dan pelaporan akuntansi
disebabkan karena adanya ketidakpastian yang terjadi pada aktivitas
ekonomi dan bisnis, sehingga diperlukan kehati-hatian (prudence).
Bentuk kehati-hatian ini dilakukan melalui tingkat verifikasi yang lebih
tinggi ketika menetapkan aset yang diakui dibandingkan dengan
kewajiban. Konservatisme menganggap bahwa ketika memilih antara dua
atau lebih teknik akuntansi yang berlaku umum, suatu preferensi
ditunjukkan untuk opsi yang memiliki dampak paling tidak
menguntungkan terhadap ekuitas pemegang saham (Belkoui, 2011:288).
Namun kenyataannya, banyak perusahaan yang menyajikan
informasi dalam laporan keuangan dengan tidak adanya integritas
(Nurjannah dan Pratomo, 2012), dimana informasi yang disampaikan
oleh pihak manajemen tidak menunjukan keadaan yang sebenarnya.
Informasi akuntansi yang tidak reliable menyebabkan jatuhnya
perusahaan-perusahaan raksasa dunia pada awal dekade 2000 an yang
diakibatkan dari skandal kasus-kasus hukum manipulasi akuntansi yang
melibatkan perusahaan besar, karena melakukan tindakan earning
(24)
Terdapat beberapa kasus atau skandal keuangan yang terkait dengan
kurangnya integritas dalam laporan keuangan, diantaranya terjadi pada
beberapa perusahaan di sektor keuangan di Amerika Serikat seperti kasus
Lehman Brothers yang merupakan perusahaan layanan keuangan global
yang bergerak di bidang bank penyalur kredit pemilikan rumah (KPR)
menjamin hampir separuh dari total kredit perumahan di Amerika Serikat.
Lehman Brothers mengumumkan kebangkrutannya pada Senin tanggal 15
September 2008. Dengan bangkrutnya Lehman Brothers, terungkap
perekayasaan laporan keuangan dimana terjadi pengurangan jumlah
kewajiban dengan menggunakan Repo 105 dan Repo 108. Hal ini
dikarenakan krisis subprime mortgage yang menjadikan penggunaan
Repo 105 dan 108 merupakan jalan keluar paling menguntungkan bagi
Lehman Brothers dibandingkan dengan menjual aset yang harganya telah
merosot tajam. Transaksi Repo yang digunakan oleh Lehman Brothers
dilakukan untuk menutupi kewajiban sebesar lebih dari 50 Miliyar. KAP Enrst & Young dinilai lalai, dan melaporkan hasil audit “palsu” terkait laporan keuangan Lehman Brothers. Menurut laporan tersebut, Lehman
Brothers menggunakan rekayasa akuntasi untuk menutupi utang sebesar
50 Miliyar US Dollar di pembukuannya. Semua dilakukan untuk
menyembunyikan ketergantungannya dari utang.
Kasus Bank of Credit Commerce International (BCCI) merupakan
salah satu skandal terbesar dalam sejarah keuangan yang ditemukan oleh
(25)
melakukan audit dan mengungkapkan adanya kerugian ratusan juta dollar
yang tidak bisa dipertanggungjawabkan dan memberikan kredit kepada
pemegang sahamnya sendiri sebesar 1,48 Miliar US Dollar dengan
menggunakan saham BCCI sebagai jaminan. Pada Juli 1991 BCCI jatuh
sebagai akibat internal fraud yang mencapai 4 Miliyar US Dollar dan
berbagai kewajiban yang mencapai 14 Miliyar US Dollar. Tuduhan
lainnya adalah manipulasi rekening untuk membantu peminjam terbesar
BCCI, yang telah mendapat kredit sebesar 725 US Dollar, jauh melebihi
batas, akuisisi ilegal dengan menggunakan nama pihak lain, tidak
dicatatnya beberapa simpanan nasabah dalam jumlah besar untuk
menutup kerugian dan mencatat banyak kredit fiktif kepada para debitur.
Kasus skandal akuntansi di sektor keuangan juga pernah menimpa
Indonesia yang terjadi pada Bank Lippo pada tahun 2002. Dalam kasus
PT. Bank Lippo yang terjadi pada bulan November tahun 2002, terdapat
laporan keuangan ganda yang dilaporkan kepada pihak eksternal dan satu
laporan keuangan internal untuk manajemen yang memiliki beberapa
perbedaan yang menimbulkan permasalahan.
Pihak manajemen Bank Lippo membuat dua laporan keuangan yang
berbeda demi kepentingan perusahaannya sendiri, dan pihak kantor
akuntan publik Ernst & Young, Sarwoko and Sanjaya selaku auditor
laporan keuangan Bank Lippo mengaku hanya mengaudit satu laporan
(26)
keterkaitan dengan kasus ini karena sebagai auditor, seharusnya KAP
tahu seluk beluk perusahaan tersebut.
Kasus Bank Lippo bermula dari terjadinya perbedaan laporan
keuangan kuartal III Bank Lippo, antara yang dipublikasikan di media
massa dan yang dilaporkan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dalam laporan
yang dipublikasikan melalui media cetak pada 28 November 2002
disebutkan total aktiva perusahaan sebesar Rp 24 triliun dengan laba
bersih Rp 98 miliar. Sementara dalam laporan ke BEJ tanggal 27
Desember 2002, total aktiva berkurang menjadi Rp 22,8 triliun dan rugi
bersih (yang belum diaudit) menjadi Rp 1,3 triliun.
Fenomena kasus skandal kecurangan pada laporan keuangan
merupakan kegagalan dari integritas laporan keuangan untuk memenuhi
kebutuhan informasi para pengguna laporan keuangan (Jamaan:2008).
Kasus skandal kecurangan tersebut banyak melibatkan banyak pihak dan
merugikan para pengguna laporan. Pihak yang terlibat dalam
memanipulasi laporan keuangan diantaranya Chief Executive Officer
(CEO), komisaris, komite audit, internal auditor bahkan hingga sampai ke
eksternal auditor (Nicolin dan Sabeni, 2013).
Untuk mengembalikan kepercayaan investor maka US SEC
(securities and exchange commission) mengeluarkan undang-undang
yaitu Sarbanes Oxley-Act 2002 yang mengatur good governance bagi
perusahaan-perusahaan yang go public di Amerika Serikat untuk
(27)
governance merupakan salah satu cara untuk meminimalkan kecurangan-kecurangan yang terjadi belakangan ini. Istilah corporate governance
kian populer terutama di negara-negara berkembang yang mengalami
transisi, seperti Indonesia dan beberapa Negara di Asia yang mengalami
krisis sejak tahun 1997.
Mencuatnya konsep corporate governance di Indonesia merupakan
reaksi atas perilaku para pengelola perusahaan yang tidak
memperhitungkan stakeholdernya. Hal ini dikarenakan terdapat konflik
kepentingan (agency conflict) antara pihak manajemen sebagai pihak
yang mengetahui semua informasi perusahaan dengan pihak pemilik
(agent) sehingga menimbulkan asymmetry information. Melalui surat
edaran BAPEPEM No SE.03 IPM/2000 yang diterbitkan tanggal 5 Mei
2000 menyatakan bahwa dalam rangka implementasi Good Corporate
Governance, perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia wajib memiliki komisaris independen, komite audit dan sekretaris perusahaan
(Corporate Secretary). Berkurangnya integritas laporan keuangan dapat
disebabkan oleh faktor lemahnya struktur good corporate governance.
Penerapan corporate governance yang baik berdampak pada laporan
keuangan yang dihasilkan, perusahaan atau manajemen akan sulit untuk
melakukan manipulasi akuntansi karena terdapat pengawasan dari dewan
komisaris.
Dalam penelitian ini menggunakan struktur corporate governance
(28)
dikarenakan peran dewan komisaris dapat meminimalisir kecurangan
yang dilakukan oleh manajemen. Keberadaan komisaris independen
menjadi penyeimbang dalam pengambilan keputusan khususnya dalam
rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan
pihak-pihak terkait.
Menurut Siswanto dan Aldridge (2005) dalam Jamaan (2008) Badan
Pengelola Pasar Modal di banyak negara menyatakan bahwa penerapan
corporate governance yang baik telah berhasil mencegah pelaporan
keuangan kepada stakeholder secara tidak transparan. Sehingga
perusahaan dengan corporate governance yang berkualitas akan dapat
melaksanakan tugas dan wewenang dengan semestinya dan menjamin
adanya pedoman strategis perusahaan, pemantauan oleh komisaris
independen dan akuntabilitas akan meminimalisir agency conflict yang
akhirnya akan berdampak pada meningkatnya kinerja keuangan.
Selain keberadaan komisaris independen peran dari komite audit
juga merupakan salah satu upaya untuk memonitoring kegiatan
operasional perusahaan. Menurut Hardiningsih (2010) berdasarkan surat
keputusan Ketua BAPEPAM KEP 41/PM/2003, SK Dir. BEJ NoMOR
315/BEJ/06-2000, Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/Tahun 2000
dan Undang-undang BUMN Nomor 19/2003. Pembentukan komite audit
merupakan suatu keharusan. Tujuan dari pembentukan komite audit
adalah untuk merombak sistem keuangan dan menjunjung tinggi
(29)
transaksi dan menyajikan pandangan yang benar dan adil (Ojo, 2006
dalam Okpala, 2012:32). Dengan keberadaan komite audit diharapkan
menjamin adanya transparansi dalam laporan keuangan dan
pengungkapan informasi kegiatan yang dilakukan oleh manajemen.
Selain peran dari pihak internal suatu perusahaan, peran dari
eksternal juga merupakan kunci terciptanya integritas laporan keuangan.
Peran eksternal diperoleh dari pihak auditor sebagai pihak yang
diharapkan independensinya oleh pengguna laporan keuangan. Auditor
eksternal yang independen menilai suatu laporan keuangan yang disajikan
wajar atau tidak. Sehingga pihak pengguna mengharapkan hasil dari
penilai laporan keuangan yang independen tanpa adanya campur tangan
dari pihak lain.
Seiring dengan meningkatnya persaingan dan kompetensi dalam
profesi akuntan publik serta munculnya aturan akuntansi baru dalam
industri tertentu, setiap KAP berusaha mencari cara untuk membedakan
dirinya dengan KAP lainnya (Rozania, et,al, 2013). Salah satu caranya
adalah dengan spesialisasi industri auditor. Spesialisasi industri yang
dilakukan oleh KAP bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mereka
dalam menyediakan jasa audit yang berkualitas, sehingga hasil audit dapat
lebih akurat. Dengan semakin baiknya hasil audit yang diberikan akan
mencerminkan integritas laporan keuangan yang baik juga.
Para pengguna laporan keuangan mempertanyakan kualitas audit
(30)
akuntan publik. Kualitas kantor akuntan publik dalam hal ini mengacu
pada nama KAP atau audit brand name yang tercermin dari kerjasama
dengan Kantor Akuntan Publik Asing (KAPA) dan Organisasi Audit
Asing (OAA) (Jamaan, 2008). KAP yang mencamtumkan nama KAPA
atau OAA pada nama kantor, kepala surat, dokumen, dan media lainnya
diasumsikan ssebagai big KAP, setelah mendapat persetujuan dari
sekretaris Jendral atas nama menteri. Audit brand name ini dipercaya akan
meningkatkan kualitas audit sehingga laporan keuangan yang dihasilkan
lebih berintegritas.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Spesialisasi Industri Auditor, dan Audit Brand Name Terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan di Sektor Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)“.
Penelitian ini mengacu dari penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Rozania, et.al, (2013) mengenai pengaruh mekanisme coporate
governance, pergantian auditor dan spesialisasi industri auditor terhadap integritas laporan keuangan. Adapun perbedaan dari penelitian ini
dibandingkan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1.Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian terdahulu
(31)
spesialisasi indusri auditor. Penelitian kali ini mengganti variabel
pergantian auditor dengan variabel audit brand name berdasarkan
penelitian Jaman (2008). Penelitian terdahulu pada pergantian auditor
tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini
dikarenakan terdapat resiko kegagalan audit pada tahun pertama
perikatan setelah terjadinya pergantian auditor. Karena KAP baru kurang
memiliki pengetahuan yang cukup berkenan dengan resiko perusahaan,
sehingga mengakibatkan kegagalan audit yang kemungkinan meningkat.
Oleh karena itu pergantian auditor tidak memiliki pengaruh terhadap
integritas laporan keuangan. Peneliti mengganti dengan audit brand
name yang kemungkinan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
2.Sampel Penelitian
Penelitian sebelumnya menggunakan sampel dari perusahaan non
keuangan. Sedangkan penelitian kali ini menggunakan sampel dari
perusahaan sektor keuangan. Sektor keuangan dipilih karena
perkembangan sektor tersebut yang terus meningkat. Indonesia memiliki
peran penting dalam menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
untuk industri keuangan khususnya sektor perbankan yang mulai berlaku
pada 2020 mendatang. Diharapkan dengan hadirnya MEA pada tahun
2020 untuk sektor perbankan, bank-bank nasional dapat melakukan
(32)
Tahun penelitian terdahulu menggunakan data keuangan pada
tahun 2008-2011, sedangkan penelitian kali ini menggunakan data
keuangan tahun 2010-2014.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1.Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan?
2.Apakah komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan?
3.Apakah spesialisasi industri auditor berpengaruh terhadap integritas
laporan keuangan?
4.Apakah audit brand name berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan?
5. Apakah komisaris independen, komite audit, spesialisasi industri
auditor dan audit brand name berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan maslaah, penelitian ini bertujuan untuk
(33)
a. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh komisaris
independen terhadap integritas laporan keuangan.
b. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh komite audit
terhadap integritas laporan keuangan.
c. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh spesialisasi
industri auditor terhadap integritas laporan keuangan.
d. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh audit brand
name terhadap integritas laporan keuangan.
e. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh komisaris
independen, komite audit, spesialisasi industri auditor dan audit
brand name secara simultan terhadap integritas laporan keuangan. 2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
bagi kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Adapun penjelasan
manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kontribusi Teoritis
1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat
sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan
pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan terutama
yang berkaitan dengan komisaris independen, komite audit,
spesialisasi industri auditor, audit brand name, dan integritas
(34)
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi untuk mengetahui
integritas laporan keuangan dan menambah pengetahuan
terhadap akuntansi.
3) Bagi peneliti, dapat digunakan untuk membandingkan teori
akuntansi yang didapat dibangku kuliah dengan kenyataan
yang ada dilapangan. Sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai auditing, terutama komisaris
independen, komite audit, spesialisasi industri auditor, audit
brand name, dan integritas laporan keuangan. b. Kontribusi Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
1) Bagi perusahan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi dalam menyajikan laporan keuangan yang lebih
integritas sehingga berguna bagi pengambilan keputusan.
2) Bagi praktisi akuntan publik terutama auditor sebagai suatu
tinjuan yang dapat bermanfaat dalam rangka menyediakan
informasi yang berkualitas bagi para pemakai laporan
keuangan.
3) Bagi pemerintah atau Bapepam, diharapkan penelitian ini
dapat dijadikan pengawasan bagi perusahaan untuk lebih
meningkatkan penyajian laporan keuangan yang lebih
(35)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur
1.Teori Agensi
Agency theory atau disebut teori agensi menjelaskan hubungan
antara pihak pemilik (principal) dengan pihak agen (agent). Hal ini
diasumsikan bahwa pihak pemilik dan agen merupakan orang ekonomi
rasional yang semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi
(Nuratama, 2011). Menurut agency theory, adanya pemisahaan antara
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.
Menurut Rachmawati dan Triatmoko (2007) terjadinya konflik yang
disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu
prinsipal sebagai pihak yang memberi kontrak atau pemegang saham
dan agen sebagai pihak yang menerima kontrak dan mengelola dana
prinsipal. Teori agensi menurut Jansen dan Meckling (1976)
menyatakan bahwa hubungan agensi muncul karena satu atau lebih
pihak (principal) memperkejakan orang lain (agent) untuk mengelola
perusahaan dan mendelegasikan pengambilan keputusan.
Menurut Eisenhardt (1989) dalam Nuratama (2011) agency theory
dilandasi oleh beberapa asumsi. Asumsi-asumsi dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi
(36)
sifat mementingkan dirinya sendiri (self interest), memiliki keterbatasan
rasionalitas (bounded ratonality) dan tidak menyukai risiko (risk
aversion). Asumsi keorganisasian menekankan bahwa adanya konflik antar anggota organisasi dan adanya asimetri informasi antar pemilik
dan agen, sedangkan asumsi informasi menekankan bahwa informasi
sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.
Pemikiran bahwa pihak manajemen akan melakukan tindakan yang
hanya menguntungkan dirinya sendiri didasarkan asumsi bahwa setiap
orang memiliki sifat mementingkan diri sendiri atau self-interested
behavior (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Keinginan, motivasi dan utilitas yang tidak sama antara manajemen dengan pemegang saham
menimbulkan kemungkinan manajemen bertindak merugikan
pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung
melakukan kecurangan akuntansi.
Konflik keagenan dapat mengakibatkan adanya pihak manajemen
akan melaporkan laba oportunis untuk memaksimalkan kepentingan
dirinya. Hal ini dilakukan oleh agen untuk mendapatkan kompensasi
atas hasil kinerja yang tercermin dari laba. Salah satu cara agen untuk
memaksimalkan laba dengan melakukan earnings management. Hal ini
dikarenakan laba menjadi tolak ukur keberhasilan manajemen dalam
mengelola kegiatan operasi perusahaan. Sehingga agen berfokus untuk
meningkatkan laba dengan cara memyembunyikan beberapa kondisi
(37)
Akibatnya hubungan agensi antara pihak prinsipal dengan
manajemen menyebabkan asimetri informasi. Asimetri muncul sebagai
akibat adanya distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal
dengan agen (Jamaan, 2008). Idealnya, pihak prinsipal memperoleh
informasi yang sesuai untuk mengukur tingkat hasil yang diperoleh
selama perusahaan beroperasi yang diwujudkan dalam laporan
keuangan. Namun kenyataanya, beberapa agen berusaha untuk
menyembunyikan keadaan yang sebenarnya dari principal.
Menurut Rozania, et.al (2013) adanya informasi asimetri dapat
menimbulkan dua masalah potensi yaitu adverse selection dan moral
hazard. Adverse selection merupakan suatu keadaan dimana principal tidak mengetahui apakah dalam pengambilan suatu keputusan pihak
agent menggunakan informasi yang benar-benar terdapat di laporan
keuangannya. Adverse selection timbul karena manajemen memiliki
informasi yang lebih lengkap terhadap kondisi perusahaan
dibandingkan dengan principal. Moral hazard adalah suatu tindakan
yang dilakukan oleh agen yang tidak diketahui oleh principal, sehingga
agen dapat melaksanakan poin-poin yang tidak terdapat pada kontrak
kerja. Agen dapat melakukan tindakan yang melanggar kontrak antara
manajemen dengan pemegang saham atau tindakan yang melanggar
etika, diluar sepengetahuan pemegang saham (Scott, 2009 dalam
(38)
Teori agensi menyatakan bahwa konflik kepentingan dapat
diminimalkan dengan mekanisme corporate governance. Mekanisme
corporate governance berperan sebagai badan yang mengawasi dan memonitori hasil kerja yang dilakukan oleh pihak agen. Selain itu,
mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam
kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang lebih berkualitas.
Dengan adanya mekanisme corporate governance diharapkan dapat
berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada stakeholder
bahwa pihaknya akan menerima pengembalian atas dana yang telah
mereka investasi kepada perusahaan (Sabeni dan Nicolin, 2013).
Sehingga dengan adanya penerapan dari corporate governance,
diharapkan akan dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih
berkualitas.
Selain menggunakan mekanisme corporate governance untuk
meminimalisir konflik keagenan, perusahaan juga membutuhkan pihak
lain, yang bersifat independen sebagai mediator antara principal dan
agen. Pihak ketiga ini berguna untuk mengawasi perilaku agen apakah
terlalu bertindak sesuai dengan keinginan principal dan juga
memberikan informasi yang andal dan bermanfaat bagi principal yang
berkaitan dengan kelangsungan perusahaan. Auditor dianggap sebagai
pihak yang mampu menjembatani kepentingan principal dengan agen
dalam mengelola perusahaan (Setiawan, 2006 dalam Sabeni dan
(39)
2. Integritas Laporan Keuangan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 Paragraf 7
(Revisi 2009) laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari
posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan
merupakan hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
untuk berkomunikasi antara manajemen dengan pihak luar perusahaan
tentang data keuangan atau aktivitas perusahaan selama periode tertentu.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2002) dalam PSAK No.1
mengemukakan bahwa tujuan laporan keuangan untuk memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas yang bermanfaat
bagi sebagian besar kalangan pengguna dalam rangka membuat
keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.
Laporan keuangan harus memenuhi syarat guna menjamin keadaan
yang sebenarnya dan berisi fakta-fakta aktual terkait penyajian posisi
keuangan perusahaan (Okpala, 2012). Oleh karena itu, informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan juga harus andal. Informasi yang
memiliki kualitas andal yaitu apabila laporan keuangan tidak
menyesatkan, tidak terdapat kesalahan material, dan dapat diandalkan
pemakainya sebagai informasi yang jujur dan disajikan secara wajar.
Jamaan (2008) menyatakan bahwa laporan keuangan menyangkut
(40)
(faithfulness), dapat dipercaya (reliable), dan netralitas (neutrality) yang
dijelaskan sebagai berikut:
1) Kejujuran (faithfulness) berarti bahwa terdapat kesesuaian antara
satu ukuran keuangan atau penjelasan dan fenomena aktivitas
ekonomi yang diukur atau dijelaskan.
2)Dapat dipercaya (reliability) berarti bahwa seorang pengguna dapat
menggantungkan atau memiliki keyakinan pada informasi yang
dilaporkan.
3) Netral (neutrality) berarti bahwa informasi akuntansi harus netral,
atau tidak memihak yang memberikan dampak pada perilaku para
pengguna informasi.
Laporan keuangan dikatakan berintegritas apabila laporan
keuangan tersebut memenuhi kualitas reliability (Kieso, 2001). Menurut
Mayangsari (2005) dalam (Oktadella dan Zulaikha, 2010) laporan
keuangan yang berintegritas dapat dinilai dengan cara penggunaan
prinsip konservatisme dan penggunaan earning management karena
laporan keuangan dapat dikatakan reliable apabila laporan keuangan
tidak bersifat konservatif dan tidak disajikan overstated sehingga tidak
ada pihak yang dirugikan terkait informasi dalam laporan keuangan.
Integritas laporan keuangan adalah laporan keuangan yang menampilkan
kondisi suatu perusahaan yang sebenar-benarnya, tanpa ada yang
(41)
3. Konservatisme
Prinsip konservatisme merupakan prinsip kehati-hatian dalam
pelaporan keuangan dimana perusahaan tidak terburu-buru dalam
mengakui dan mengatur aktiva dan laba serta segera mengakui kerugian
dan utang yang mempunyai kemungkinan akan terjadi (Watts, 2003).
Menurut Penman dan Zhang (2002) dalam Untari dan Budiasi (2013)
bahwa konservatisme akuntansi merupakan suatu pemilihan metode dan
estimasi akuntansi yang menjaga nilai buku dari net assets relatif rendah.
Basu (1997) menjelaskan bahwa konservatisme tidak berarti bahwa
semua arus kas pendapatan harus diterima sebelum keuntungan diakui,
melainkan arus kas tersebut harus diverifikasi terlebih dahulu. Dalam hal
ini akuntan dikatakan cenderung memerlukan tingkat verifikasi yang
tinggi untuk mengakui kabar baik (good news) sebagai laba daripada saat
mengakui kabar buruk (bad news) sebagai rugi.
Praktik konservatisme terjadi karena standar akuntansi yang
berlaku mengizinkan perusahaan untuk memilih metode akuntansi dari
kumpulan metode yang dapat diterapkan dalam kondisi yang sama,
sehingga perusahaan dapat memilih salah satu metode akuntansi yang
dirasa paling tepat (Widya, 2004 dalam Jamaan 2008). Setiap metode
akuntansi mempunyai tingkat konservatisme yang berbeda. Pemilihan
metode akuntansi akan berpengaruh terhadap angka-angka yang
disajikan dalam laporan keuangan, baik neraca maupun laporan laba-rugi
(42)
Praktik akuntansi konservatif akan membebankan biaya mengakui
rugi pada periode terjadinya, sebaliknya mengakui pendapatan dan
keuntungan apabila benar-benar telah terealisasi, sehingga laba yang
dihasilkan akan lebih rendah pada periode bersangkutan dibandingkan
apabila perusahaan yang menganut prinsip yang lebih optimis. Apabila
periode berikutnya tidak terjadi atau terjadi penurunan biaya, atau
pendapatan telah terealisasi maka laba periode berikutnya akan
dilaporkan lebih tinggi untuk perusahaan yang menganut prinsip
konservatisme. Sehingga laba yang dilaporkan untuk perusahaan yang
menganut prinsip konservatisme cenderung lebih berfluktuatif daripada
perusahaan yang menganut prinsip akuntansi yang lebih optimis
(Hendriksen dan Van Breda, 2000).
Pada kenyataanya masih terdapat kontroversi mengenai penerapan
akuntansi konservatif. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa
penerapan konservatif akuntansi bermanfaat tetapi terdapat juga yang
menyatakan bahwa penerapan konservatif akan menimbulkan bias dalam
laporan keuangan.
a. Akuntansi Konservatif Tidak Bermanfaat
Meskipun prinsip konservatisme telah diakui dan digunakan
sebagai dasar laporan keuangan tetapi masih terdapat keraguan
manfaat konservatisme. Hal ini dikarenakan konservatisme dianggap
sebagai sistem akuntansi yang bias. Pendapat ini dipicu oleh defenisi
(43)
menunda pengakuan pendapatan dan keuntungan, sehingga menilai
aktiva lebih rendah dan kewajiaban lebih tinggi (Anggraini dan
Trisnawati, 2008). Sehingga akan menyebabkan laba periode masa
kini menjadi understatement dan menyatakan laba pada periode
berikutnya menjadi overstatement.
b. Akuntansi Konservatif Bermanfaat
Konsep konservatisme tetap disarankan untuk tetap digunakan
dalam praktik akuntansi. Hal ini dikarenakan akuntansi konservatif
dapat menguntungkan pada saat kontrak dengan pihak-pihak dalam
perusahan dengan luar perusahaan. Selain itu penggunaan prinsip
konservatisme ini akan meminimalisir asymmetry information yang
dilakukan oleh manajemen untuk membesar-besarkan laba.
Konservatisme juga berguna untuk mengurangi konflik kepentingan
antara manajemen dengan pemegang saham (Ahmed et.al, 2000
dalam Dewi, 2003). Konflik kepentingan dapat terjadi jika pemegang
saham berusaha mengambil keuntungan melalui pembayaran dividen
yang berlebihan. Untuk menghindari konflik manajemen cenderung
menggunakan akuntansi yang lebih konservatif.
4. Mekanisme Corporate Governance
Menurut Griffin (2002) dalam Susiana dan Herawaty (2007)
pengertian corporate governance adalah :
”The roles of shareholders, directors and other managers in corporate decision making.”
(44)
Sedangkan menurut Tunggal (2011:11) corporate governance
adalah hubungan antara stakeholders yang digunakan untuk menentukan
arah dan pengendalian kinerja suatu perusahaan. Corporate governance
yang efektif dapat menyelaraskan kepentingan manajer dengan
pemegang saham sehingga menghasilkan keunggulan kompetitif bagi
perusahaan.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) merumuskan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditor,
pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan internal dan
eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka.
Corporate governance yang efektif diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Adanya teori agensi yang menyatakan bahwa jika terdapat
pemisahan antara pemilik sebagai principal dan agen sebagai manajer
akan menimbulkan masalah agensi karena masing-masing selalu
berusaha memaksimalkan keuntungan untuk diri sendiri yang akan
menimbulkan biaya keagenan (agency cost). Menurut Nicolin dan
Sabeni (2013) salah satu cara untuk meminimalkan konflik keagenan
dengan penerapan mekanisme corporate governance. Dengan penerapan
corporate governance yang memiliki fungsi sebagai memonitor maka
akan memberikan keyakinan kepada stakeholder atas pengambalian
(45)
Peraturan No. 1-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek
bersifat ekuitas di bursa huruf C-1, dimana dalam rangka penyenggraan
pengelolaan yang baik (good corporate governance), perusahaan tercatat
wajib memiliki (Susiana dan Herawaty, 2007):
1. Komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional
sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan
pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah
komisaris independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh
persen) dari jumlah seluruh komisaris.
2. Komite audit yang terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang
komisaris independen dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang
anggota lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik.
3. Sekretaris perusahaan
Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001) dalam
Jamaan (2008) menyatakan penerapan corporate governance bermanfaat
sebagai berikut:
1) Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan
kepada stakeholders.
2) Mengurangi kemampuan manajemen untuk melakukan
(46)
3) Mengembalikan kepercayaan investor asing untuk menanamkan
modalnya di Indonesia.
4) Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih
murah dan tidak kaku (faktor kepercayaan) yang pada akhirnya
akan meningkatkan corporate value.
Dalam penelitian ini mekanisme corporate governance yang
dipakai untuk penelitian ini menggunakan komisaris independen dan
komite audit. Hal ini dikarenakan dalam mencapai integritas laporan
keuangan tidak hanya dilihat dari pihak internal tetapi pihak eksternal
tidak luput dari salah satu faktornya. Oleh karena itu komisaris
independen dan komite audit yang digunakan untuk melihat pengaruh
terhadap integritas laporan keuangan. Berikut ini dijelaskan mengenai
komisaris independen dan komite audit sebagai berikut:
a. Komisaris Independen
Definisi komisaris independen menurut ketentuan Bapepam
No.Kep-29/PM/2004 adalah :
“Anggota komisaris yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai saham, baik langsung maupun tidak
langsung melalui emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai
afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik, Komisaris, Direksi
atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik serta
(47)
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik.”
Keberadaan komisaris indepeden dapat menjadi penyeimbang
dalam pengambilan keputusan ekonomi khususnya dalam rangka
perlindungan terhadap pemegang saham terutama pemegang saham
minoritas (Nicolin dan Sabeni, 2013).
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/ 2014
tentang direksi dan dewan komisaris emiten atau perusahaan public
menjelaskan dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan yang baik,
perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen
jumlahnya secara proposional sebanding dengan jumlah saham yang
dimiliki oleh bukan Pemegang Saham Pengendali (minoritas)
dengan ketentuan jumlah komisaris independen
sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh komisaris.
Mengacu pada keputusan Bapepam No. Kep-29/PM/2004
kriteria komisaris independen yaitu:
1) Komisaris independen bukan merupakan orang yang bekerja atau
mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan,
memimpin, mengendalikan, atau mengawasi emiten atau
perusahan publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir.
2) Komisaris independen tidak mempunyai saham baik langsung
(48)
3) Komisaris independen tidak mempunyai hubungan afiliasi
dengan emiten atau perusahaan publik, anggota dewan komisaris,
anggota direksi, atau pemegang saham atau perusahaan publik.
4) Komisaris independen tidak mempunyai hubungan usaha baik
langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan
usaha emiten atau perusahaan publik tersebut.
Komisaris independen merupakan pihak yang mempunyai
tanggung jawab untuk mendorong diterapkannya prinsip good
corporate governance di dalam perusahaan melalui pemberdayaan
dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan
pemberi nasihat kepada manajer secara efektif dan ebih memberikan
nilai tambah bagi perusahaan (Rozania, et.al, 2013). Sehingga
memungkinkan dengan adanya komisaris independen dapat
memberikan laporan keuangan yang berkualitas.
b. Komite Audit
Berdasarkan surat keputusan Ketua BAPEPAM KEP
29/PM/2004, pembentukan komite audit merupakan suatu
keharusan. Komite audit merupakan komponen vital dalam stuktur
corporate governance untuk mendukung akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan yang berkualitas.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance
(KNKCG) komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan
(49)
kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas
lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan komite audit.
Keputusan Ketua Bapepam Kep-29/PM/2004 menyatakan
bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan
bertanggungjawab kepada dewan komisaris dalam membantu
melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Hal ini terutama
berkaitan dengan manfaat komite audit di perusahaan untuk
mengoptimalkan fungsi pengawasan yang sebelumnya merupakan
tanggung jawab dari dewan komisaris.
Menurut Susiana dan Herawaty (2007) keberadaan komite audit
dapat memberikan fungsi untuk memberikan pandangan mengenai
masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan,
akuntansi dan pengendalian intern. Sehingga dapat dikatakan bahwa
komite audit merupakan kepanjang tanganan dari dewan komisaris
untuk mengawasi kegiatan manajemen.
Peraturan Bapepam No.KEP-29/PM/2004 menyatakan bahwa
komite audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada dewan
komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang memerlukan perhatian
komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan
dengan tugas dewan komisaris, antara lain meliputi:
1. Melakukan penelahaan atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan
(50)
2. Melakukan penelahaan atas ketaatan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal dan
peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan
kegiatan perusahaan.
3. Melakukan penelahaan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh
auditor internal.
4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi
perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi.
5. Melakukan penelahaan dan melaporkan kepada dewan
komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten.
6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.
Sehingga peran sentral komite audit sebagai pengawas sistem
keuangan dan transparansi pelaporan perusahaan, dengan demikian
transparansi informasi yang diungkap manajemen sangat ditentukan
oleh keberhasilan komite audit dalam menjalankan tugasnya
5. Spesialisasi Industri Auditor
Setiap perusahaan memiliki spesialisasi di bidang mana
perusahaan tersebut bergerak. Sehingga auditor memiliki suatu keahlian
atau spesialisasi agar dapat memberikan hasil audit yang lebih baik.
Solomon, et.al (1999) dalam Romanus, et.al (2008:391) menyatakan
bahwa spesialisasi industri auditor adalah pemahaman serta kemampuan
(51)
dan pelatihan khusus mengenai audit suatu industri tertentu sehingga
dapat meningkatkan kualitas audit.
Audit yang dilakukan diperusahaan yang berbeda spesialisasi pun
berbeda karena kegiatan operasionalnya berbeda. Spesialisasi auditor
berkontribusi pada kredibilitas yang diberikan auditor hal ini
dikarenakan auditor spesialis diyakini mampu mendeteksi
kesalahan-kesalahan secara lebih baik, meningkatkan efesiensi dan meningkatkan
penilaian tentang kejujuran laporan keuangan.
Pengetahuan yang harus dimiliki auditor tidak hanya pengetahuan
mengenai pengauditan dan akuntansi melainkan juga industri perusahaan
klien. Pengetahuan yang lebih mendalam yang dimiliki oleh auditor
spesialis memberikan kualitas audit laporan keuangan yang lebih baik
(Nicolin dan Sabeni, 2013).
Kemampuan auditor untuk meningkatkan hasil dari kualitas audit
dapat dilakukan dengan mengikuti pelatihan dan pengalaman
melaksanakan audit. Menurut Rozania et.al (2013) jika auditor memiliki
kemampuan dalam industri klien, secara relatif akan meningkatkan
kualitas audit yang lebih tinggi, sehingga akan meningkatkan kualitas
laba, sedangkan jika auditor tidak memiliki kemampuan dalam industri
kliennya, akan memberikan kualitas audit yang lebih rendah. Aspek
spesialisai industri dapat mempengaruhi kualitas audit oleh KAP,
disamping karakteristik industri yang berpengaruh pada suatu
(52)
perbedaan ini membutuhkan keahlian tertentu untuk bisa mendeteksi
dengan lebih baik seberapa besar pengaruh tersebut.
Spesialisasi industri auditor adalah banyaknya jasa atestasi atau
banyaknya klien industri sejenis yang dikerjakan atau ditangani oleh
auditor KAP dalam tahun pengamatan. Sehingga semakin banyak
auditor yang memberikan jasa audit dalam satu industri maka akan
meningkatkan wawasan dan pemahaman yang komprehensif bagi
auditor untuk mendeteksi adanya kecurangan dalam laporan keuangan.
Aspek spesialisasi industri auditor dapat mempengaruhi kualitas audit
oleh KAP, disamping karakteristik industri yang berpengaruh pada suatu
perusahaan lebih besar dibanding perusahaan dengan perusahaan lain
(Jamaan, 2008).
6. Audit Brand Name
Dalam melakukan audit, perusahaan menggunakan jasa Kantor
Akuntan Publik (KAP) dalam mengaudit laporan keuangannya. Pada
umumnya calon auditee menggunakan jasa KAP yang telah memiliki
reputasi atau nama baik untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan (Darmiari dan Ulupui, 2014). Sehingga tidak jarang untuk
meningkatan nilai tambah KAP dalam menarik calon auditee,
umumnya beberapa KAP memilih untuk berafiliasi dengan KAP
internasional.
KAP name atau audit brand name tercermin dari Kantor Akuntan
(53)
(KAPA) atau Organisasi Audit Asing (OAA) (Jamaan, 2008). KAP
lokal yang berafiliasi dengan KAPA atau OAA dianggap memiliki
standar mutu, pengalaman, dan keahlian yang lebih besar
dibandingkan dengan KAP yang tidak berafiliasi dengan asing (Sari,
2013).
Dengan adanya kerjasama dengan KAP asing dianggap dapat
memberikan hasil audit yang lebih berkualitas daripada KAP yang
tidak berafiliasi karena KAP yang berafiliasi dinilai memiliki
pemahaman dan wawasan yang lebih luas dalam mengaudit
perusahaan. Menurut Giri (2010) KAP bereputasi cenderung
menunjukan kemapuan auditor untuk bersikap independen dan
melaksanakan audit secara profesional sebab KAP menjadi tidak
bergantung secara ekonomi kepada klien. Sehingga klien tidak dapat
mepengaruhi opini auditor.
KAP yang berafiliasi dengan KAPA ataupun OAA berusaha
untuk meningkatkan kualitas audit sehingga dapat mendeteksi adanya
manajemen laba karena mereka memiliki pengetahuan yang cukup dan
dapat mencegah tindakan manajemen laba yang oportunis oleh klien
(Sari, 2013). KAP yang mencantumkan nama KAPA atau OAA pada
nama kantor, kepala surat, dokumen, dan media lainnya diasumsikan
sebagai big KAP, setelah mendapat persetujuan dari Sekretaris Jendral
(54)
B. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil penelitian sebelumnya mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu: integritas laporan keuangan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu No Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Keneth Enoch Okpala (2012)
Audit Committee and Integrity of Financial Statements: A preventive Mechanism for Corporate Failure.
Variabel komite audit dan integritas laporan keuangan.
Variabel komisaris independen,
spesialisasi industri dan audit brand name.
Terdapat pengaruh signifikan antara komite audit dan integritas laporan keuangan.
2 Wuchun Chi, Chiawen Liu, dan Taychang Wang (2009)
What Affects Accounting Conservatism: A Corporate Governance Prespective. Variabel corporate governance yaitu komisaris independen. Variabel independen menggunakan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kompetensi dewan komisaris dan peran CEO.
Kepemilikan institusional memiliki peran untuk memperkecil tindakan akuntansi konservatif. Sedangkan peran CEO atas dualitas perannya dapat memperbesar tindakan akuntansi konservatif.
(55)
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Penggunaan indeks konservatif
menggunakan indeks C-Score.
3 Robin N.
Romanus, John J. Maher, dan Damon M.Fleming (2008) Auditor Industri Specialization, Auditor Changes, and Accounting Restatements Variabel independen spesialisasi industri auditor. Variabel accounting restatements, perubahan auditor, mekanisme corporate governance , kuailtas audit dan integrasi laporan keuangan.
Perubahan auditor dari nonspesialis menjadi spesialis meningkatkan penyajian kembali dan perubahan auditor dari spesialis menjadi non spesialis mengurangi penyajian kembali.
Spesialisasi industri peran auditor
meningkatkan kualitas proses laporan keuangan. 4 Rozania, Ratna
Anggraini ZR, Marsellisa Nindito (2013) Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Pergantian Auditor, dan Spesialisasi Industri Auditor terhadap Integritas Laporan Keuangan. Variabel independen corporate governance (komisaris independen dan komite audit) spesialisasi industri auditor. Variabel dependen Variablel independen audit brand name. Sampel perusahaan non-keuangan tahun 2008-2011.
Variabel mekanisme corporate governance, pergantian auditor dan spesialisasi industri auditor berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Sementara variabel
(56)
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
integritas laporan keuangan.
pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan
5 Lita Nurjanah dan Dudi Pratomo (2013)
Pengaruh Komite Audit, Komisaris Independen dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan.
Variabel independen komite audit dan komisaris independen. Variabel dependen integritas laporan keuangan. Variablel independen kualitas audit, spesialisasi industri auditor dan audit brand name. Sampel penelitian perusahaan manufaktur tahun 2012.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komite audit dan komisaris independen berpengaruh tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan kualitas audit memiliki pengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
6 Ocktavia Nicolin dan Arifin Sabeni (2013)
Pengaruh Struktur Corporate
Governance,Audit Tenure, dan Spesialisasi Industri Auditor Terhadap Integritas Laporan
Keuangan
Variabel independen komisaris independen, komite audit dan spesialisasi industri auditor . Variabel dependen integritas laporan Variabel independen kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi dan audit brand name.
Sampel perusahaaan adalah perusahaan
Komisaris independen dan komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
Sedangkan kepemilikan manajerial , kepemilikan institusional, audit tenure Bersambung ke halaman selanjutnya
(57)
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
keuangan. manufaktur tahun 2008-2011.
Indeks konservatisme menggunakan indeks C-Skor
dan spesialisasi industri auditor tidak
berpengaruh.
7 Pancawati Hardiningsih (2010)
Pengaruh Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan.
Variabel independen komisaris independen dan komite audit.
Variabel independen independensi, kualitas audit, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan konstitusional. Data akuntansi diambil dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Sampel merupakan perusahaan manufaktur. Independensi auditor, komite audit, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
8 Jama’an (2008)
Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap
Variabel independen komisaris independen, komite audit, kualitas KAP audit brand
Variabel independen kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan. Variabel corporate governancedan kualitas kantor akuntan publik yang diproksikan sebagai
(58)
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Integritas Informasi Laporan Keuangan. name, spesialisasi industri auditor. Variabel dependen integritas laporan keuangan. Sampel merupakan perusahaan bank. Sampel merupakan perusahaan manufaktur, industri, jasa, perdagangan dan property.
Data berasal dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory) tahun 2003-2007. Indeks konservatisme menggunakan indeks conservatism. spesialisasi industri auditor dan audit brand name berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
9 Susiana dan Arleen Herawaty (2007)
Analisis Pengaruh
Independensi, Mekanisme Corporate Governance,dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Mekanisme corporate governance dan integritas laporan keuangan. Variabel independen independensi dan kualitas audit. Sampel perusahan digunakan hanya perusahaan yang tergolong tidak Independensi, mekanisme corporate governance dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
(59)
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
teregulasi.
Indeks konservatisme menggunakan indeks conservatism
(60)
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat digambarkan pada
gambar 2.1
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
GAP
Prinsip konservatisme yang merupakan prinsip kehati-hatian terhadap laporan keuangan dalam menghadapi ketidakpastian justru menurunkan integritas laporan
keuangan Kasus- kasus skandal akuntansi
terkait laporan keuangan perusahaan atas perintah
manajemen
Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kasus manipulasi laporan keuangan perusahaan.
Basis Teori: Agency Theory
Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)
Integritas Laporan Keuangan
Model Regresi: Analisis Regresi
Regresi Liner Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, dan Saran Mekanisme Corporate Governance:
1. Komisaris Independen (X1)
2. Komite Audit (X2)
Spesialisasi Industri Auditor (X3)
(61)
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Komisaris Independen dan Integritas Laporan Keuangan
Komisaris independen dalam suatu perusahaan dapat menjadi
penengah apabila terjadi perselisihan antar internal manajer maupun
antara manajer dengan pemegang saham serta dapat mengawasi arah
kebijakan-kebijakan. Selain menjadi perantara antara manajer dengan
pemegang saham, keberadaan komisaris independen dalam suatu
perusahaan dapat menjadi penyeimbang dalam pengambilan
keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang
saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait (Oktadella dan
Zulaikha, 2010).
Keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan dapat
mempengaruhi kecenderungan laporan keuangan yang dihasilkan oleh
manajemen lebih berintegritas, karena di dalam perusahaan terdapat
badan yang memonitoring secara langsung dan melindungi
pihak-pihak diluar manajemen.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rozania et.al (2013)
yang meneliti variabel mekanisme corporate governance, pergantian
auditor, dan spesialisasi industri auditor terhadap integritas laporan
keuangan menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh
terhadap integritas laporan keuangan.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Jama’an (2008) serta Nicolin dan Sabeni (2013) menyatakan hasil yang sama berkaitan
(62)
dengan komisaris independen yang berpengaruh terhadap integritas
laporan keuangan. Perusahaan dengan proporsi dewan komisaris
independen yang besar memiliki integritas laporan keuangan yang
lebih besar.
Berdasarkan temuan empiris dari penelitian terdahulu, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian mengenai pengaruh
komisaris independen terhadap integritas laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
H1: Komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan.
2. Komite Audit dan Integritas Laporan Keuangan
Komite audit merupakan salah satu komite yang dibentuk oleh
dewan direksi dan memiliki peranan penting dalam terciptanya
corporate governance. Komite audit bertugas memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan agar standar dan
kebijakan keuangan yang berlaku telah terpenuhi, memeriksa ulang
laporan keuangan sudah sesuai dengan standar dan kebijaksanaan
yang berlaku dan konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh
anggota komite dan menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya
yang diajukan auditor eksternal (Sabeni dan Nicolin, 2013).
Sesuai dengan fungsi dan tujuan dibentuknya komite audit, salah
satunya menjadi pengawas terhadap tindakan manajemen yang
(63)
keuangan sehingga laporan keuangan yang dihasilkan tidak
menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku
umum, maka sedikit banyak keberadaan dan efektivitas komite audit
dalam perusahaan berpengaruh terhadap kualitas dan integritas
laporan keuangan yang dihasilkan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nicolin dan Sabeni
(2013) bahwa komite audit memiliki pengaruh terhadap terciptanya
integritas laporan keuangan. Penelitian ini didukung dengan
penelitian lain seperti, Oktadella dan Zulaikha (2010) dan Rozania,
et.al (2013) yang menyatakan bahwa komite audit memiliki pengaruh untuk menciptakan integritas laporan keuangan. Hal ini dikarenakan
perusahaan dengan anggota komite audit yang banyak memiliki
integritas laporan keuangan yang lebih besar.
Berdasarkan temuan empiris dari penelitian terdahulu, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian mengenai pengaruh komite
audit terhadap integritas laporan keuangan adalah sebagai berikut:
H2: Komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan
3. Spesialisasi Industri Auditor dan Integritas Laporan Keuangan Spesialisasi auditor berkontribusi pada kredibilitas yang
diberikan auditor. Pengetahuan yang harus dimilki auditor tidak hanya
pengetahuan mengenai pengauditan dan akuntansi melainkan juga
industri perusahaan klien. Kecenderungan perusahaan yang memiliki
(64)
berkualitas untuk menghindari adanya tuntutan hukum dan
kecurangan atas laporan keuangan. Sehingga, laporan keuangan yang
dihasilkan memiliki tingkat keintegritasan yang lebih tinggi (Nicolin
dan Sabeni, 2013).
Auditor spesialis memiliki pemahaman yang komprehensif
mengenai karakteristik perusahaan sehingga lebih mungkin untuk
mendeteksi kekeliruan dan penyimpangan yang terjadi dalam
pelaporan keuangan (Wahyuni dan Fitryany, 2008). Kemampuan
auditor spesialis untuk memberikan kualitas audit yang lebih baik
berasal dari pengalaman banyaknya perusahaan yang diaudit dalam
industri yang sama dan mempelajari praktik-praktik terbaik di suatu
industri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jamaan (2008)
tentang pengaruh mekanisme corporate governance dan kualitas
kantor akuntan publik terhadap integritas laporan keuangan, hasilnya
menunjukan bahwa spesialisasi industri auditor berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan. Hasil yang sama ditemukan dalam
penelitian Rozania et.al (2013) bahwa spesialisasi industri auditor
memberikan kualitas audit yang lebih tinggi karena auditor memiliki
wawasan yang lebih baik pada industri klien, sehingga memudahkan
untuk mendeteksi adanya kesalahan dalam penyajian laporan
keuangan dan menghasilkan laporan keuangan yang lebih
(65)
Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih (2010)
dan Nicolin dan Sabeni (2013) menunjukan bahwa spesialisai industri
auditor tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
Berdasarkan temuan empiris dari penelitian terdahulu, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian mengenai pengaruh
spessialisasi industri auditor terhadap integritas laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
H3 : Spesialisasi industri auditor berpengaruh terhadap integritas
laporan keuangan
4. Audit Brand Name dan Integritas Laporan Keuangan
Audit merupakan salah satu biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam rangka meminimalisir terjadinya masalah agensi
(agency problems) dan informasi asimetris (Primadita dan Fitriany,
2012). Auditor bertanggungjawab untuk memberikan keyakinan
bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen dapat dipercaya
sebagai dasar dalam membuat keputusan (Sagara dan Jalil, 2013:8).
Sehingga sebagian besar perusahaan mempercayakan jasa audit pada
KAP yang bereputasi. KAP bereputasi dapat menunjukan kemampuan
untuk bersikap independen dan melaksanakan audit secara
profesional, sebab KAP menjadi kurang tergantung secara ekonomi
kepada klien. Klien juga kurang dapat mempengaruhi oipini auditor
(66)
KAP bereputasi indentik dengan KAP yang telah berafiliasi
dengan Kantor Akuntan Publik Asing (KAPA) atau Organisasi Audit
Asing (OAA). KAP afiliasi dianggap memiliki pengetahuan yang
cukup sehingga dapat mencegah tindakan manajemen laba yang
oportunis oleh klien (Nuratama, 2011). Sehingga dapat
meminimalkan tindak kecurangan pada laporan keuangan dan
meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan.
Penelitian Jamaan (2008) menyatakan bahwa audit brand name
memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan
karena KAP yang melakukan kerjasama dapat menjaga kualitas
kinerja KAP dengan afiliasi KAPA atau OAA. Tetapi penelitian Giri
(2010) dan Nuratama (2011) menyatakan KAP afilisi tidak memiliki
pengaruh untuk meminimalkan kecurangan dalam laporan keuangan.
Berdasarkan temuan empiris dari penelitian terdahulu, maka
hipotes yang diajukan dalam penelitian mengenai pengaruh audit
brand name terhadap integritas laporan keuangan adalah sebagai berikut:
H4: Audit brand name berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan.
5. Komisaris Independen, Komite Audit, Spesialisasi Industri Auditor, Audit Brand Name, dan Integritas Laporan Keuangan
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah semua
(1)
102
No
Kode
Perusahaan
ILK
LnILK
KI
KA
SPEC
KAPBN
71 ASRM
1,933,330,681
21.38
0.67
1
1
1
72 LPGI
32,857,762,091
24.22
0.33
1
1
1
73 PNIN
1,133,113,000,000
27.76
0.5
1
1
0
74 BBNI
-15,722,231,000,000
30.39
0.5
1
0
1
75 BBNP
614,146,711,000
27.14
0.5
1
0
1
76 BBRI
-120,812,791,000,000
32.43
0.63
3
1
1
77 BBTN
-12,028,159,300,000
30.12
0.5
2
1
1
78 BEKS
-63,993,000,000
24.88
0.5
1
0
1
79 BJBR
-6,703,984,000,000
29.53
0.57
3
1
1
80 BNBA
-1,092,008,611,060
27.72
0.67
1
1
1
81 BSIM
-3,695,689,000,000
28.94
0.67
1
0
1
82 BTPN
-6,912,236,000,000
29.56
0.5
1
0
1
83 INPC
-2,013,056,000,000
28.33
0.5
2
0
1
84 MCOR
-2,008,199,000,000
28.33
0.67
1
1
1
85 PNBN
91,836,983,000,000
32.15
0.5
1
1
1
86 SDRA
-5,242,190,000,000
29.29
0.75
1
1
1
87 ARTA
-14,992,572,157
23.43
0.5
1
1
1
88 OCAP
-11,951,716,168
23.2
0.33
1
1
1
89 ABDA
-129,582,603,000
25.59
0.33
1
1
1
90 ASJT
-6,627,760,898
22.61
0.5
1
1
1
91 ASRM
-46,637,054,260
24.57
0.5
1
1
1
92 LPGI
250,423,304,555
26.25
0.33
1
1
1
(2)
103
Lampiran 4
Hasil Output SPSS
1.
Uji Statistik Deskriptif
2.
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 23.538 1.592 14.788 .000
KI 1.787 1.835 .090 .974 .333 .969 1.032
KA 1.893 .415 .422 4.557 .000 .963 1.039
SPEC -1.431 .502 -.266 -2.849 .005 .945 1.058
KAPBN 1.383 1.202 .107 1.150 .253 .953 1.049
a. Dependent Variable: LnILK
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KI 92 .33 1.00 .5584 .13330
KA 92 1 4 1.26 .591
SPEC 92 0 1 .60 .493
KAPBN 92 0 1 .96 .205
LnILK 92 21.38 32.43 27.3903 2.64702
(3)
104
3.
Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea .20295
Cases < Test Value 46 Cases >= Test Value 46
Total Cases 92
Number of Runs 39
Z -1.677
Asymp. Sig. (2-tailed) .093
a. Median
4.
Uji Heterokedastisitas
a)
Grafik
Scatterplot
(4)
105
b)
Uji Glesjer
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.527 .950 1.606 .112
KI -.506 1.096 -.050 -.462 .645 .969 1.032
KA .102 .248 .044 .412 .682 .963 1.039
SPEC .439 .300 .159 1.466 .146 .945 1.058
KAPBN .145 .718 .022 .203 .840 .953 1.049
a. Dependent Variable: AbsUT
5.
Uji Normalitas
a)
Grafik P-Plot
(5)
106
b)
Grafik Histogram
c)
Uji Kolmogorov- Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 92
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.24492534 Most Extreme Differences Absolute .049
Positive .033
Negative -.049
Test Statistic .049
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
(6)
107
6.
Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .530a .281 .248 2.29595
a. Predictors: (Constant), KAPBN, KI, KA, SPEC b. Dependent Variable: LnILK
7.
Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 179.001 4 44.750 8.489 .000b
Residual 458.612 87 5.271
Total 637.613 91
a. Dependent Variable: LnILK
b. Predictors: (Constant), KAPBN, KI, KA, SPEC
8.
Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 23.538 1.592 14.788 .000
KI 1.787 1.835 .090 .974 .333
KA 1.893 .415 .422 4.557 .000
SPEC -1.431 .502 -.266 -2.849 .005
KAPBN 1.383 1.202 .107 1.150 .253