12 Tahun penelitian terdahulu menggunakan data keuangan pada
tahun 2008-2011, sedangkan penelitian kali ini menggunakan data keuangan tahun 2010-2014.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1.Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?
2.Apakah komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?
3.Apakah spesialisasi industri auditor berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?
4.Apakah audit brand name berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?
5. Apakah komisaris independen, komite audit, spesialisasi industri auditor dan audit brand name berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan maslaah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
13 a. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh komisaris
independen terhadap integritas laporan keuangan. b. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh komite audit
terhadap integritas laporan keuangan. c. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh spesialisasi
industri auditor terhadap integritas laporan keuangan. d. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh audit brand
name terhadap integritas laporan keuangan. e. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh komisaris
independen, komite audit, spesialisasi industri auditor dan audit brand name secara simultan terhadap integritas laporan keuangan.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Adapun penjelasan
manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kontribusi Teoritis
1 Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi
penelitian selanjutnya
dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan terutama
yang berkaitan dengan komisaris independen, komite audit, spesialisasi industri auditor, audit brand name, dan integritas
laporan keuangan.
14 2 Masyarakat, sebagai sarana informasi untuk mengetahui
integritas laporan keuangan dan menambah pengetahuan terhadap akuntansi.
3 Bagi peneliti, dapat digunakan untuk membandingkan teori akuntansi yang didapat dibangku kuliah dengan kenyataan
yang ada dilapangan. Sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai auditing, terutama komisaris
independen, komite audit, spesialisasi industri auditor, audit brand name, dan integritas laporan keuangan.
b. Kontribusi Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah: 1 Bagi perusahan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi dalam menyajikan laporan keuangan yang lebih integritas sehingga berguna bagi pengambilan keputusan.
2 Bagi praktisi akuntan publik terutama auditor sebagai suatu tinjuan yang dapat bermanfaat dalam rangka menyediakan
informasi yang berkualitas bagi para pemakai laporan keuangan.
3 Bagi pemerintah atau Bapepam, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan pengawasan bagi perusahaan untuk lebih
meningkatkan penyajian laporan keuangan yang lebih berintegritas
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1.Teori Agensi
Agency theory atau disebut teori agensi menjelaskan hubungan antara pihak pemilik principal dengan pihak agen agent. Hal ini
diasumsikan bahwa pihak pemilik dan agen merupakan orang ekonomi rasional yang semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi
Nuratama, 2011. Menurut agency theory, adanya pemisahaan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.
Menurut Rachmawati dan Triatmoko 2007 terjadinya konflik yang disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu
prinsipal sebagai pihak yang memberi kontrak atau pemegang saham dan agen sebagai pihak yang menerima kontrak dan mengelola dana
prinsipal. Teori agensi menurut Jansen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa hubungan agensi muncul karena satu atau lebih
pihak principal memperkejakan orang lain agent untuk mengelola
perusahaan dan mendelegasikan pengambilan keputusan.
Menurut Eisenhardt 1989 dalam Nuratama 2011 agency theory dilandasi oleh beberapa asumsi. Asumsi-asumsi dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki
16 sifat mementingkan dirinya sendiri self interest, memiliki keterbatasan
rasionalitas bounded ratonality dan tidak menyukai risiko risk aversion. Asumsi keorganisasian menekankan bahwa adanya konflik
antar anggota organisasi dan adanya asimetri informasi antar pemilik dan agen, sedangkan asumsi informasi menekankan bahwa informasi
sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.
Pemikiran bahwa pihak manajemen akan melakukan tindakan yang hanya menguntungkan dirinya sendiri didasarkan asumsi bahwa setiap
orang memiliki sifat mementingkan diri sendiri atau self-interested behavior Rachmawati dan Triatmoko, 2007. Keinginan, motivasi dan
utilitas yang tidak sama antara manajemen dengan pemegang saham menimbulkan
kemungkinan manajemen
bertindak merugikan
pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung
melakukan kecurangan akuntansi.
Konflik keagenan dapat mengakibatkan adanya pihak manajemen akan melaporkan laba oportunis untuk memaksimalkan kepentingan
dirinya. Hal ini dilakukan oleh agen untuk mendapatkan kompensasi atas hasil kinerja yang tercermin dari laba. Salah satu cara agen untuk
memaksimalkan laba dengan melakukan earnings management. Hal ini dikarenakan laba menjadi tolak ukur keberhasilan manajemen dalam
mengelola kegiatan operasi perusahaan. Sehingga agen berfokus untuk meningkatkan laba dengan cara memyembunyikan beberapa kondisi
dari prinsipal.
17 Akibatnya hubungan agensi antara pihak prinsipal dengan
manajemen menyebabkan asimetri informasi. Asimetri muncul sebagai akibat adanya distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal
dengan agen Jamaan, 2008. Idealnya, pihak prinsipal memperoleh informasi yang sesuai untuk mengukur tingkat hasil yang diperoleh
selama perusahaan beroperasi yang diwujudkan dalam laporan keuangan. Namun kenyataanya, beberapa agen berusaha untuk
menyembunyikan keadaan yang sebenarnya dari principal. Menurut Rozania, et.al 2013 adanya informasi asimetri dapat
menimbulkan dua masalah potensi yaitu adverse selection dan moral hazard. Adverse selection merupakan suatu keadaan dimana principal
tidak mengetahui apakah dalam pengambilan suatu keputusan pihak agent menggunakan informasi yang benar-benar terdapat di laporan
keuangannya. Adverse selection timbul karena manajemen memiliki informasi
yang lebih
lengkap terhadap
kondisi perusahaan
dibandingkan dengan principal. Moral hazard adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh agen yang tidak diketahui oleh principal, sehingga
agen dapat melaksanakan poin-poin yang tidak terdapat pada kontrak kerja. Agen dapat melakukan tindakan yang melanggar kontrak antara
manajemen dengan pemegang saham atau tindakan yang melanggar etika, diluar sepengetahuan pemegang saham Scott, 2009 dalam
Primadita dan Fitriany, 2012.
18 Teori agensi menyatakan bahwa konflik kepentingan dapat
diminimalkan dengan mekanisme corporate governance. Mekanisme corporate governance berperan sebagai badan yang mengawasi dan
memonitori hasil kerja yang dilakukan oleh pihak agen. Selain itu, mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam
kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang lebih berkualitas. Dengan adanya mekanisme corporate governance diharapkan dapat
berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada stakeholder bahwa pihaknya akan menerima pengembalian atas dana yang telah
mereka investasi kepada perusahaan Sabeni dan Nicolin, 2013. Sehingga dengan adanya penerapan dari corporate governance,
diharapkan akan dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih
berkualitas.
Selain menggunakan mekanisme corporate governance untuk meminimalisir konflik keagenan, perusahaan juga membutuhkan pihak
lain, yang bersifat independen sebagai mediator antara principal dan agen. Pihak ketiga ini berguna untuk mengawasi perilaku agen apakah
terlalu bertindak sesuai dengan keinginan principal dan juga memberikan informasi yang andal dan bermanfaat bagi principal yang
berkaitan dengan kelangsungan perusahaan. Auditor dianggap sebagai pihak yang mampu menjembatani kepentingan principal dengan agen
dalam mengelola perusahaan Setiawan, 2006 dalam Sabeni dan Nicolin, 2013.
19
2. Integritas Laporan Keuangan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 Paragraf 7 Revisi 2009 laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari
posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan merupakan hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
untuk berkomunikasi antara manajemen dengan pihak luar perusahaan tentang data keuangan atau aktivitas perusahaan selama periode tertentu.
Ikatan Akuntan
Indonesia IAI,
2002 dalam
PSAK No.1
mengemukakan bahwa tujuan laporan keuangan untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas yang bermanfaat
bagi sebagian besar kalangan pengguna dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Laporan keuangan harus memenuhi syarat guna menjamin keadaan yang sebenarnya dan berisi fakta-fakta aktual terkait penyajian posisi
keuangan perusahaan Okpala, 2012. Oleh karena itu, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan juga harus andal. Informasi yang
memiliki kualitas andal yaitu apabila laporan keuangan tidak menyesatkan, tidak terdapat kesalahan material, dan dapat diandalkan
pemakainya sebagai informasi yang jujur dan disajikan secara wajar. Jamaan 2008 menyatakan bahwa laporan keuangan menyangkut
keandalan informasi akuntansi yang dihasilkan yaitu kejujuran
20 faithfulness, dapat dipercaya reliable, dan netralitas neutrality yang
dijelaskan sebagai berikut:
1 Kejujuran faithfulness berarti bahwa terdapat kesesuaian antara satu ukuran keuangan atau penjelasan dan fenomena aktivitas
ekonomi yang diukur atau dijelaskan. 2 Dapat dipercaya reliability berarti bahwa seorang pengguna dapat
menggantungkan atau memiliki keyakinan pada informasi yang dilaporkan.
3 Netral neutrality berarti bahwa informasi akuntansi harus netral,
atau tidak memihak yang memberikan dampak pada perilaku para pengguna informasi.
Laporan keuangan dikatakan berintegritas apabila laporan keuangan tersebut memenuhi kualitas reliability Kieso, 2001. Menurut
Mayangsari 2005 dalam Oktadella dan Zulaikha, 2010 laporan keuangan yang berintegritas dapat dinilai dengan cara penggunaan
prinsip konservatisme dan penggunaan earning management karena laporan keuangan dapat dikatakan reliable apabila laporan keuangan
tidak bersifat konservatif dan tidak disajikan overstated sehingga tidak ada pihak yang dirugikan terkait informasi dalam laporan keuangan.
Integritas laporan keuangan adalah laporan keuangan yang menampilkan kondisi suatu perusahaan yang sebenar-benarnya, tanpa ada yang
disembunyikan.
21
3. Konservatisme