23 menunda pengakuan pendapatan dan keuntungan, sehingga menilai
aktiva lebih rendah dan kewajiaban lebih tinggi Anggraini dan Trisnawati, 2008. Sehingga akan menyebabkan laba periode masa
kini menjadi understatement dan menyatakan laba pada periode berikutnya menjadi overstatement.
b. Akuntansi Konservatif Bermanfaat Konsep konservatisme tetap disarankan untuk tetap digunakan
dalam praktik akuntansi. Hal ini dikarenakan akuntansi konservatif dapat menguntungkan pada saat kontrak dengan pihak-pihak dalam
perusahan dengan luar perusahaan. Selain itu penggunaan prinsip konservatisme ini akan meminimalisir asymmetry information yang
dilakukan oleh manajemen untuk membesar-besarkan laba. Konservatisme juga berguna untuk mengurangi konflik kepentingan
antara manajemen dengan pemegang saham Ahmed et.al, 2000 dalam Dewi, 2003. Konflik kepentingan dapat terjadi jika pemegang
saham berusaha mengambil keuntungan melalui pembayaran dividen yang berlebihan. Untuk menghindari konflik manajemen cenderung
menggunakan akuntansi yang lebih konservatif.
4. Mekanisme Corporate Governance
Menurut Griffin 2002 dalam Susiana dan Herawaty 2007
pengertian corporate governance adalah :
”The roles of shareholders, directors and other managers in corporate decision making.
”
24 Sedangkan menurut Tunggal 2011:11 corporate governance
adalah hubungan antara stakeholders yang digunakan untuk menentukan arah dan pengendalian kinerja suatu perusahaan. Corporate governance
yang efektif dapat menyelaraskan kepentingan manajer dengan pemegang saham sehingga menghasilkan keunggulan kompetitif bagi
perusahaan. Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI
merumuskan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditor,
pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka.
Corporate governance yang efektif diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Adanya teori agensi yang menyatakan bahwa jika terdapat pemisahan antara pemilik sebagai principal dan agen sebagai manajer
akan menimbulkan masalah agensi karena masing-masing selalu berusaha memaksimalkan keuntungan untuk diri sendiri yang akan
menimbulkan biaya keagenan agency cost. Menurut Nicolin dan Sabeni 2013 salah satu cara untuk meminimalkan konflik keagenan
dengan penerapan mekanisme corporate governance. Dengan penerapan corporate governance yang memiliki fungsi sebagai memonitor maka
akan memberikan keyakinan kepada stakeholder atas pengambalian return yang mereka investasikan Jamaan, 2008.
25 Peraturan No. 1-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek
bersifat ekuitas di bursa huruf C-1, dimana dalam rangka penyenggraan pengelolaan yang baik good corporate governance, perusahaan tercatat
wajib memiliki Susiana dan Herawaty, 2007: 1. Komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional
sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah
komisaris independen sekurang-kurangnya 30 tiga puluh persen dari jumlah seluruh komisaris.
2. Komite audit yang terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen dan sekurang-kurangnya 2 dua orang
anggota lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. 3. Sekretaris perusahaan
Forum for Corporate Governance in Indonesia 2001 dalam Jamaan 2008 menyatakan penerapan corporate governance bermanfaat
sebagai berikut: 1 Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan
kepada stakeholders. 2 Mengurangi
kemampuan manajemen
untuk melakukan
tindakan-tindakan yang merugikan pemegang saham, maupun stakeholders yang lain.
26 3 Mengembalikan kepercayaan investor asing untuk menanamkan
modalnya di Indonesia .
4 Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak kaku faktor kepercayaan yang pada akhirnya
akan meningkatkan corporate value. Dalam penelitian ini mekanisme corporate governance yang
dipakai untuk penelitian ini menggunakan komisaris independen dan komite audit. Hal ini dikarenakan dalam mencapai integritas laporan
keuangan tidak hanya dilihat dari pihak internal tetapi pihak eksternal tidak luput dari salah satu faktornya. Oleh karena itu komisaris
independen dan komite audit yang digunakan untuk melihat pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Berikut ini dijelaskan mengenai
komisaris independen dan komite audit sebagai berikut:
a. Komisaris Independen
Definisi komisaris independen menurut ketentuan Bapepam
No.Kep-29PM2004 adalah :
“Anggota komisaris yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai saham, baik langsung maupun tidak
langsung melalui emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik, Komisaris, Direksi
atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik serta tidak memiliki hubungan usaha, baik langsung maupun tidak
27 langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau
perusahaan publik.” Keberadaan komisaris indepeden dapat menjadi penyeimbang
dalam pengambilan keputusan ekonomi khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham terutama pemegang saham
minoritas Nicolin dan Sabeni, 2013. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33POJK.04 2014
tentang direksi dan dewan komisaris emiten atau perusahaan public menjelaskan dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan yang baik,
perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen jumlahnya secara proposional sebanding dengan jumlah saham yang
dimiliki oleh bukan Pemegang Saham Pengendali minoritas dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-
kurangnya 30 tiga puluh persen dari jumlah seluruh komisaris. Mengacu pada keputusan Bapepam No. Kep-29PM2004
kriteria komisaris independen yaitu: 1 Komisaris independen bukan merupakan orang yang bekerja atau
mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi emiten atau
perusahan publik tersebut dalam waktu 6 enam bulan terakhir. 2 Komisaris independen tidak mempunyai saham baik langsung
maupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik.
28 3 Komisaris independen tidak mempunyai hubungan afiliasi
dengan emiten atau perusahaan publik, anggota dewan komisaris, anggota direksi, atau pemegang saham atau perusahaan publik.
4 Komisaris independen tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan
usaha emiten atau perusahaan publik tersebut. Komisaris independen merupakan pihak yang mempunyai
tanggung jawab untuk mendorong diterapkannya prinsip good corporate governance di dalam perusahaan melalui pemberdayaan
dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberi nasihat kepada manajer secara efektif dan ebih memberikan
nilai tambah bagi perusahaan Rozania, et.al, 2013. Sehingga memungkinkan dengan adanya komisaris independen dapat
memberikan laporan keuangan yang berkualitas.
b. Komite Audit
Berdasarkan surat
keputusan Ketua
BAPEPAM KEP
29PM2004, pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan. Komite audit merupakan komponen vital dalam stuktur
corporate governance untuk mendukung akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan yang berkualitas.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance KNKCG komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan
satu atau lebih anggota dewan komisaris dan dapat meminta
29 kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas
lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan komite audit. Keputusan Ketua Bapepam Kep-29PM2004 menyatakan
bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggungjawab kepada dewan komisaris dalam membantu
melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Hal ini terutama berkaitan dengan manfaat komite audit di perusahaan untuk
mengoptimalkan fungsi pengawasan yang sebelumnya merupakan tanggung jawab dari dewan komisaris.
Menurut Susiana dan Herawaty 2007 keberadaan komite audit dapat memberikan fungsi untuk memberikan pandangan mengenai
masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern. Sehingga dapat dikatakan bahwa
komite audit merupakan kepanjang tanganan dari dewan komisaris untuk mengawasi kegiatan manajemen.
Peraturan Bapepam No.KEP-29PM2004 menyatakan bahwa komite audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada dewan
komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan
dengan tugas dewan komisaris, antara lain meliputi: 1. Melakukan penelahaan atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya.
30 2. Melakukan penelahaan atas ketaatan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal dan peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan
kegiatan perusahaan. 3. Melakukan penelahaan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh
auditor internal. 4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi
perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi. 5. Melakukan penelahaan dan melaporkan kepada dewan
komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten. 6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.
Sehingga peran sentral komite audit sebagai pengawas sistem keuangan dan transparansi pelaporan perusahaan, dengan demikian
transparansi informasi yang diungkap manajemen sangat ditentukan oleh keberhasilan komite audit dalam menjalankan tugasnya
5. Spesialisasi Industri Auditor