Literatur Sejenis Pengujian Perangkat Lunak

2.13 Literatur Sejenis

Sebagai referensi tambahan dan pendukung penelitian, maka data tidak hanya dikumpulkan melalui membaca buku yang berkaitan dengan topik dan melakukan studi lapangan, namun juga dengan membaca dan mempelajari penelitian yang sejenis berkaitan dengan metode fuzzy. Berikut adalah contoh dari penelitian tersebut.Penulis mengambil literatur sejenis dari skripsi dengan judul sebagai berikut : 1. Skripsi dengan judul : “Sistem Penunjang Keputusan Kelayakan Pembiayaan Usaha Kecil Menengah UKM dengan Menggunakan Logika Fuzzy” Studi Kasus : Bank BPRS Mulya Artha oleh Siti Nurjannah tahun 2007. 2. Skripsi berjudul : “Sistem Informasi Penilaian Kinerja Pegawai Menggunakan Metode Fuzzy” Studi Kasus : Fakultas Sains Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah oleh Sanita tahun 2008. 3. Skripsi berjudul : “Sistem Penilaian Kinerja Operator OutBond Call” Studi Kasus : PT. Telkom oleh Fedri Arianto tahun 2010. Dari literatur sejenis tersebut penulis membandingkan sesuai dengan urutan sebagai berikut : Tabel 2.1 Perbandingan Literatur Sejenis No. Metode Fuzzy Kontribusi Kelemahan Studi Kasus Tahun 1 Tsukamoto Menggunakan tools Delphi dan Ms. Access Sistem yang dirancang belum bisa diakses oleh banyak user PT. BPRS Mulya Artha 2007 Pendekatan terstruktur Metode Penelitian RAD Rapid Application Development Menggunakan Penalaran yang Monoton 2 Tahani Menggunakan Borland Delphi dan Database Absolute Metode fuzzy hanya sampai tahap fuzzyfikasi Fakultas Sains Teknologi , UIN Syarif Hidayatull ah 2008 Pendekatan terstruktur Metode Penelitian Waterfall 3 Sugeno Menu pada aplikasi sekedar hasil penilaian saja Sistem yang dirancang belum efektif, karena belum bisa diakses oleh banyak user PTTelkom , Jakarta Pusat 2010 Berbasis web Pendekatan terstruktur Belum adanya perhitungan mengenai layak tidaknya hasil penilaian Metode Penelitian RAD Rapid Application Development

2.14 Pengujian Perangkat Lunak

Pengujian perangkat lunak adalah proses pemeriksaan atau evaluasi sistem atau komponen sistem secara manual atau oromatis untuk memverifikasi apakah sistem memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dispesifikasikan atau identifikasi perbedaan-perbedaan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang terjadi Hariyanto,2004:569. Terdapat dua teknik pengujian berdasarkan ketersediaan logik sistem, yaitu black box testing dan white box testing Hariyanto,2004:557. Menurut Nugroho 2010 pengujian tersebut yaitu : 1. Pengujian yang menspesifikasi bagaimana melakukan pengujian suatu use case atau skenario yang bersifak spesifik. Beberapa kasus pengujian memverifikasi hasil dari interaksi yang terjadi di antara actor dengan sistem. Yaitu meverifikasi apakah kondisi awal pre-condition dan kondisi akhir prost-condition yang dispesifikasi oleh use case terpenuhi, serta juga meverifikasi apakah urutan aksi-aksi yang dispesifikasi oleh use case memang diikuti. Pengujian ini disebut dengan ”blackbox testing” 2. Pengujian yang menspesifikasi bagaimana melakukan pengujian realisasi use case. Kasus pengujian disini mencakup didalamnya verifikasi interaksi komponen-komponen yang mengimplementasikan suatu use case tertentu. Pengujian ini disebut ”whitebox testing” Namun, dalam pembuatan perangkat lunak untuk aplikasi penilaian hasil terapi anak autis ini hanya menggunakan black box testing. Pengujian dilakukan untuk menjamin bahwa sistem telah melayani kebutuhan organisasi sehingga pengembang sistem akan mendapatkan pernyataan dari pengguna sistem berupa user acceptance test. Untuk mendapatkan user acceptance test dilakukan dua tahap pengujian yaitu Alpha testing dan Beta testing. Alpha testing adalah pengujian yang dilakukan oleh pengembang aplikasi sistem, pengujian dilakukan dengan menggunakan data pengujian. Tahap kedua adalah beta testing. Alpha testing tidak dapat menggambarkan volume data yang sebenarnya yang harus diproses oleh sistem, sehingga perlu pengujian dengan menggunakan data riil, bukan data pengujian. Pengguna sesungguhnya memonitor kesalahan yang terjadi dan perbaikan yang dibutuhkan. Beta testing inilah yang menentukan apakah sistem akan diterima atau harus dirancang ulang Al Fatta,2007:174. Klasifikasi black box testing mencakup beberapa pengujian, yaitu Simarmata, 2010: 1. Pengujian fungsional functional testing, merupakan pengujian fitur dan perilaku operasional produk untuk memastikan apakah mereka sesuai dengan spesifikasinya. Pengujian ini mengabaikan mekanisme internal sistem atau komponen dan hanya berfokus pada keluaran yang dihasilkan sebagai respon terhadap input yang dipilih dan kondisi eksekusi. 2. Pengujian tegangan stress testing, merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengevaluasi sistem atau komponen pada atau di luar batas persyaratan tertentu untuk menentukan beban dimana gagal dan bagaimana bisa gagal. Pengujian ini menggunakan tingkat simulasi beban yang sangat tinggi . 3. Pengujian beban load testing, merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengevaluasi pemenuhan sistem atau komponen dengan persyaratan kinerja yang ditetapkan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat tes otomatis untuk mensimulasikan sejumlah besar pengguna. 4. Pengujian khusus Ad-hoc testing, merupakan praktek pengujian untuk proyek-proyek dengan menggunakan metodologi tagile dimana pengembang diperlakukan sebagai pelanggan pengujian dan menekankan pada paradigma rancangan uji pertama 5. Pengujian penyelidikan exploratory testing, merupakan pengujian perangkat lunak yang menekankan pada kebebasan dan tanggung jawab tester untuk terus mengoptimalkan kualitas karyanya dengan memperlakukan tes yang berhubungan dengan pembelajaran, interpretasi uji desain, pelaksanaan tes, dan hasil pengujian sebagai kegiatan yang saling mendukung yang berjalan secara paralel sepanjang proyek 6. Pengujian usabilitas usability testing, merupakan teknik yang digunakan untuk mengevaluasi produk dengan mengujinya pada pengguna. Pengujian ini berfokus pada pengukuran kapasitas produk buatan manusia untuk memenuhi tujuan yang dimaksudkan 7. Pengujian asap smoke testing, merupakan sebuah tes cepat untuk menguji fungsi utama dari sebuah pekerjaan perangkat lunak. 8. Pengujian pemulihan recovery testing, merupakan pengujian yang bertujuan unutk memastikan bahwa program pulih dari hal-hal yang tidak diharapkan atau tidak terduga tanpa kehilangan data atau fungsi. Hal-hal yang dimaksud dapat berupa kekurangan disk space. 9. Pengujian volume volume testing, mengacu pada pengujian aplikasi perangkat lunak dengan jumlah tertentu dari data . Jumlah ini dapat berupa database atau bisa juga menjadi ukuran dari sebuah interface 10. Pengujian domain domain testing, merupakan pengujian yang bertujuan untuk memeriksa nilai-nilai yang diambil oleh sebuah variabel, kondisi, atau indeks dan untuk membuktikan bahwa mereka berada di luar kisaran tertentu atau valid. 11. Pengujian skenario scenario testing, merupakan definisi dari serangkaian kasus uji atau skrip tes dan urutan di mana mereka akan dieksekusi. 12. Pengujian regresi regression testing, pengujian ulang program sebelumnya diuji berikut modifikasi untuk memastikan bahwa kesalahan belum diperkenalkan atau ditemukan sebagai hasil dari perubahan yang dilakukan 13. Penerimaan pengguna user acceptance, merupakan pengujian yang dilakukan untuk memungkinkan pengguna pelanggan dalam menentukan apakah akan menerima sebuah produk perangkat lunak. Biasanya dilakukan untuk memvalidasi perangkat lunak memenuhi seperangkat kriteria penerimaan yang telah disepakati 14. Pengujian alfa alfa testing, merupakan simulasi pengujian operasional atau aktual oleh pengguna potensial pelanggan atau tim uji independen di situs pengembang. Pengujian alfa sering digunakan untuk off-the-shelf software sebagai bentuk pengujian penerimaan internal, sebelum perangkat lunak dilanjutkan ke pengujian beta. 15. Pengujian beta beta testing, dilakukan setelah pengujian alfa dan dapat dianggap sebagai bentuk eksternal pengujian penerimaan pengguna . Pengujian dari rilisnya suatu produk perangkat lunak yang dilakukan oleh pelanggan dan di luar tim pemrograman. 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam laporan tugas akhir. Dalam penelitian ini, menggunakan metodologi pengumpulan data dan metodologi pengembangan sistem.

3.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam menyelesaikan skripsi ini, baik dalam pengumpulan data maupun informasi yang diperlukan untuk mendapatkan kebenaran materi uraian pembahasan, penulis memperoleh data yang diinginkan melalui pengumpulan data dengan metode pengumpulan data yang terdiri dari :

3.1.1 Metode Wawancara

Metode ini dilakukan dengan cara mewawancarai seseorang yang ahli dalam bidangnya atau melakukan diskusi dengan seseorang yang mengerti terhadap materi bahasan agar mendapatkan bahan masukan dan data pendukung dalam penyusunan skripsi ini. Penulis melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah Khusus Tandur Childhood Centre dan guru-guru setempat untuk mengetahui permasalahan sistem saat ini dan membuat aturan fuzzy yang akan diterapkan pada sistem yang baru serta beberapa pakar psikologi. Hasil wawancara terlampir pada Lampiran.