Rancang Bangun Aplikasi Konsep Dasar Kecerdasan Buatan

10

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Rancang Bangun

Rancang atau merancang dapat diartikan sebagai mengatur atau merencanakan segala sesuatu sebelum bertindak, mengerjakan atau melakukan sesuatu, yang akan menghasilkan sebuah rancangan dalam bentuk apilkasi. Sedangkan bangun dapat diartikan sebagai cara dalam menyusun atau susunan yang merupakan suatu wujud, struktur dan sebagainya Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jadi, rancang bangun merupakan pengaturan dan perencanaan segala sesuatu untuk membangun atau menyusun suatu struktur yang ada untuk menghasilkan rancangan yang baru.

2.2 Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan atau penerapan suatu konsep yang menjadi pokok pembahasan. Aplikasi dapat diartikan juga sebagai program komputer yang dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang dirancang untuk penggunaan praktisi khusus, klasifikasi luas ini dapat dibagi menjadi 2 dua yaitu: 1. Aplikasi software spesialis, program dengan dokumentasi tergabung yang dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. 2. Aplikasi paket, suatu program dengan dokumentasi tergabung yang dirancang untuk jenis masalah tertentu.

2.3 Konsep Dasar Kecerdasan Buatan

Artificial Intelligence Istilah kecerdasan buatan sebenarnya berasal dari bahasa Inggris: “Artificial Intelligence”. Jika diartikan tiap kata, artificial artinya buatan, sedangkan intelligence adalah kata sifat yang berarti cerdas. Jadi artificial intelligence maksudnya adalah sesuatu buatan atau suatu tiruan yang cerdas. Cerdas di sini kemungkinan maksudnya adalah kepandaian atau ketajaman dalam berpikir, seperti halnya otak manusia dalam menyelesaikan suatu masalah. Kecerdasan buatan Artificial Intelligence didefinisikan sebagai kecerdasan yang ditunjukkan oleh suatu entitas buatan. Sistem seperti ini umumnya dianggap sebagai komputer. Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan kedalam suatu mesin komputer agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Kecerdasan buatan ini bukan hanya ingin mengerti apa itu sistem kecerdasan, tapi juga mengkonstruksinya. Stuart Russel dan Peter Norvig Suyanto, 2007:2 mengelompokkan kecerdasan buatan menjadi empat kategori. Empat kategori ini mereka dapatkan setelah mengutip dari beberapa buku yang terkait dengan bidang ini, yaitu : 1. Sistem yang berpikir seperti manusia Thinking Humanly Pendekatan ini dilakukan dengan dua cara sebagai berikt : a. Melalui introspeksi : Mencoba Menangkap pemikiran-pemikiran kita sendiri pada saat kita berpikir. b. Melalui eksperimen-eksperimen psikologi. 2. Sistem yang berpikir secara rasional Thinking Rationally Ada dua masalah dalam pendekatan ini, yaitu : a. Tidak dapat membuat pengetahuan informal dan menyatakan pengetahuan tersebut kedalam formal term yang diperlukan oleh notasi logika, khususnya ketika pengetahuan tersebut memiliki kepastian kurang dari 100. b. Terdapat perbedaan prinsip antara dapat memecahkan masalah “dalam prinsip” dan memecahkannya “dalam dunia nyata”. 3. Sistem yang bertindak seperti manusia Acting Humanly Pada tahun 1950, Alan Turing merancang suatu ujian bagi komputer berintelenjesia untuk menguji apakah komputer tersebut mampu mengelabui seorang manusia yang menginterogasinya melalui teletype komunikasi berbasis teks jarak jauh. Komputer tersebut memiliki kemampuan :Natural Language Processing, Knowledge Representation, Automated Reasoning, Machine Learning, Computer Vision, Robotics 4. Sistem bertindak secara rasional Acting Rationally Membuat inferensi yang logis merupakan bagian dari suatu rational agent. Hal ini disebabkan satu-satunya cara untuk melakukan aksi secara rasional adalah dengan menalar secara logis. Dengan menalar secara logis, maka bisa didapatkan kesimpulan bahwa aksi yang diberikan mencapai tujuan atau tidak. Jika mencapai tujuan, maka agent dapat melakukan aksi berdasarkan kesimpulan. Dalam keempat kategori Artificial Intellijen diatas logika fuzzy masuk dalam kategori keempat, yaitu Acting Rationally, karena logika fuzzy memiliki kemampuan untuk menalar secara logis. Didalam bukunya, Russel dan Norvig memasukan logika fuzzy ke dalam teknik penalaran dengan pendekatan nilai samar. Penjelasan mengenai logika fuzzy akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya.

2.4 Penilaian Hasil Terapi