a Kompleksitas komponen, yaitu mengacu pada jumlah informasi yang harus diproses dan tahapan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan
sebuah pekerjaan. Suatu pekerjaan dianggap semakin rumit jika informasi yang harus diproses dan tahap-tahap yang harus dilakukan
semakin banyak. b Kompleksitas koordinatif yang mengacu pada jumlah koordinasi
hubungan antara satu bagian dengan bagian lain yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Suatu pekerjaan dianggap
semakin rumit ketika pekerjaan tersebut memiliki keterkaitan dari pekerjaan yang lainnya atau pekerjaan yang akan dilaksanakan tersebut
terkait dengan pekerjaan yang sebelumnya dan sesudahmya. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Murdisar dan Nelly 2007
menunjukkan ketika kompleksitas tugas rendah, akuntabilitas akan mempengaruhi kualitas kerja auditor. Namun ketika kompleksitas tugas
tinggi, akuntabilitas tidak berpengaruh pada kualitas pekerjaan auditor. Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki
seseorang untuk mempertanggung jawabkan sesuatu yang telah mereka kerjakan kepada lingkungan atau orang lain.
4. Kompetensi Auditor
Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary 1983 dalam Lastanti
2005 mendefinisikan keahlian adalah ketrampilan dari seorang ahli. Ahli
didefinisikan seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau
30
pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. Trottre 1986 dalam Lastanti 2005
mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan secara cepat, mudah, intuisi, dan sangat jarang atau
tidak pernah membuat kesalahan. Hayes-Roth dkk 1983 dalam Murtanto dan Gudono 1999
mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul
dalam lingkungan tersebut, dan ketrampilan untuk memecahkan permasalahan terebut.
Menurut Kamus Kompetensi LOMA 1998 dalam Alim dkk 2007 kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang
pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek- aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap,
pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Susanto
2000 dalam Alim dkk 2007 definisi tentang kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk
mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta
kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan
pengalaman Mayangsari, 2003.
31
Adapun kompetensi menurut De Angelo 1981 dalam Elfarani 2007 dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yakni sudut pandang
auditor individual, audit tim dan Kantor Akuntan Publik KAP. Masing- masing sudut pandang akan dibahas lebih mendetail berikut ini:
a. Kompetensi Auditor Individual. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, antara
lain pengetahuan dan pengalaman. Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan umum
dan khusus dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan, akuntansi dan industri klien. Selain itu diperlukan juga pengalaman dalam
melakukan audit. Seperti yang dikemukakan oleh Libby dan Frederick 1990 dalam Elfarani 2007 bahwa auditor yang berpengalaman
mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan sehingga keputusan yang diambil bisa lebih baik.
b. Kompetensi Audit Tim. Standar pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan bahwa jika
pekerjaan menggunakan asisten maka harus disupervisi dengan semestinya. Dalam suatu penugasan, satu tim audit biasanya terdiri
dari auditor yunior, auditor senior, manajer dan partner. Tim audit ini dipandang sebagai faktor yang lebih menentukan kualitas audit
Wooten, 2003 dalam Elfarani, 2007. Kerjasama yang baik antar anggota tim, profesionalime, persistensi, skeptisisme, proses kendali
mutu yang kuat, pengalaman dengan klien, dan pengalaman industri
32
yang baik akan menghasilkan tim audit yang berkualitas tinggi. Selain itu, adanya perhatian dari partner dan manajer pada penugasan
ditemukan memiliki kaitan dengan kualitas audit. c. Kompetensi dari Sudut Pandang KAP.
Besaran KAP menurut Deis Giroux 1992 dalam Elfarani 2007 diukur dari jumlah klien dan persentase dari audit fee dalam usaha
mempertahankan kliennya untuk tidak berpindah pada KAP yang lain. Menurut I Gusti Agung Rai 2008:63 terdapat tiga macam
kompetensi auditor kinerja , yaitu mutu personal, pengetahuan umum, dan kehlian khusus.
1 Mutu personal Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus memiliki mutu
personal yang baik, seperti: a Rasa ingin tahu inquisitive
b Berpikiran luas broad minded c Mampu menangani ketidakpastian
d Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah e Menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subjektif
f Mampu bekerja sama dengan tim 2 Pengetahuan umum
Seorang auditor harus memiliki pengetahuan umum untuk memahami entitas yang akan diaudit dan membantu pelaksanaan audit.
Pengetahuan dasar ini meliputi kemampuan untuk melakukan review
33
analitis analytical review, pengetahuan teori organisasi untuk memahami suatu organisasi, pengetahuan auditing, dan pengetahuan
tentang sektor publik. Pengetahuan akuntansi mungkin akan membantu dalam mengolah angka dan data, namun karena audit kinerja tidak
memfokuskan pada laporan keuangan maka pengetahuan akuntansi bukanlah syarat utama dalam melakukan audit kinerja.
3 Keahlian khusus Keahlian khusus yang harus dimiliki antara lain keahlian untuk
melakukan wawancara, kemampuan membaca cepat, statistik, ketrampilan menggunakan komputer minimal mampu
mengoperasikan word processing dan spread sheet, serta mampu menulis dan mempresentsikan laporan dengan baik.
5. Audit Judgment