Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menjadi lelaki atau perempuan memang bukanlah pilihan, itu sudah menjadi satu paket yang diberikan Tuhan termasuk sifat dan karakteristik seseorang. Sejauh mana sifat dan karakter ini mampu mempengaruhi cara kerja seseorang. Profesi auditor, khususnya internal auditor atau lebih sering dikenal dengan sebutan Satuan Pengawas Internal SPI saat ini didominasi oleh kaum adam. Komposisi antara lelaki dan perempuan yang berprofesi menjadi auditor sangat jauh bedanya. Memang profesi ini sama sekali tidak bersinggungan dengan persoalan gender, karena kompetensi yang dibutuhkan untuk profesi ini pun tidak ada kaitannya dengan gender. Meskipun demikian fakta dan data yang ada, keberadaan perempuan dalam profesi ini sangat minim sekali. Menurut data Asosiasi Auditor Internal AAI, komposisi auditor perempuan yang tergabung dalam dalam AAI hanya memenuhi porsi 12 persen saja Majalah Auditor, 2008:28. Memang menjadi seorang auditor bukanlah sebuah pilihan. Di beberapa kasus, banyak orang yang berprofesi sebagai auditor karena berdasarkan penunjukkan oleh direksi sehingga sulit untuk mengetahui mengapa para perempuan mau berprofesi sebagai auditor. Namun demikian profesi auditor 1 tidak menutup kemungkinan diri terhadap kehadiran para perempuan di profesi ini. Terbukti, walaupun dari segi kuantitas jumlah mereka tidak bisa dipandang sebelah mata. Tidak sedikit para perempuan yang berprofesi sebagai auditor menempati posisi puncak dalam departemennya. Sebut saja Rumah Sakit Islam Jakarta RSIJ, Bank DKI, SPI Satuan Pengawas Internal dipimpin oleh seorang perempuan Majalah Auditor, 2008:28. Banyak pertimbangan mengapa manajemen lebih memilih perempuan untuk menduduki posisi internal audit. Menurut psikolog Tika Bisono dalam majalah Auditor 2008, secara psikis perempuan yang berprofesi sebagai auditor memang diuntungkan oleh sifat dasar keperempuanannya. Biasanya perempuan lebih teliti terutama untuk hal yang berkaitan dengan uang sehingga unsur ketelitiannya lebih tinggi dan betah berlama-lama ketika menyelesaikan suatu pekerjaan. Siapa pun yang menjalani profesi ini, apakah itu lelaki atau perempuan haruslah seorang manusia unggul yang memiliki intelektualitas, emosi, mental, dan kepribadian serba unggul. Hal ini dikarenakan tugas yang diemban oleh para internal auditor sangat berat tetapi mulia. Seorang auditor harus mampu memberi keteladanan bagi karyawan lain. Memang tidak mudah menjadi seorang auditor karena di satu sisi seorang auditor harus mampu mengawal kepentingan perusahaan dan di sisi lain harus bisa melindungi kepentingan para stakeholder yang notabenennya berada di luar manajemen. Dalam sebuah kasus berdasarkan penuturan seorang manajer HRD Human Resourch Development sebuah produsen sepatu pada tahun 2 2004 yang dikutip dalam majalah Auditor 2008 pernah ada salah seorang internal auditor wanita yang mengundurkan diri dari pekerjaannya. Auditor tersebut tidak menceritakan alasan sebenarnya mengapa ia mengundurkan diri. Namun sekitar dua bulan kemudian manajer tersebut bertemu kembali dengan mantan auditor tersebut. Auditor menceritakan bahwa sebulan sebelum mengundurkan diri, ia mendapat ancaman telepon dari rekan kerjanya karena sebelumnya ia pernah melaporkan adanya penyimpangan di bagian pembelian dan penjualan. Inilah yang pada akhirnya membentuk sebuah opini dan image bahwa auditor perempuan ini menyebalkan, seakan-akan interpersonal skill yang dimilikinya jelek sekali. Tentu image seperti itu harus bisa diubah dan menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh para auditor. Bagaimanapun juga seorang auditor adalah karyawan yang notabenenya adalah orang bayaran dan statusnya sama seperti karyawan lainnya. Seorang auditor harus bisa menjadi mitra bagi divisi lain di tempatnya bekerja. Menjadi seorang auditor bukanlah pentakhbisan diri seseorang menjadi superpower person. Tidak mudah memang untuk bisa berlaku rendah hati pada saat punya kekuasan. Siapa pun juga ketika dirinya merasa sebagai pengawas di atas angin secara naluriah aura yang muncul adalah merasa superior. Perasaan seperti itu harus dilawan dan disinilah letak kepemimpinan seseorang Majalah Auditor, 2008. Salah satu jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik adalah audit atas laporan keuangan sebuah entitas dengan memberikan opini atau pendapatnya atas laporan keuangan tersebut yang didasarkan pada Standar Akuntansi 3 Keuangan SAK. Opini tersebut menunjukkan kualitas atas laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan. Kualitas jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik diatur dan dikendalikan melalui berbagai standar yang diterbitkan oleh organisasi profesi tersebut yang bernama Ikatan Akuntan Indonesia IAI. Dengan adanya beberapa standar kualitas yang dihasilkan akan menghasilkan keputusan ekonomi dan non ekonomi yang mendukung pada kemajuan ekonomi. Begitu pula, kemajuan ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan bisnis yang cukup tajam umtuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun terkadang untuk mencapai tujuan itu, segala upaya dan tindakan dilakukan walaupun pelaku bisnis harus melakukan tindakan-tindakan yang mengabaikan berbagai dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi akuntansi. Akuntan adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan keuangan apakah telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan atau prinsip akuntansi yang telah berlaku umum, dan standar atau prinsip tersebut diterapkan secara konsisten. Badan audit research ternama telah mendemonstrasikan bahwa sejumlah faktor level individu terbukti berpengaruh terhadap keputusan seorang auditor. Untuk melaksanakan tugas tersebut sering dibutuhkan judgment. Dari beberapa hasil penelitian dalam bidang audit menunjukkan bahwa ada berbagai variasi faktor individual yang 4 mempengaruhi judgment dalam melaksanakan review selama proses pelaksanaan audit Solomon dan shields,1995 dalam Zulaikha, 2006, dan pengaruh faktor individual ini berubah-ubah sesuai dengan kompleksitas tugas Tan and Kao, 1999 dan Libby, 1995 dalam Zulaikha, 2006. Seorang auditor dalam melakukan tugasnya membuat audit judgment dipengaruhi oleh banyak faktor, baik bersifat teknis maupun non teknis. Aspek perilaku individu, sebagai salah satu faktor yang banyak mempengaruhi pembuatan audit judgment, sekarang ini semakin banyak menerima perhatian dari para praktisi akuntansi ataupun dari akademisi. Namun demikian meningkatnya perhatian tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan penelitian di bidang akuntansi perilaku dimana dalam banyak penelitian tidak menjadi fokus utama Meyer, 2001 dalam Jamilah dkk, 2007. Perjuangan kesetaraan gender adalah terkait dengan kesetaraan sosial antara pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang disebabkan oleh diskriminasi struktural dan kelembagaan. Perbedaan hakiki yang menyangkut jenis kelamin tidak dapat di ganggu gugat misalnya secara biologis wanita mengandung, perbedaan peran gender dapat diubah karena bertumpu pada faktor-faktor sosial dan sejarah. Bidang akuntan publik yang terkait dengan banyak disiplin ilmu sosial tentunya akan sangat dipengaruhi oleh hal-hal tersebut Trianingsih, 2004. Gender diduga menjadi salah satu faktor level individu yang turut mempengaruhi audit judgment seiring dengan terjadinya perubahan pada 5 kompleksitas tugas. Temuan riset literatur psikologis kognitif dan pemasaran juga menyebutkan bahwa wanita diduga lebih efisien dan efektif dalam memproses informasi saat adanya kompleksitas tugas dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan pria. Ruegger dan King 1992 dalam Jamilah dkk 2007 menyatakan wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral yang lebih tinggi daripada pria. Masih dalam literatur tersebut juga dinyatakan bukti bahwa laki-laki relatif kurang mendalam dalam menganalisis inti dari suatu keputusan. Namun pengaruh gender terhadap pemrosesan informasi dan judgment belum banyak teruji dalam konteks penugasan audit sebagai auditor. Dalam penugasan tersebut, variasi kompleksitas audit dapat terjadi dalam berbagai akun, jumlah atau besarnya saldo akun. Meyers-Levy 1986 dalam Jamilah dkk 2007 mengembangkan sebuah theoretical framework untuk menjelaskan pemrosesan informasi oleh laki-laki dan perempuan. Kerangka teoritis ini mereka sebut “selectivity hypothesis”. Perbedaan yang didasarkan pada isu gender dalam pemrosesan informasi dan pembuatan keputusan didasarkan atas pendekatan yang berbeda yaitu bahwa laki-laki dan perempuan menggunakan pemrosesan inti informasi dalam memecahkan masalah dan membuat inti keputusan. Laki-laki pada umumnya dalam menyelesaikan masalah tidak menggunakan semua informasi yang tersedia, dan mereka juga tidak memproses informasi secara menyeluruh, sehingga dikatakan bahwa laki-laki cenderung melakukan pemrosesan informasi secara terbatas. Sedangkan perempuan dipandang sebagai pemroses 6 informasi lebih detail, yang melakukan proses informasi pada sebagian besar inti informasi untuk pembuatan keputusan atau judgment. Kerangka teoritis ini kemudian digunakan untuk beberapa kajian misalnya dalam auditing. O’Donel dan Jhonson 1999 dalam Zulaikha 2006 melakukan studi apakah ada perbedaan usaha pemrosesan informasi dalam suatu perencanaan prosedur analitis pada sebuah penugasan audit dapat dikaitkan dengan isu gender. Mereka menemukan bukti empiris bahwa ada ketidak konsistenan hasil adanya pengaruh gender pada proses perencanaan prosedur analitis. Perempuan lebih memberikan usaha pemrosesan lebih intens daripada laki-laki dalam hal laporan keuangan yang konsisten dengan informasi tentang bisnis klien. Namun ketika terjadi perubahan fluktuasi kompleksitas tugas dalam kasus eksperimen, maka terjadi sebaliknya dimana perempuan menjadi kurang usahanya dalam pemrosesan informasi. Dengan semakin meluasnya arus emansipasi, telah melahirkan kecenderungan makin meluasnya kesempatan wanita dalam berbagai bidang profesi, khususnya profesi seorang akuntan yang sebenarnya secara realita tidak dapat dipungkiri lebih didomonasi oleh kaum wanita. Terutama dalam praktik akuntansi publik, dimana jumlah kaum wanita belakangan ini yang memasuki profesi sebagai akuntan publik telah meningkat secara drastis Trapp et al, 1998 dalam Murtanto dan Andryani, 2005. Jika sebelumnya profesi akuntan publik lebih didominasi pria maka sekarang ini peran wanita telah mengalami peningkatan. Perusahaan harus menciptakan jalur karier bagi kaum wanita yang tidak ingin bersaing dengan dengan kaum pria untuk posisi 7 yang paling puncak dan yang ingin masuk dan keluar sebagai pekerja dalam suatu organisasi Schwatz, 1992 dalam Murtanto dan Andryani, 2005. Pengujian pengaruh sejumlah faktor terhadap kompleksitas tugas juga bersifat penting karena kecenderungan bahwa tugas melakukan audit adalah tugas yang banyak menghadapi persoalan kompleks. Bonner 1994 dalam Zulaikha 2006 mengemukakan ada tiga alasan yang cukup mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan. Pertama, kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja seorang auditor. Kedua, sarana dan teknik pembutan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas tugas audit. Ketiga, pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas dapat membantu tim manajemen audit perusahaan menemukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas audit. Ashton 1991 dalam Jamilah dkk 2007 menunjukkan bahwa dalam literatur psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting untuk meningkatkan kompetensi. Ashton juga menjelaskan bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain di selain pengalaman. Selain itu, penelitian yang dilakukan Bonner 1994 dalam Zulaikha 2006 menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai spesifik tugas dapat meningkatkan kinerja auditor berpengalaman, walaupun hanya dalam 8 penetapan risiko analitis. Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang baik akan tergantung pada kompetensi dan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor Hogarth, 1992 dalam Jamilah dkk 2007. Komponen keahlian sendiri terdiri atas beberapa macam. Tan dan Libby 1997 dalam Mayangsari 2003 mengatakan bahwa keahlian audit terdiri atas tacit managerial dan pengetahuan khusus. Hasil-hasil penelitian lain seperti Shanteau dan Mohammadi 1992 dalam Mayangsari 2003, Bonner dan Lewis 1990 dalam Mayangsari 2003, serta Mohammadi, Searfoss dan Sheanteau 1992 dalam Mayangsari 2003 menunjukkan bahwa faktor pengetahuan kognitif merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengarui keahlian audit. Murtanto 1998 dalam Mayangsari 2003 menunjukkan bahwa komponen ciri-ciri psikologis dan pengetahuan merupakan komponen yang memiliki nilai tinggi dalam model kompetensi. Penelitian yang dilakukan oleh Zulaikha 2006 membuktikan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perempuan masih mendominasi peran domestik, dan peran ganda perempuan tidak berpengaruh signifikan dalam pembuatan judgment. Kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap keakuratan judgment Penelitian ini merupakan gabungan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zulaikha 2006 dan Jamilah dkk 2007. Variabel dalam penelitian ini meliputi gender, kompleksitas tugas, kompetensi auditor, dan audit judgment yang beberapa diantaranya diadopsi dari penelitian mereka. Perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian ini penulis 9 merubah salah satu variabel dalam penelitian Zulaikha 2006 yaitu variabel pengalaman dan penelitian Jamilah dkk 2007 yaitu variabel tekanan ketaatan dengan variabel kompetensi auditor. Maka dari itu penulis mencoba menggunakan variabel-variabel tersebut dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian diatas, peneliti merumuskan judul penelitian sebagai berikut: “Pengaruh Gender, Kompleksitas Tugas, dan Kompetensi Auditor Terhadap Audit Judgment Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta”.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS TERHADAP AUDIT JUDGMENT (STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI YOGYAKARTA)

0 4 60

PENGARUH GENDER, KOMPLEKSITAS TUGAS, TEKANAN KETAATAN, DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP Pengaruh Gender, Kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan, Dan Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Audit ( Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan D

0 2 15

PENGARUH GENDER, KOMPLEKSITAS TUGAS, TEKANAN KETAATAN, DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP Pengaruh Gender, Kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan, Dan Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Audit ( Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan D

1 7 14

PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN PENGALAMAN AUDITOR Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment ( Study Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ).

0 2 15

PENDAHULUAN Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment ( Study Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ).

0 1 9

PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN PENGALAMAN AUDITOR Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment ( Study Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ).

0 1 14

PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS, PENGALAMAN AUDITOR DAN PENGETAHUAN AUDITOR Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Auditor Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan

1 1 17

SKRIPSI PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN DAN KOMPLEKSITAS TUGAS TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Empiris Pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Surakarta dan Yogyakarta).

0 0 15

PENDAHULUAN PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN DAN KOMPLEKSITAS TUGAS TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Empiris Pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Surakarta dan Yogyakarta).

0 0 6

PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP AUDIT Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Surakarta Dan

0 0 16