Tema Unsur Intrinsik Novel Ronggeng Dukuh Paruk
marah melihat suaminya bertayub, melainkan justru bangga jika suuaminya dapat bertayub dengan Srintil.
“Nanti kalau Srintil sudah dibenarkan bertayub, suamiku menjadi laki-
laki pertama yang menjamahnya,” kata seorang perempuan.
“Jangan besar cakap,” kata yang lain. “Pilihan seorang ronggeng akan jatuh pertama pada lelaki yang memberinya uang
paling banyak. Dalam hal ini suamiku tak bakal dikalahkan.” “Tetapi suamimu sudah pikun. Baru satu babak menari
pinggangnya akan terkena encok….”
3
Nama Srintil sebagai tokoh utama sengaja digunakan pengarang sebagai nama yang memiliki makna simbolik sesuai dengan sifatnya yang
khas sebagai ronggeng. Srintil menggambarkan perempuan kelas bawah yang dibutuhkan banyak orang baik laki-laki maupun perempuan karena
superior Srintil di kalangan warga Dukuh Paruk yang menganggap bahwa Srintil pembawa berkah dan merupakan titisan dari arwah Ki
Secamenggala. Srintil digambarkan sebagai seorang gadis yang bercambang halus
di pipi, berambut hitam pekat, kulitnya bersih dan berlesung pipi. Gambaran Srintil yang seperti ini menegaskan bahwa Srintil adalah
seorang gadis yang cantik baik untuk ukuran Dukuh Paruk maupun luar Dukuh Paruk. Seperti pada kutipan sebagai berikut:
“…. Dalam waktu sebulan telah terlihat perubahan pada diri Srintil. Rambutnya yang tidak lagi terjerang matahari menjadi
hitam pekat dan lebat. Kulitnya bersih dan hidup. Sisik-sisik halus telah hilang. Pipinya bening sehingga aku dapat melihat jaringan
halus urat- urat berwarna kebiruan….”
4
Srintil juga digambarkan sebagai ronggeng Dukuh Paruk yang sangat menggoda. Hal ini terlihat dalam kutipan sebagai berikut:
3
Op.Cit., h. 38.
4
Ibid., h. 36.
“Kalian minta upah apa?” ulang Srintil. Berkata demikian Srintil melangkah ke arah Rasus. Dekat sekali. Tanpa bisa
mengelak, Rasus menerima cium pipi. Warta dan Darsun masing- masing mendapat giliran kemudian….Kali ini mereka yang berebut
mencium pipi Srintil. Perawan kecil itu melayani bagaimana laiknya seorang ronggeng….”
5
“….Mandilah dengan sabun mandiku. Tak usah bayar bila malam nanti kau
bukakan pintu bilikmu bagiku. Nah, kemarilah.” Berkata demikian, tangan Pak Simbar menjulur ke arah pinggul
Srintil. Aku melihat dengan pasti, Srintil tidak menepiskan tangan laki-
laki itu. Bangsat”
6
Kutipan di atas menggambarkan karakter Srintil yang menggoda baik sebelum menjadi ronggeng maupun sesudah menjadi ronggeng. Sifat
menggoda sangat wajar dimiliki Srintil karena seorang ronggeng memang gerak-geriknya selalu dilihat dan dinilai masyarakat, sehingga jarang
menjadi bahan pembicaraan ke mana pun Srintil pergi. Srintil juga digambarkan sebagai seorang ronggeng yang
mempunyai pilihan. Srintil memilih untuk menjadi ronggeng untuk menghapus dosa orang tuanya, Santayib, karena telah meracuni warga
Dukuh Paruk dengan tempe bongkrek buatannya. Ketika Srintil melaksanakan upacara
bukak-klambu Srintil memilih untuk menyerahkan kegadisannya kepada Rasus, kawannya sejak kecil. Hal ini dilakukan oleh
Srintil bukan karena materi, melainkan Srintil berhak mempunyai pilihan kepada siapa dia akan menyerahkan kegadisannya pada upacara
bukak- klambu, dan Srintil memilih untuk memberikannya kepada Rasus. Seperti
pada kutipan berikut: “Aku benci, benci. Lebih baik kuberikan padamu. Rasus,
sekarang kau tak boleh menolak seperti kau lakukan tadi siang. Di sini bukan pekuburan. Kita takkan kena kutuk. Kau mau, bukan?”
7
5
Ibid., h. 14
6
Ibid., h. 83.
7
Ibid., h. 76.