keputusan petani dalam berusaha tani. Kegagalan petani dalam berusaha tani akan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah anggota keluarga
yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk berusahatani intensif dengan menerapkan teknologi baru, sehingga akan meningkatkan usahatani.
2.3 Produktivitas Kedelai
Marchlup dan Chamberlin mengemukakan bahwa produktivitas batas dalam arti produk batas fisis; jadi artinya jumlah produksi in natura, yang ditambahkan oleh kesatuan
terakhir sebuah alat produksi kepada produksi total seorang pengusaha; produktivitas batas dalam arti nilai daripada produk batas fisis; jadi artinya produk batas fisik kali
harga per satuan; produktivitas batas dalam arti jumlah uang, yang ditambahkan oleh kesatuan terakhir sebuah alat produksi, kepada hasil total berupa uang pengusaha yang
bersangkutan Winardi, 1983.
Menurut Soeharsono 1989 menyatakan bahwa usahatani yang bagus sebagai usahatani yang produktif dan efisien sering dibicarakan sehari-hari. Usahatani yang produktif
berarti usahatani itu produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha fisik dengan kapasitas
tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi output yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input. Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu
menggambarkan kemampuan tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi
Universitas Sumatera Utara
tertentu. Oleh karena itu, secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi usaha dan kapasitas tanah.
Senada dengan Soekartawi 2003 yang mengemukakan bahwa hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya
produksi. Penggolongan biaya produksi dilakukan berdasarkan sifatnya. Biaya tetap fixed cost ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi.
Petani harus tetap membayarnya, berapapun jumlah komoditi yang dihasilkannya. Misalnya sewa lahan, bangunan, ternak kerja dan lain sebagainya. Biaya tidak tetap
adalah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Biaya ini ada apabila ada suatu barang yang diproduksi, misalnya upah buruh tani.
Ariani 2005 menyatakan bahwa tingkat produktivitas yang stabil, produksi dan luas
areal tanam akan berjalan seiring. Hal ini berarti besarnya kenaikan produksi ditentukan pula oleh peningkatan luas areal tanam. Oleh karena itu, tingkat produksi kedelai yang
makin menurun disebabkan oleh makin berkurangnya areal tanam. Tanpa perluasan areal tanam, upaya peningkatan produksi kedelai sulit dilakukan karena laju
peningkatan produktivitas berjalan lambat, apalagi bila harga sarana produksi tinggi dan harga produk rendah.
Mosher 1997 menyebutkan bahwa lahan pertanian sebagai aset penting yang dimiliki petani sangat menentukan peluang berusaha bagi dirinya. Aset ini berpengaruh terhadap
besarnya pendapatan yang mereka peroleh dari pengelolaan atas lahan tersebut. Lahan sempit tentu saja hasil yang diperoleh juga tidak memadai, pendapatan yang mereka
peroleh juga rendah.
Universitas Sumatera Utara
Senada dengan Alimoeso 2008 yang menyatakan bahwa di samping perluasan areal, upaya peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan menaikkan produktivitas
dan stabilitas hasil, serta menekan senjang hasil dan kehilangan hasil pada saat panen dan pascapanen. Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan: 1 memperluas
areal tanam, 2 meningkatkan produktivitas, 3 mengamankan produksi, dan 4 memperkuat kelembagaan. Perluasan areal tanam diutamakan pada wilayah yang pernah
menjadi sentra produksi kedelai dan pemanfaatan lahan secara optimal melalui peningkatan indeks pertanaman. Peningkatan produktivitas antara lain dilakukan dengan
menggunakan benih varietas unggul bermutu; pengamanan produksi dengan memberikan bantuan sarana pascapanen; dan perbaikan sistem kelembagaan dengan
memperbaiki sistem lembaga permodalan dan menguatkan peran gabungan kelompok tani dan kemitraan.
Soeharsono 1989 menyatakan bahwa kualitas manusia pendidikan, ketrampilan dan keahlian yang rendah mengakibatkan rendahnya pemanfaatan teknologi dan inovasi
dalam proses produksi, sehingga bukan saja kemampuan produksi akan rendah, tetapi produktivitas dalam produksi pun akan rendah. Rendahnya tingkat produksi
mengakibatkan tingkat penghasilan yang rendah pula. Sementara dengan rendahnya tingkat kualitas sumber daya manusia, kemampuan dalam pengembangan teknologi
akan semakin rendah pula, sehingga membutuhkan dana investasi yang cukup besar untuk melakukan penelitian dan perkembangan.
Pernyataan tersebut dipertegas oleh Supadi 1995, bahwa perbedaan letak geografis dan letak administratif dapat mendorong perkembangan yang berbeda pada suatu
Universitas Sumatera Utara
wilayah. Hal ini terlihat dengan adanya perbedaan perkembangan kondisi wilayah maupun kondisi masyarakatnya. Keberhasilan penyuluhan yang terjadi pada suatu desa
akan mendorong perubahan karakteristik masyarakatnya, dimana akan mempengaruhi produktivitas kerja petani terkait dalam penerimaan materi penyuluhan sehingga petani
dapat menerapkan inovasi dari materi penyuluhan yang diterima.
Prabowo 2008 menyatakan, untuk meningkatkan produksi kedelai hingga swasembada bukan hal yang mustahil. Dengan memberikan jaminan harga yang layak, petani akan
tertarik untuk menanam kedelai. Pemerintah perlu melindungi petani karena di negara lain pun, pemerintah tidak hanya melindungi petani, tetapi juga produk pertaniannya.
Seperti halnya Pakpahan 2004 juga mengemukakan bahwa petani di negara-negara maju masih mendapat perlindungan dan memperoleh subsidi yang sangat besar.
Sebaliknya di negara-negara berkembang seperti Indonesia, subsidi bagi petani justru dihapus.
2.4 Regresi Linier Berganda