pengendalian hama dan penyakit, waktu tanam dan panen, teknologi yang digunakan, dan interaksi semua faktor tersebut. Kendala nonteknis dalam usaha tani kedelai adalah
ketersediaan modal. Produktivitas kedelai antara lain ditentukan oleh penggunaan sarana produksi yang tepat, sehingga untuk memacu peningkatan produksi kedelai,
perlu penyediaan fasilitas kredit yang memadai. Hal ini karena dengan modal yang terbatas, petani akan mengurangi penggunaan sarana produksi untuk menekan biaya.
2.2 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi
Slamet 2003 menyatakan bahwa perilaku petani dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan, dan sikap mental petani itu sendiri. Digiatkannya penyuluhan pertanian
diharapkan akan terjadi perubahan-perubahan terutama pada perilaku serta bentuk- bentuk kegiatannya seiring dengan terjadinya perubahan cara berpikir, cara kerja, cara
hidup, pengetahuan dan sikap mental yang lebih terarah dan lebih menguntungkan, baik bagi dirinya beserta keluarganya maupun lingkungannya.
Senada dengan Kartasapoetra 1994 bahwa petani yang berusia lanjut sekitar 50 tahun
ke atas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis
terhadap adanya teknologi baru.
Menurut Mosher 1997, latar belakang sosial ekonomi dan budaya maupun politik sangat mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu inovasi seperti: umur, tingkat
pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan masyarakat dengan dunia luar tingkat kosmopolitan dan sikap terhadap perubahan.
Universitas Sumatera Utara
Seperti halnya Soekartawi 2003 bahwa cepat tidaknya mengadopsi inovasi tergantung dari faktor intern dan ekstern sendiri, yaitu faktor sosial dan ekonomi. Faktor-faktor
sosial itu diantaranya umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman bertani. Sedangkan faktor ekonomi diantaranya, luas lahan yang dimiliki
dan pendapatan.
Seperti juga menurut Ginting 2002 bahwa inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Adopsi teknologi baru proses yang terjadi
dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usaha taninya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Umur petani Makin muda umur petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang
belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan anjuran dari kegiatan penyuluhan.
2. Pengalaman bertani. Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih muda menerapkan anjuran
penyuluh daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.
3. Tingkat pendidikan petani Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan sikap
yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan anjuran
penyuluh. Tingkat pendidikan yang rendah umumnya kurang menyenangi inovasi
Universitas Sumatera Utara
sehingga sikap mental untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pertanian kurang.
4. Total pendapatan Adalah jumlah pendapatan bersih yang diterima dari usahatani atau usahatani
lainnya. 5. Luas pemilikan lahan
Petani yang mempunyai lahan yang luas adalah lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh daripada petani yang memiliki lahan yang sempit, hal ini dikarenakan
keefisienan dalam penggunaan sarana produksi. 6. Jumlah tanggungan
Banyaknya jumlah tanggungan keluarga, akan mendorong petani untuk melakukan banyak kegiatanaktifitas terutama dalam upaya mencari dan menambah pendapatan
keluarga.
Marx mengemukakan dua postulat yang utama yaitu: pertama, determinisme ekonomi, yang menyatakan faktor ekonomi adalah penentu fundamental bagi struktur dan
perubahan masyarakat. Bentuk-bentuk produksi yang bersifat teknologis menentukan organisasi sosial suatu produksi, yaitu relasi-relasi yang mengakibatkan pekerja
memproduksikan hasil dengan lebih efektif. Kedua, menyentuh mekanisme perubahan change, yang menurut pandangan Marx, perubahan sosial itu harus dipahami dalam
arti tiga fase atau tahap yang selalu tampak Hart, 1995.
Fauziah, dkk 1999 menyatakan bahwa tingkat kosmopolitan dapat diartikan sebagai keterbukaan maupun hubungan petani dengan dunia luar yang nantinya diharapkan akan
Universitas Sumatera Utara
memberikan inovasi baru bagi para petani dalam menjalankan usaha taninya. Tingkat kosmopolitan dapat diukur dari perkembangan sumber inovasi baru, antara lain media
elektronik TV, radio, telepon, media cetak surat kabar, tabloid, majalah dan bepergiannya petani keluar daerah tempat tinggal mereka atau keluar desa dalam rangka
memasarkan hasil usaha tani mereka serta mendapatkan pendidikan dan informasi mengenai inovasi pertanian untuk mengembangkan usahatani mereka.
Hal ini juga dikemukakan oleh Van den Ban dan Hawkins 1999 bahwa kebutuhan petani akan informasi dapat diperoleh melalui media massa cetak maupun elektronik.
Hal ini karena petani akan memperoleh informasi dari berita-berita yang ditampilkan baik di media cetak maupun media elektronik. Akan tetapi ada kalanya petani tidak mau
menerima pengetahuan dan pendapat yang ditransfer melalui media, tetapi menggunakan pengetahuan dan pendapatan tersebut secara kreatif serta membentuk
pendapat sendiri. Dalam proses ini petani juga bisa memanfaatkan sumber-sumber informasi lain seperti organisasi penyuluhan.
Menurut Novizar 2000 bahwa pertanian merupakan bagian dari hidupnya bagi petani. Bahkan suatu cara hidup. Sehingga tidak hanya aspek-aspek ekonomi saja tetapi aspek-
aspek sosial, kebudayaan, kepercayaan dan aspek-aspek tradisi, semuanya memegang peranan penting dalam tindakan petani. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian,
berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat harga yang diterima oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku dan kehidupan
petani.
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang dikemukakan oleh Supandi 2008 bahwa peran petani adalah sebagai pelaku utama dan sekaligus sebagai penerima manfaat.
Van den Ban dan Hawkins 1999 menyatakan bahwa agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dan menemukan cara mengubah struktur atau situasi yang menghalanginya untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka dapat
membantu petani meramalkan peluang keberhasilan dengan segala konsekuensinya, dengan memberikan wawasan luas yang dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek sosial
dan aspek ekonomi.
Hal ini juga dikemukakan oleh Supandi 2008 bahwa tiga aspek sosial dalam konsep pembangunan berkelanjutan yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan harus terintegrasi
dimana individu dan lembaga saling berperan agar terjadi perubahan.
Menurut Van den Ban dan Hawkins 1999, di negara berkembang, dipercayai bahwa cara terbaik untuk meningkatkan efisiensi usahatani dan meningkatkan produksi
pertanian adalah dengan mendidik petani. Sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat memahami persoalan mereka,
memikirkan pemecahannya atau memilih pemecahan masalah yang paling tepat untuk mencapai tujuan mereka. Ada kemungkinan pengetahuan mereka berdasarkan kepada
informasi yang keliru karena kurangnya pendidikan, pengalaman serta faktor budaya lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kartasapoetra 1994 bahwa pendidikan dinilai sebagai sarana peningkatan pengetahuan tentang teknologi yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar
dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju pertanian yang modern.
Suhardiyono 1992 menyatakan bahwa dalam menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi secara efektif dan
penyuluh bertindak sebagai jembatan sekaligus penghantar teknologi. Teknologi yang dimaksudkan adalah teknologi pertanian yang berarti bagaimana cara penyebaran benih,
pemeliharaan tanaman, memungut hasil serta termasuk pula benih pupuk, obat-obatan, pemberantasan hama, alat-alat, sumber tenaga kerja dan kombinasi jenis-jenis usaha
oleh para petani dalam fungsinya selaku pengelola untuk mengambil keputusan.
Syahyuti 2006, yang mengemukakan bahwa partisipasi diperlukan untuk menjamin
keberlanjutan pembangunan, karena pembangunan berkelanjutan sangat tergantung pada proses sosial. Mengacu pada tiga aspek masyarakat yaitu sosial, ekonomi, dan
lingkungan harus diintegrasikan di mana individu dan lembaga saling berperan agar terjadi suatu perubahan, partisipasi diterima sebagai alat yang esensial. Oleh karena itu,
kemampuan dan kemauan petani mengadopsi teknologi budidaya anjuran merupakan syarat mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian di suatu daerah.
Hal ini dipertegas dengan pernyataan dari Soekartawi 2003 bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga akan semakin besar pula tuntutan kebutuhan rumah tangga.
Hal demikian berarti besarnya jumlah anggota keluarga akan sangat mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
keputusan petani dalam berusaha tani. Kegagalan petani dalam berusaha tani akan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah anggota keluarga
yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk berusahatani intensif dengan menerapkan teknologi baru, sehingga akan meningkatkan usahatani.
2.3 Produktivitas Kedelai