BAB I
I.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari. Komunikasi merupakan hal yang membantu manusia dalam bertumbuh dan
berkembang serta menemukan pribadinya masing-masing. Ekspresi, keinginan, maksud, tanggapan serta tujuan manusia disampaikan melalui media komunikasi.
Komunikasi adalah hal yang menghubungkan interaksi sosial, baik itu secara individu maupun kelompok.
Kebutuhan manusia dalam berkomunikasi tidak terlepas dari perkembangan teknologi informasi dan pertumbuhan ekonomi. Kedua hal tersebut
mendorong manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi dirinya sendiri, misalnya saja dengan berpindah tempat tinggal, menuju daerah yang
kehidupan ekonominya lebih baik dari daerah asal. Perpindahan penduduk dari daerah asal mereka menuju daerah yang
mempunyai daya tarik ekonomi, menyebabkan terjadinya percampuran- percampuran budaya atau akulturasi antara budaya masayarakat setempat dengan
masyarakat pendatang atau masyarakat urban. Sering kali hal ini menimbulkan kebiasaan-kebiasaan baru dalam kehidupan bermasyarakat, baik bagi pendatang
maupun masyarakat setempat. Komunikasi sebagai bagian dari budaya, berperan penting dalam proses
akulturasi ini. Lewat komunikasi, interaksi-interaksi dari masyarakat yang berbeda budaya terjadi. Percampuran budaya ini diawali dengan adanya
Universitas Sumatera Utara
komunikasi antar budaya yang terjadi di masyarakat setempat dan masyarakat pendatang tersebut.
Pencampuran budaya yang terjadi dimulai dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu, misalnya penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa yang digunakan
merupakan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa daerah pada kata-kata tertentu, aksen kedaerahan, ataupun nada yang digunakan dalam mengekspresikan
sesuatu. Hal ini perlahan bercampur dengan budaya masyarakat setempat, kata- kata dalam bahasa daerah mulai berkurang, aksen yang perlahan menipis atau
bercampur dengan aksen masyarakat asli, maupun nada suara berbeda dalam berbicara.
Komunikasi juga merupakan hal yang membuat interaksi-interaksi antara masyarakat pendatang atau masyarakat urban dan masyarakat setempat terjadi
lebih dalam lagi. Percampuran budaya tersebut pada akhirnya mencapai elemen- elemen yang lebih besar dalam kehidupan masyarakat pendatang dan masyarakat
setempat tersebut. Hal-hal kecil seperti bahasa, aksen dan nada bicara pada akhirnya membawa kebiasaan-kebiasaan yang sudah turun-temurun dilakukan
oleh masyarakat setempat mengalami sedikit pergeseran, begitu juga sebaliknya yang terjadi pada masyarakat pendatang. Budaya-budaya lama yang dibawa dari
daerah asal oleh masyarakat asal, perlahan-lahan sudah mulai bercampur dengan kebudayaan yang ada di daerah setempat.
Pola pikir masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih terpaku pada adat timur, membuat masyarakat takut untuk menjadi berbeda, takut apabila
keputusan yang diambil salah, maka akan menjadi pembicaraan orang-orang
Universitas Sumatera Utara
sekitar.. Namun di saat yang sama, masyarakat juga tidak dapat meninggalkan adat yang sudah ada dan dijalankan selama turun-temurun, karena hal tersebut
sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan masyarakat tersebut. Hal ini terjadi di kedua belah pihak, baik masyarakat pendatang, maupun masyarakat setempat
yang sudah terlebih dahulu tinggal di daerah tersebut. Pola pikir ini juga yang mendorong pencampuran budaya untuk masuk lebih dalam lagi ke dalam
kehidupan bermasyarakat. Budaya-budaya tradisional yang melekat di masyarakat, namun
dilaksanakan dengan cara berbeda bagi masing-masing kebudayaan mulai dijalankan dengan cara yang berbeda pula. Acara-acara kemasyarakatan seperti
tahlilan, kenduri atau selamatan, peringatan hari-hari besara keagamaan tidak luput dari pencampuran ini. Detail-detail kecil dalam kebiasaan-kebiasaan tersebut
menghilang, atau bertambah seiring dengan percampuran budaya. Hal inilah yang pada akhirnya membentuk suatu kebudayaan baru, yang disebut akulturasi
budaya. Pernikahan khususnya pernikahan adat atau tradisional merupakan salah
satu bentuk upacara kedaerahan yang paling jelas membuktikan terjadinya akulturasi budaya. Pernikahan adat yang cenderung unik dan memiliki ciri khas
tersendiri dari setiap daerah mulai mengalamai proses pergeseran. Terdapat banyak perubahan yang terjadi dalam detail-detail suatu pernikahan adat tersebut,
yang disesuaikan dengan keadaan daerah serta masyarakat setempat, misalnya saja terjadi pengurangan atau penambahan unsur-unsur kebudayaan yang
terkandung di dalam upacara pernikahan adat itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat kelurahan Helvetia merupakan masyarakat yang heterogen. Kelurahan Helvetia merupakan kawasan perumahan nasional, dimana di kawasan
ini terdapat mobilitas penduduk yang tinggi. Kelurahan Helvetia juga menjadi sasaran bagi masyarakat urban untuk memulai kehidupan baru di tanah yang baru,
sebagian besar dikarenakan faktor ekonomi. Nanggroe Aceh Darussalam merupakan daerah yang sedang berkembang,
yang banyak dilanda konflik, baik itu dari segi sosial ekonomi, maupun bencana alam. Pada tahun 1998, gejolak yang terjadi antara Pemerintah dan Gerakan Aceh
Merdeka GAM mendorong terjadinya mobilitas penduduk dari Nanggroe Aceh Darussalam, ke daerah-daerah lain yang dianggap lebih aman, salah satunya
adalah Kelurahan Helvetia, Medan yang secara geografis berada dekat dengan Nanggroe Aceh Darussalam.
Tahun 2004, kembali terjadi bencana yang membuat ratusan bahkan ribuan warga Nanggroe Aceh Darussalam meninggalkan kampung halaman
mereka, yaitu tsunami. Ekonomi yang memburuk pada saat itu, ditambah beban psikologis kehilangan sanak-saudara akibat bencana alam, mendorong warga
untuk pindah. Kelurahan Helvetia kembali menjadi tujuan masyarakat urban, selain dorongan ekonomi, juga diperkuat dengan faktor sosial, sebagaimana
sebelumnya sudah banyak warga NAD yang berdomisili di daerah tersebut. Berangkat dari kondisi tersebut, maka penulis memilih Kelurahan Helvetia
Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan sebagai lokasi penelitian. Jarak rumah bertetangga yang tidak terlalu jauh juga mendorong terjadinya kehidupan sosial
yang erat antar tetangga pada masyarakat kelurahan Helvetia.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Komunikasi Antar Budaya terhadap Proses Akulturasi Budaya Kaum Urban
Masyarakat di Kelurahan Helvetia, Kecamatan Medan Helvetia.
I. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana pengaruh komunikasi antar budaya terhadap upacara pernikahan adat Aceh sebagai proses akulturasi budaya kaum urban masyarakat di Kelurahan
Helvetia Kecamatan Medan Helvetia?”
I.3 Pembatasan Masalah