maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon selularnya secara maksimal.
II.3 Akulturasi Budaya
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu
kebudayaan asing, sehingga unsur -unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan itu. Misalnya, masyarakat pendatang berkomunikasi dengan masyarakat setempat dalam acara syukuran, secara tidak langsung
masyarakat pendatang berkomunikasi berdasarkan kebudayaan tertentu milik mereka untuk menjalin kerja sama atau mempengaruhi kebudayaan setempat
tanpa menghilangkan kebudayaan setempat. Menurut Koentjaraningrat akulturasi adalah perpaduan kebudayaan yang terjadi bila suatu kelompok manusia dengan
suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat
laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan sendiri Koentjaraningrat, 1990:149.
Sedangkan menurut Sachari akulturasi budaya pada dasarnya merupakan pertemuan wahana atau area dua kebudayaan, dan masing- masing dapat
menerima nilai-nilai bawaannya Sachari, 2001:87. Di dalam akulturasi selalu terjadi proses penggabungan fusi budaya yang memunculkan kebudayaan baru
tanpa menghilangkan nilai-nilai dari budaya lama atau budaya asalnya. Akulturasi
Universitas Sumatera Utara
adalah proses jalan tengah antara konfrontasi dan fusi, isolasi dan absorbsi, masa lampau dan masa depan. Ada empat syarat yang harus dipenuhi supaya proses
akulturasi dapat berjalan dengan baik: • Penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut syarat persenyawaan affinity
• Adanya nilai baru yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budayanya syarat keseragaman homogenity.
• Adanya nilai baru yang diserap hanya sebagai kegunaan yang tidak penting atau hanya tampilan syarat fungsi.
• Adanya pertimbangan yang matang dalam memilih kebudayaan asing yang datang syarat seleksi Sachari, 2001:86-87. Apabila dilihat dari definisi tentang
akulturasi di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa akulturasi adalah proses penggabungan antara dua kebudayaan atau lebih untuk mencari jalan tengah
dimana pada kebudayaan baru yang terbentuk tersebut masih dapat ditemukan karakter asli dari unsur-unsur kebudayaan penyusunnya.
II.3.1 Penetrasi Budaya
Berbicara mengenai akulturasi budaya, maka tidak terlepas dari proses penetrasi budaya. Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya
pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
1. Penetrasi damai penetration pacifique
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua
Universitas Sumatera Utara
macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua
kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai akan
menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa
menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli
Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis
adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
2. Penetrasi kekerasan penetration violante
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman
penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan- goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat. Wujud budaya
dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia
antara lain pada sistem pemerintahan Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
II.4 Urbanisasi dan Masyarakat Urban