di daerah tinggal, 17 orang 17 responden menyatakan kurang sering menghadiri prosesi Jamuan Makan Pengantin dalam upacara Tueng Dara Baro
yang diselenggarakan di daerah tinggal, 8 orang 8 responden menyatakan tidak sering menghadiri prosesi Jamuan Makan Pengantin dalam upacara Tueng
Dara Baro yang diselenggarakan di daerah tinggal. Data tersebut menyatakan bahwa responden terbesar menyatakan sangat
sering menghadiri prosesi Jamuan Makan Pengantin dalam upacara Tueng Dara Baro yang diselenggarakan di daerah tinggal. Gambaran dari data tersebut bahwa
prosesi Jamuan Makan Pengantin selalu diadakan dalam penyelenggaran upacara pernikahan adat Aceh di daerah tempat tinggal.
VI.2 Pembahasan
Perpindahan penduduk dari daerah asal mereka menuju daerah yang mempunyai daya tarik ekonomi, menyebabkan terjadinya percampuran-
percampuran budaya atau akulturasi antara budaya masyarakat setempat dengan masyarakat pendatang atau masyarakat urban. Sering kali hal ini menimbulkan
kebiasaan-kebiasaan baru dalam kehidupan bermasyarakat, baik bagi pendatang
maupun masyarakat setempat.
Pernikahan khususnya pernikahan adat atau tradisional merupakan salah satu bentuk upacara kedaerahan yang paling jelas membuktikan terjadinya
akulturasi budaya. Pernikahan adat yang cenderung unik dan memiliki ciri khas tersendiri dari setiap daerah mulai mengalamai proses pergeseran. Terdapat
banyak perubahan yang terjadi dalam detail-detail suatu pernikahan adat tersebut,
Universitas Sumatera Utara
yang disesuaikan dengan keadaan daerah serta masyarakat setempat, misalnya saja terjadi pengurangan atau penambahan unsur-unsur kebudayaan yang
terkandung di dalam upacara pernikahan adat itu sendiri. Upacara pernikahan adat Aceh bukanlah hal yang baru di mata masyarakat
Kelurahan Helvetia. Banyaknya warga Aceh atau keturunan Aceh di kelurahan ini membuat upacara pernikahan Aceh menjadi salah satu upacara adat yang sering
diadakan oleh penduduk setempat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, mayoritas masyarakat
kelurahan Helvetia menghadiri upacara pernikahan adat Aceh paling tidak 4 empat kali dalam setahun. Upacara pernikahan adat Aceh yang diselenggarakan
di daerah tempat tinggal mempunyai perbedaan dengan upacara pernikahan adat Aceh yang diselenggarakan di daerah asal namun perbedaan yang ada dalam
kedua upacara pernikahan adat tersebut tidak terlalu besar atau signifikan. Bahasa daerah masih sering digunakan dalam pelaksanaan upacara pernikahan adat Aceh
di daerah tempat tinggal. Kebanyakan masyarakat juga beranggapan bahwa pelaksanaan setiap prosesi dalam upacara pernikahan adat Aceh yang
diselenggarakan di daerah tempat tinggal tidaklah harus benar-benar sesuai dengan adat yang asli, disesuaikan dengan adat setempat namun tidak melenceng
terlalu jauh dari adat yang sebenarnya. Prosesi seumapa berbalas pantun sudah mulai jarang diadakan dalam
upacara pernikahan adat Aceh yang diselenggarakan di daerah tinggal, namun prosesi dengan menggunakan tari-tarian masih sering diadakan, hal ini
Universitas Sumatera Utara
menggambarkan bahwa upacara pernikahan adat Aceh tidak hanya sekedar upacara pernikahan, tetapi juga sebagai sarana menghibur atau memperkenalkan
budaya Aceh kepada tamu-tamu yang kebanyakan merupakan masyarakat setempat yang berbeda suku dan adat istiadat. Tepung tawar dan jamuan makan
pengantin juga cukup sering diadakan dimana hal ini menggambarkan kekeluargaan yang masih melekat dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa upacara pernikahan adat Aceh yang diselenggarakan di daerah tempat tinggal kebanyakan sudah disesuaikan
dengan kebudayaan yang ada di daerah dimana upacara pernikahan adat Aceh tersebut diadakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi antar budaya
merupakan hal yang mempengaruhi pelaksanaan upacara pernikahan adat Aceh sebagai proses akulturasi budaya dalam kehidupan masyarakat di Kelurahan
Helvetia, kecamatan Medan Helvetia.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP