Inflamasi Pada PPOK PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK PPOK

Tabel 2.1. Klasifikasi Derajat Keparahan PPOK dari Beberapa Panduan 30,31 Derajat 0 beresiko Derajat I 50 ≤ VEP1 Ringan 70 ≤ VEP1 Ringan 60 ≤VEP180 Derajat I Ringan 80 ≥VEP1 Derajat I Ringan 80 ≥VEP1 Derajat II Sedang 50 ≤VEP180 Derajat II 35 ≤ VEP150 Sedang 50 ≤ VEP170 Sedang 40 ≤ VEP160 Derajat IIa Sedang 50 ≤VEP180 Derajat IIb 30 ≤VEP150 Derajat III Berat 30 ≤VEP150 Derajat III VEP1 35 Berat VEP150 Berat VEP140 Derajat III Berat VEP1 50 gagal nagas atau gagal jantung kanan atau VEP130 Derajat IV Sangat berat VEP1 50 gagal nagas atau gagal jantung kanan atau VEP130 ATS 1995 ERS 1995 BTS 1997 GOLD 2001 GOLD 2008

2.1.6. Inflamasi Pada PPOK

PPOK memiliki karakteristik berupa pola inflamasi lokal dan sistemik dimana sel inflamasi yang berperan di dalamnya terdiri dari netrofil, makrofag, dan sel limfosit T CD8. Sel ini melepaskan mediator inflamasi dan berikatan dengan struktur sel pada saluran napas serta parenkim paru. 4,31 Netrofil merangsang hipersekresi mucus dan berperan sebagai sel kunci dalam terjadinya empisema dan hal ini diketahui sejak defisiensi α 1 -antitripsin memiliki hubungan dengan penyakit ini. Analisa terhadap otot polos saluran napas dan pemeriksaan CT scan memperlihatkan hubungan antara infiltrasi netrofil dengan air trapping dan beratnya obstruksi saluran napas. Para peneliti memperkirakan bahwa mediator inflamasi Universitas Sumatera Utara akan berakibat terhadap perubahan struktur dan kontraktilitas otot saluran napas, dan menyebabkan obstruksi saluran napas perifer. 32 Makrofag sebagai sel inflamasi utama akan melepaskan reactive oxygen species ROS, faktor kemotaktik, sitokin inflamasi, aktivasi kelenjar mukus, dan protein matriks ekstraseluler serta kumpulan dari matrix metalloprotease enzymes MMPs. Pada PPOK fungsi limfosit T CD8 berfungsi untuk merangsang apoptosis sel. Penelitian lainnya mendapatkan aktivitas dari limfosit T CD8 dalam terbentuknya emfisema. 30 Sejumlah besar mediator inflamasi seperti leukotrien B4, IL-8, IL-6, TNF-α akan meningkat pada penderita PPOK. Penarikan sel inflamasi dari sirkulasi faktor kemotaktik, akan menyebabkan kerusakan pada struktur paru atau bertahannya inflamasi netrofilik. 5,15,33 Inflamasi PPOK ditandai dengan meningkatnya jumlah netrofil dan sel limfosit T CD8, sedangkan pada asma terjadi peningkatan jumlah eosinofil dan sel limfosit T CD4. Terjadinya inflamasi sistemik pada penderita PPOK berjalan seiring dengan waktu. Mediator inflamasi dan sel inflamasi yang aktif termasuk Tumor Necrosis Factor-α TNF-α dan Interleukin-6 IL-6 akan dilepaskan ke sirkulasi sistemik penderita PPOK. Beberapa penelitian memperlihatkan penurunan fungsi paru berhubungan dengan meningkatnya faktor inflamasi sistemik yang naik saat terjadi eksaserbasi, dan faktor ini memberikan kontribusi terhadap komorbiditas penderita PPOK. Perjalanan penyakit yang kronik dan low-grade inflammation akan menyebabkan resiko munculnya penyakit sistemik lain, misal semakin meningkatnya resiko arterosklerosis, gagal jantung kronik, obesitas maupun diabetes. Meningkatnya inflamasi sistemik akan merangsang peningkatan mediator seperti C-reactive protein CRP yang memberikan kontribusi terhadap terjadinya disfungsi otot skeletals, berat badan menurun, depresi, osteoporosis dan berkurangnya status kesehatan. Meningkatnya TNF-α dan IL-6 berhubungan dengan arterosklerosis. Dari referensi yang terbaru didapatkan bahwa meningkatnya IL-6 berhubungan dengan meningkatnya prevalensi Universitas Sumatera Utara resistensi insulin pada penderita PPOK. 34,35 Intensitas inflamasi sistemik akan meningkat saat PPOK eksaserbasi terjadi. Asal inflamasi sistemik pada penderita PPOK yaitu dari asap rokok, hiperinflasi paru, hipoksia jaringan, disfungsi otot, dan bone marrow. 35 Penurunan VEP 1 berasal dari inflamasi dan penyempitan saluran napas perifer, sementara penurunan pertukaran gas yang berasal dari kerusakan parenkim pada emfisema. Pada inflamasi yang berlanjut, fibrosis dan eksudat luminal pada saluran napas kecil akan berhubungan pada penurunan VEP 1 dan perbandingan VEP 1 KVP. Obstruksi saluran napas perifer yang progresif akan memerangkap udara selama ekspirasi menghasilkan hiperinflasi yang akan mengurangi kapasitas inspirasi dan akan menyebabkan sesak napas dan keterbatasan kapasitas latihan. Abnormalnya pertukaran gas menyebabkan hipoksemia dan hiperkapnia pada penderita PPOK yang beratnya sejalan dengan perjalanan penyakit. 5

2.2. SISTEM PENDERAJATAN

Dokumen yang terkait

Perbandingan nilai Limfosit T CD8+ pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan laki-laki dewasa sehat perokok di RSUP H.Adam Malik Medan

0 68 74

Hubungan Nilai Spirometri dengan Lean Body Mass Index pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil Di RS Tembakau Deli Medan

1 48 88

Hubungan Keparahan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Stabil Dengan Disfungsi Ereksi

0 67 108

Prevalensi Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dengan Riwayat Merokok di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan Periode Januari 2009 – Desember 2009

1 50 51

Korelasi Derajat Obstruksi Dengan Transpor Mukosiliar Hidung Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Di RSUP H. Adam Malik dan BP4 Medan

0 0 18

Korelasi Derajat Obstruksi Dengan Transpor Mukosiliar Hidung Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Di RSUP H. Adam Malik dan BP4 Medan

0 0 1

Korelasi Derajat Obstruksi Dengan Transpor Mukosiliar Hidung Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Di RSUP H. Adam Malik dan BP4 Medan

0 0 4

Korelasi Derajat Obstruksi Dengan Transpor Mukosiliar Hidung Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Di RSUP H. Adam Malik dan BP4 Medan

0 0 24

Korelasi Derajat Obstruksi Dengan Transpor Mukosiliar Hidung Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Di RSUP H. Adam Malik dan BP4 Medan

0 0 4

Korelasi Derajat Obstruksi Dengan Transpor Mukosiliar Hidung Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Di RSUP H. Adam Malik dan BP4 Medan

0 0 8