SISTEM PENDERAJATAN Profil Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Berdasarkan Penilaian BODE Index di RSUP H.Adam Malik dan RS PTP II Tembakau Deli Medan

resistensi insulin pada penderita PPOK. 34,35 Intensitas inflamasi sistemik akan meningkat saat PPOK eksaserbasi terjadi. Asal inflamasi sistemik pada penderita PPOK yaitu dari asap rokok, hiperinflasi paru, hipoksia jaringan, disfungsi otot, dan bone marrow. 35 Penurunan VEP 1 berasal dari inflamasi dan penyempitan saluran napas perifer, sementara penurunan pertukaran gas yang berasal dari kerusakan parenkim pada emfisema. Pada inflamasi yang berlanjut, fibrosis dan eksudat luminal pada saluran napas kecil akan berhubungan pada penurunan VEP 1 dan perbandingan VEP 1 KVP. Obstruksi saluran napas perifer yang progresif akan memerangkap udara selama ekspirasi menghasilkan hiperinflasi yang akan mengurangi kapasitas inspirasi dan akan menyebabkan sesak napas dan keterbatasan kapasitas latihan. Abnormalnya pertukaran gas menyebabkan hipoksemia dan hiperkapnia pada penderita PPOK yang beratnya sejalan dengan perjalanan penyakit. 5

2.2. SISTEM PENDERAJATAN

MULTIDIMENSIBODE INDEX BODE Index merupakan penderajatan multidimensi yang dibuat untuk menilai risiko klinis pada penderita PPOK, BODE Index ini menggabungkan empat variable yang penting ke dalam sebuah skor tunggal, dengan skor yang lebih tinggi mengidikasi risiko yang lebih besar, BODE Index biasa digunakan untuk memprognosis kualitas pertahanan hidup pada penderita dengan melihat faktor pulmonal dan ekstra pulmonal. 36 Resiko kematian dari penyakit respiratorik menyebabkan peningkatan lebih dari 60 bagi setiap nilai yang meningkat di dalam BODE Index. Individu-individu dengan skor pada kuartil keempat skor 7-10 adalah empat kali lebih cenderung untuk dirawat inap di rumah sakit dari pada skor pada kuartil pertama 0-2. BODE Index juga berhubungan erat dengan pasien berobat jalan. 37 Rehabilitasi paru dapat memperbaiki skor BODE Index sebanyak 0,9 Point pada penderita PPOK derajat berat hingga sedang dan menggambarkan efek yang baik terhadap Universitas Sumatera Utara test jalan 6 menit dan sesak napas.kita ketahui bahwa uji jalan dapat dilakukan dilakukan dalam 6,8 atau 12 menit,tetapi menurut paul dkk setelah dilakukan penelitian utk ke tiga uji jalan tersebut didapati nilai yang sama,sehingga uji jalan 6 menit yang selalu digunakan 36,37 VEP 1 sangat mudah diukur dan merupakan prediktor yang kuat dalam hubungan dengan mortalitas penderita PPOK. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan VEP 1 sangat penting dalam menentukan prognosis penderita PPOK. Penelitian jangka panjang tentang penurunan VEP 1 telah menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kebiasaan merokok dan terjadinya eksaserbasi. PPOK berhubungan dengan inflamasi saluran napas dan inflamasi sistemik, walaupun masih sedikit informasi tentang hubungan inflamasi dengan penurunan VEP 1. Petanda inflamasi sangat tinggi levelnya pada penderita dengan PPOK derajat berat dan meningkat saat terjadinya eksaserbasi. Penelitian cohort Gavin dkk memperlihatkan hubungan antara inflamasi sistemik dan penurunan VEP 1 dengan memonitor penderita PPOK derajat sedang dan berat. 38 Status sosial ekonomi terbukti sebagai resiko terjadinya PPOK dengan perbandingan terbalik antara kejadian PPOK dengan status sosial ekonomi. Koster dkk. mengungkapkan bahwa penurunan sosial ekonomi dapat menurunkan fungsi organ tubuh termasuk paru dan meningkatkan komorbiditi dan berat penyakit termasuk di dalamnya adalah PPOK, walaupun hal itu tidak berdiri sendiri. 39 Kehilangan massa otot skeletal pada PPOK dan terdapatnya beberapa abnormalitas bioenergetika dapat dilihat dengan penurunan berat badan. Efek sistemik dapat terlihat secara signifikan pada gejala klinis seperti terbatasnya aktivitas dan berdampak buruk pada kualitas hidup. Status nutrisi dapat dievaluasi melalui Indeks Massa Tubuh IMT dan kehilangan massa otot skeletal merupakan penyebab utama dari penurunan IMT. 40,41,42 Tes jalan 6 menit adalah latihan sederhana yang dapat mengakses status fungsional penderita PPOK. Uji ini mengevaluasi secara global dan terintegrasi respon paru, Universitas Sumatera Utara kardiovaskuler, dan sistem muskular yang mencerminkan tingkatan dari kemampuan akitivitas fisik sehari-hari. 43 Tes jalan 6 menit tidak dapat berdiri sendiri, toleransi latihan fungsional pada penderita PPOK dinilai dengan beberapa faktor yang menggambarkan tampilan tes jalan 6 menit antara lain; frekuensi denyut jantung, jarak jalan, saturasi oksigen dan derajat sesak napas. Indikasi utama tes jalan 6 menit adalah untuk mengukur respon intervensi medis penderita dengan kelainan jantung atau paru derajat ringan sampai berat. Indikasi lain adalah untuk mengukur status fungsional penderita dan memprediksi mortalitas dan morbiditas penyakit. 44 Terdapat banyak skala untuk menilai sesak seperti Transient Dyspneu Index, Baseline Dyspneu index, dan skala besar Borg. Parameter yang digunakan pada BODE adalah skala sesak yang berasal dari Modified Medical Research Council for Dyspneu MMRC dengan alasan skor MMRC dapat memperkirakan kemungkinan ketahanan hidup diantara penderita- penderita PPOK. 45 Tabel di bawah ini memperlihatkan skala berdasar MMRC. Tabel. 2.2. Modified Medical Research Council Dyspneu score Tidak bermasalah dengan sesak, kecuali dengan latihan berat 1 Sesak napas apabila terburu-buru atau menaiki bukit yang agak tinggi 2 Berjalan pelan atau berhenti sejenak untuk bernapas. 3 Berhenti untuk bernapas setelah berjalan selama 100 meter 4 Sesak bila meninggalkan rumah atau sesak saat berpakaian atau melepaskan pakaian Dikutip dari 6 BODE indeks yang terdiri dari komponen Body mass index, Obstructif ventilator defect severity, Dyspneu severity, and Exercise capacity dapat digunakan untuk memperlihatkan perjalanan penyakit dan memprediksi terjadinya eksaserbasi pada penderita PPOK. 10,45 Kombinasi dari beberapa variabel yaitu indeks massa tubuh berdasarkan berat badan dibagi tinggi badan dalam meter persegi, obstruksi aliran udara berdasar VEP 1 , sesak Universitas Sumatera Utara berdasar MMRC dan kapasitas latihan berdasarkan uji jalan 6 menit, telah terbukti dalam memprediksi resiko kematian dengan cara mudah. 2,10 Makin tinggi skor BODE indeks maka makin buruk prognosisnya karena mengindikasikan lebih banyak perburukan multidimensional karena PPOK-nya. Tabel dibawah menunjukkan perhitungan skor prognostik BODE Index. Tabel 2.3. Variabel dan Nilai Ukur yang Digunakan untuk Perhitungan BODE Index Perhitungan BODE index Poin BODE indeks Variabel 1 2 3 VEP 1 ≥65 50-64 36-49 ≤35 Uji Jalan 6 menit ≥349 250-349 150-249 ≤149 Derajat Dyspneu 0-1 2 3 4 Indeks Massa Tubuh ≥21 ≤21 Dikutip dari 6 Keterangan: 1. VEP1 1. Points 0: VEP1 ≥ 64 2. Points 1: VEP1 50-64 3. Points 2: VEP1 36-49 4. Points 3: VEP1 ≤3 5 2. Uji Jalan 6 menit 1. Points 0: Berjalan ≥3 49 meter 2. Points 1: Berjalan 250-349 meter 3. Points 2: Berjalan 150-249 meter 4. Points 3: Berjalan ≤ 149 meter Universitas Sumatera Utara 3. Derajat Dyspneu 1. Points 0: Dyspneu Index 0-1 2. Points 1: Dyspneu Index 2 3. Points 2: Dyspneu Index 3 4. Points 3: Dyspneu Index 4-5 4. Indeks Massa Tubuh 1. Points 0: BMI ≥2 1 2. Points 1: BMI ≤ 21 Oleh Ong dkk kuartil BODE index digunakan untuk memprediksi penderita PPOK yang perlu perawatan di rumah sakit dan juga digunakan sebagai instrumen untuk mengetahui hasil dari terapi pada penderita PPOK. 6 Tabel. 2.4. Klasifikasi Quartil BODE index Quartil 1 = 0-2 Point Quartil 2 = 3-4 Point Quartil 3 = 5-6 Point Quartil 4 = 7-10 Point Dikutip dari 6 Keterangan: Q1: 0-2 : artinya 30 penderita diperkirakan dapat bertahan hidup selama 2 tahun Q2: 3-4 : artinya 15 penderita diperkirakan dapat bertahan hidup selama 2 tahun Q3: 5-6 : artinya 10 penderita diperkirakan dapat bertahan hidup selama 2 tahun Q4:7-10: artinya 10 penderita diperkirakan dapat bertahan hidup selama 2 tahun Universitas Sumatera Utara Contoh kasus: Penderita yang telah di uji didapati hasil • Dengan nilai VEP1 50-64 point BODE Index 1. • Uji jalan 6 menit dengan nilai 250-349 meter point BODE Index 1. • Derajat dyspneu dengan nilai 3 point BODE Index 2. • Dan nilai indeks massa tubuh dengan nilai ≥ 21 point BODE Index 0 Maka hasil penjumlahan point yaitu 4,dan nilai point dimasukkan ke tabel quartile BODE Index yang seperti,diatas maka di dapati persentase kualitas pertahanan hidup. Universitas Sumatera Utara

2.3 KERANGKA KONSEP

Dokumen yang terkait

Perbandingan nilai Limfosit T CD8+ pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan laki-laki dewasa sehat perokok di RSUP H.Adam Malik Medan

0 68 74

Hubungan Nilai Spirometri dengan Lean Body Mass Index pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil Di RS Tembakau Deli Medan

1 48 88

Hubungan Keparahan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Stabil Dengan Disfungsi Ereksi

0 67 108

Prevalensi Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dengan Riwayat Merokok di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan Periode Januari 2009 – Desember 2009

1 50 51

Korelasi Derajat Obstruksi Dengan Transpor Mukosiliar Hidung Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Di RSUP H. Adam Malik dan BP4 Medan

0 0 18

Korelasi Derajat Obstruksi Dengan Transpor Mukosiliar Hidung Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Di RSUP H. Adam Malik dan BP4 Medan

0 0 1

Korelasi Derajat Obstruksi Dengan Transpor Mukosiliar Hidung Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Di RSUP H. Adam Malik dan BP4 Medan

0 0 4

Korelasi Derajat Obstruksi Dengan Transpor Mukosiliar Hidung Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Di RSUP H. Adam Malik dan BP4 Medan

0 0 24

Korelasi Derajat Obstruksi Dengan Transpor Mukosiliar Hidung Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Di RSUP H. Adam Malik dan BP4 Medan

0 0 4

Korelasi Derajat Obstruksi Dengan Transpor Mukosiliar Hidung Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Di RSUP H. Adam Malik dan BP4 Medan

0 0 8