Analisa Proses RCM Analisa Interval Penggantian Komponen

Dan seterusnya, perhitungan D2, D3,...Dt dengan menggunakan Microsoft Excel yang dapat dilihat pada Lampiran. Hasil akhir yang diperoleh adalah berupa interval pergantian komponen kritis antara lain: 1. Universal joint: 122 jam 2. Bearing engkol: 1067 jam 3. Bearing infeed: 397 jam 4. Bearing discharge: 642 jam

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisa Proses RCM

Berdasarkan hasil analisis terhadap langkah-langkah RCM yang diterapkan pada bottling line tiga PT. Sinar Sosro diketahui bahwa tingkat kerusakan tertinggi terletak pada mesin bottle washer. Dengan demikian perlu diperhatikan persediaan spare part untuk pergantian komponen yang memiliki efek kerusakan mayor dan sering atau kritis. Universitas Sumatera Utara Komponen yang memiliki tingkat kerusakan yang kritis dan memiliki dampak yang cukup besar terhadap jalannya proses produksi adalah universal joint, bearing serta bagian pocket dan cam infeed. Dengan memperhatikan bahwa spare part berupa bearing dan seal pocket yang di pesan dari Jerman, tentu memerlukan lead time yang lama dengan rata-rata 5 bulan. Sementara spare part lainnya berasal dari pasar lokal. Hasil pengelompokan dengan LTA diperoleh bahwa kategori komponen kebanyakan adalah komponen dengan tipe B sebesar 79. Artinya komponen tersebut tidak membahayakan bagi operator apabila terjadi kerusakan. Sementara kategori C sebesar 21 yang tergolong kategori outage. Tabel 6.1. Kategori Komponen No. Kategori Persentase 1. A - 2. B 79 3. C 21 Total 100

6.2. Analisa Interval Penggantian Komponen

Berdasarkan tingkat kerusakan yang paling sering pada universal joint, dan bearing dengan interval penggantian komponen setiap 122 jam, 1067 jam, 397 dan 642 jam dimana: 1 minggu = 5 hari kerja. 1 hari kerja = 2 shift. 1 shift = 9 jam kerja. Maka dalam 1 bulan = 90 jam kerja. Jadwal pergantian komponen tersebut adalah: 1. Universal Joint: 1229 = 13,55 shift atau sekitar 14 shift. Universitas Sumatera Utara Dengan kata lain, maka setiap satu minggu dua hari akan dilakukan pergantian terhadap komponen universal joint. 2. Bearing engkol: 10679 = 118,55 shift atau sekitar 119 shift. Dengan kata lain, dilakukan pergantian setiap 12 minggu sekali. 3. Bearing infeed: 3979 = 44,11 shift atau sekitar 44 shift. Dengan kata lain, dilakukan pergantian setiap 4,4 minggu sekali. 4. Bearing discharge: 6429 = 71,33 shift atau sekitar 71 shift. Dengan kata lain, dilakukan pergantian setiap 7 minggu sekali. Dengan mengacu pada jadwal pergantian tersebut maka rata-rata persedian komponen untuk universal joint adalah 5 buah satu bulan, komponen bearing engkol 5 buah satu tahun, komponen bearing infeed 12 buah satu tahun dan komponen bearing discharge 8 buah satu tahun. Tabel 6.2. menunjukkan rata-rata interval kerusakan komponen kritis Tabel 6.2. Rata-rata Interval Pergantian Komponen Kritis Aktual Komponen Kritis Penggantian Aktual Usulan Universal Joint 134.8125 122 Bearing Engkol 1098 1067 Bearing Infeed 508 397 Bearing Discharge 820.833 642 Gambar 6.1. berikut menggambarkan perbedaan kondisi aktual dengan usulan dari pergantian komponen. Universitas Sumatera Utara 134,8 Pergantian Komponen Universal Joint Aktual t 122 Pergantian Komponen Universal Joint Usulan t 1098 Pergantian Komponen Bearing Engkol Aktual t 1067 Pergantian Komponen Bearing Engkol Usulan t 508 Pergantian Komponen Bearing Infeed Aktual t 397 Pergantian Komponen Bearing Infeed Usulan t 820.83 Pergantian Komponen Bearing Discharge Aktual t 642 Pergantian Komponen Bearing Discharge Usulan t Gambar 6.1. Perbandingan Interval Pergantian Komponen Kritis Secara Aktual dengan Usulan Berdasarkan perbandingan antara rata-rata interval kerusakan komponen kritis dengan hasil perhitungan Total Minimum Downtime maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata pergantian komponen dilakukan sebelum terjadi kerusakan. Dengan melakukan pergantian komponen sebelum terjadinya failure akan dapat mencegah terjadinya breakdown dan menaikkan produktivitas meskipun secara sekilas biaya untuk pergantian komponen akan lebih tinggi karena sebelum komponen rusak telah diganti terlebih dahulu. Namun, jika dilihat Universitas Sumatera Utara dari dampak yang akan ditimbulkan jika tidak dilakukan pergantian adalah breakdown. Dengan adanya breakdown maka akan timbul losses dimana jumlah hasil akhir produksi akan menurun. Rata-rata breakdown akibat kerusakan universal joint adalah 0,7 jam, bearing engkol adalah 0,5 jam, bearing infeed adalah 0,6 jam, dan bearing discharge adalah 0,5 jam. Maka jika dilakukan pergantian secara dini terhadap komponen kritis maka waktu yang hilang akibat adanya breakdown dapat dimanfaatkan untuk produksi. Waktu produksi yang diperoleh dengan usulan perbaikan pergantian komponen adalah 2,3 jam. Persentase selisih waktu pergantian komponen dengan membandingkan kondisi aktual dan usulan adalah sebagai berikut: Universal Joint = 9,50 Bearing Engkol = 2,82 Bearing Infeed = 21,8 Bearing Discharrge = 21,7 6.3. Analisa FMEA dan Kegagalan Fungsi Subsistem Tabel 6.3. menunjukkan fungsi dan kegagalan fungsi yang mungkin terjadi pada subsistem mesin bottle washer. Tabel 6.3. Fungsi dan Kegagalan Fungsi Subsistem No. Fungsi No. Kerusakan Fungsi Uraian FungsiKegagalan Fungsi 1.1 Sumber utama penggerak infeed, discharge, nozle dan pocket 1.1.1 Gerakan infeed tidak selaras dengan pocket Universitas Sumatera Utara 1.1.2 Gerakan discharge tidak selaras dengan pocket 1.1.3 Gagal memutar kopling gearbox 1.1.4 Gagal memutar roda gigi 1.1.5 Gagal memutar gerakan engkol infeed dan discharge 1.2 Memasukkan dan menampung botol yang masuk dan keluar 1.2.1 Bibir botol menyinggung pinggir pocket 1.2.2 Bagian bawah botol menyinggung pocket 1.2.3 Cam infeed dan discharge aus yang menyebabkan botol pecah 1.3 Memanaskan air dengan steam untuk digunakan pada hotwater 1.3.1 Suhu air tidak standar 1.3.2 Gagal mengalirkan steam 1.4 Bak perendaman dan pembilasan botol kotor 1.4.1 Konsentrasi kaustik tidak standar 1.4.2 Aliran air tidak normal 1.4.3. Botol pecah pada bagian dalam saat melewati wadah pencucian Dengan berdasarkan Tabel 6.3. mengenai fungsi dan kegagalan fungsi yang diperoleh dari pengolahan data pada bab sebelumnya beserta tabel FMEA, maka dapat diajukan usulan kegiatan perawatan yang berkenaan dengan kegagalan fungsi tersebut. 1. Gerakan infeed dan discharge yang tidak selaras dengan pocket dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu akibat rantai yang kendur atau putus, setelan yang tidak standar. Untuk itu, perlu dibuat suatu standarisasi setting sprocket agar tidak membutuhkan waktu yang lama dalam mengatur setting tersebut. 2. Kegagalan dalam memutar kopling dapat disebabkan beberapa hal yaitu universal joint patah atau ada kerusakan pada maindrive maupun gearbox. Universitas Sumatera Utara Untuk itu, diusulkan pergantian komponen secara universal joint sesuai jadwal. 3. Kegagalan dalam memutar roda gigi diakibatkan oleh rantai yang aus dan putus sehingga berakibat pada gerakan engkol infeed yang juga berhenti. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pelumasan rantai dan pemeriksaan secara berkala kondisi rantai. 4. Bibir botol yang menyinggung pocket adalah akibat setelan gerakan infeed yang tidak pas dengan pocket. 5. Botol pecah akibat cam infeed dan discharge karena adanya botol yang masuk ke dalam jalur dalam posisi terbalik sehingga menyebabkan kemacetan dan hantaman antara bibir botol dengan cam infeed. Dalam hal ini bisa terjadi botol pecah dan cam infeed patah. 6. Kegagalan dalam memanaskan air kemungkinan disebabkan oleh adanya kebocoran valve, kerusakan pada PHE dan THE. 7. Pecahnnya botol pada bagian bakwadah adalah akibat adanya gesekan antara bagian bawah botol dengan plat dasar. Hal ini terjadi akibat gerakan pocket yang membawa botol dengan cara menyeret sehingga lama kelamaan plat dasar akan aus dan menimbulkan gerigi dan tidak rata. maka tingkat kemungkinan pecahnya botol di dalam mesin menjadi tinggi. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan keausan plat dasar tersebut setiap satu bulan sekali. 8. Pocket yang baling akan menimbulkan botol pecah. Pocket baling akibat adanya gesekan antara plat dasar dengan pocket yang membawa botol. Pocket Universitas Sumatera Utara yang telah rusakbaling tidak boleh diisi botol lagi. Untuk memperbaikinya, perlu dilakukan pengepresan terhadap pocket yang baling. Dengan mengacu pada uraian di atas mengenai kegagalan fungsi beserta penyebabnya maka dapat diusulkan beberapa kegiatan maintenance untuk meminimalkan terjadinya breakdown mesin dan botol pecah. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.4. Tabel 6.4. Daftar Usulan Kegiatan Maintenance No. Kegiatan Kategori CD TD RF 1 Bersihkan bak presoaking x 2 Bersihkan infeed dan discharge x 3 Lumasi rantai, bearing dan discharge x 4 Periksa dan bersihkan pipa lubang nozzle. x 5 Periksa termometer dan manometer x 6 Periksa gearbox maindrive x 7 Ganti Universal Joint sesuai jadwal x 8 Periksa ketegangan rantai penggerak x 9 Periksa teflon cam infeed dan discharge x 10 Periksa pocket x 11 Periksa rel plat dasar x 12 Bersihkan bak presoaking, lye I, lye II, Hotwater I, II, III x 13 Periksa valve-valve x 14 Periksa dan ganti bearing-bearing sesuai jadwal x 15 Periksa PHE dan THE x Tabel 6.4. Daftar Usulan Kegiatan Maintenance Lanjutan No. Kegiatan Kategori CD TD RF 16 Periksa motor, gearbox dan pompa x 17 Ganti oli gearbox sesuai jadwal x Kegiatan pemeriksaan kondisi mesin sesuai dengan kategori Condition Directed dapat dilakukan setiap hari pada saat mesin sedang berproduksi. Universitas Sumatera Utara Operator berjalan memperhatikan apakah ada sesuatu yang berbeda dari mesin tersebut dilihat dari pergerakan dan suara mesin. Kegiatan berdasarkan kategori Time Directed dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Kegiatan kebersihan dapat dilakukan setiap satu minggu sekali. Jadwal penggantian komponen dilakukan sesuai jadwal yang telah dihitung sebelumnya. Sementara kegiatan Run to Failure dilakukan apabila komponen tersebut telah rusak dan tidak dapat berfungsi lagi. Standar Operating Procedure SOP disusun berdasarkan hasil pengolahan dan analisis terhadap FMEA, dimana prosedur dilaksanakan dengan tujuan untuk mencari penyebab kerusakan dan melakukan perbaikan sesuai dengan spesifikasinya. Gambar 6.1. berikut adalah SOP berupa langkah-langkah dalam kegiatan maintenance. Universitas Sumatera Utara Personil Maintenance: Memeriksa kegagalan fungsi peralatan pada bottle washer di lantai produksi Mulai Personil Maintenance: Menemukan kegagalan fungsi peralatan pada bottle washer Personil Maintenance: Mencari informasi mengenai nama bagian mesin yang dideteksi kerusakan, penyebab kerusakan, pengaruh kerusakan Personil Maintenance: Memberikan prioritas pada tiap kerusakan dan melakukan tinjauan dari fungsi, kegagalan fungsi Personil Maintenance: Menemukan tindakan yang tepat untuk kerusakan tertentu. Selesai Gambar 6.2. SOP Maintenance Universitas Sumatera Utara

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Pengembangan Sistem Pemeliharaan Mesin Dengan Pendekatan Reliability Centered Maintenance (RCM) dan Failure And Mode Effect Analysis (FMEA) Pada Pabrik Kertas Rokok PT. Pusaka Prima Mandiri

11 150 124

Perancangan Preventive Maintenance dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) dengan Mengaplikasikan Grey FMEA pada PT. Kharisma Abadi Sejati

26 189 143

Penerapan Preventive Maintenance Untuk Meningkatkan Reliability Pada Boiler Feed Pump PLTU Tarahan Unit 3 & 4

22 117 179

Pendekatan Reliability Centered Maintenance (RCM) Untuk Merencanakan Kegiatan Perawatan Mesin Di PT. SMART, TBK

18 107 121

Perencanaan Pemeliharaan Paper Machine dengan Basis RCM (Reliability Centered Maintenance) Di PT.PDM Indonesia

13 90 170

Perencanaan Perawatan Mesin dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) pada PT. Sumatera Timberindo Industry

7 103 57

Perancangan Preventive Maintenance Dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) dan Fault Tree Analysis (FTA) Pada PT. Pusaka Prima Mandiri

4 9 20

Perancangan Preventive Maintenance Dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) dan Fault Tree Analysis (FTA) Pada PT. Pusaka Prima Mandiri

0 0 1

Perancangan Preventive Maintenance Dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) dan Fault Tree Analysis (FTA) Pada PT. Pusaka Prima Mandiri

0 0 7

Perancangan Preventive Maintenance dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) dengan Mengaplikasikan Grey FMEA pada PT. Kharisma Abadi Sejati

0 2 14