Uji Suai Pola dengan Software Easyfit 5.40

Pemilihan tindakan pencegahan berdasarkan hasil analisis terhadap FMEA dan LTA adalah sebagai berikut: 1. Condition Directed CD: dilakukan pencegahan dengan berdasarkan kondisi komponen yang sedang berfungsi. a. Cam Infeed b. Cam Discharge c. PHE d. THE e. Rantai 2. Time Directed TD: dilakukan pencegahan dengan berdasarkan perhitungan reliability. a. Bearing b. Universal Joint 3. Failure Finding FD: dilakukan pencegahan dengan berdasarkan temuan kerusakan. a. Pocket

5.3. Reliability

5.3.1. Uji Suai Pola dengan Software Easyfit 5.40

Berdasarkan hasil analisis RCM, maka perhitungan reliability hanya didasarkan pada komponen yang bersifat time directed TD yaitu universal joint dan bearing. Reliability memerlukan bentuk pola data interval kerusakan Universitas Sumatera Utara komponen yang biasanya berupa lognormal, weibull, gamma, eksponensial dan normal. Tabel 5.12. menunjukkan hasil rekapitulasi uji distribusi dan parameternya dengan software easyfit 5.40. Tabel 5.12. Pola Distribusi Interval Kerusakan No Part Pola Distribusi Parameter 1 Bearing Infeed Normal σ = 180.25 µ = 508 2 Bearing Discharge Normal σ = 161.88 µ = 820.83 3 Bearing Engkol Weibull α = 0.49299 β= 275.2 γ = 387 4 Universal Joint Lognormal σ = 0.51947 µ = 5.053 γ =-43.638 Perhitungan manual untuk mendapatkan parameter nilai standar deviasi dan rata-rata dari komponen bearing infeed dengan data berdasarkan Tabel 5.2. adalah sebagai berikut: Untuk parameter lainnya digunakan hasil perhitungan dengan menggunakan software easyfit 5.40 karena hasil perhitungan manual untuk satu komponen telah sama dengan hasil perhitungan dengan software. Berikut adalah hasil pengujian pola distribusi dengan menggunakan software easyfit 5.40. dengan berdasarkan data Tabel 5.2. 1. Bearing Infeed Universitas Sumatera Utara Bearing tersebut berguna untuk mempermudah putaran dan memperkecil gesekan. Hasil pengujian dengan menggunakan software 5.40. diperoleh distribusi bearing infeed berdistribusi normal. Untuk membentuk probability density function distribusi normal diperoleh dengan menggunakan rumus:     − − = 2 2 2 exp 2 1 σ µ π σ x x f Dimana: σ = 180.25 dan µ = 508. Dengan menggunakan rumus tersebut maka dapat dihitung nilai fx dengan x yang ditentukan untuk memetakan koordinat dari x, fx. Contoh: 00095 , 25 . 180 2 508 280 exp 2 25 . 180 1 280 2 2 =     − − = x f π Karena bersifat continuous maka nilai fx harus diintegralkan antara 280 x 320, untuk mendapatkan nilainya. Dengan selang interval sebesar 40 yaitu 320 dikurangi 280 maka titik koordinat y adalah: 0,0397 x 40 = 1,59. Nilai inilah yang digambarkan sebagai titik y. Demikian seterusnya dilakukan perhitungan sehingga diperoleh titik koordinat x dan y. Untuk perhitungan nilai koordinat y atau Fx untuk grafik Cumulative Distribution Function CDF diperoleh dengan cara menjumlahkan atau mengkumulatifkan nilai fx yang telah dihitung sebelumnya pada grafik Probability Density Function PDF. Universitas Sumatera Utara Nilai hazard function rate diperoleh dari rumus: Nilai 0,001105 adalah nilai hx atau y untuk x sama dengan 280. Untuk nilai yang lain dihitung dengan cara yang sama. Untuk nilai cumulative hazard function dihitung dengan rumus: 1 ln x F x H − − = 105 . 280 1 ln 280 = − − = F H Perhitungan untuk interval lainnya dilakukan dengan cara yang sama. Gambar 5.8. menunjukkan Probability Density Function PDF interval kerusakan Bearing Infeed. Gambar 5.8. Probability Density Function Interval Kerusakan Bearing Infeed Gambar 5.9. menunjukkan Cumulative Distribution Function CDF interval kerusakan Bearing Infeed. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.9. Cumulative Distribution Function Interval Kerusakan Bearing Infeed Gambar 5.10. menunjukkan Hazard Function interval kerusakan Bearing Infeed. Gambar 5.10. Hazard Function Interval Kerusakan Bearing Infeed Universitas Sumatera Utara Gambar 5.11. menunjukkan Cumulative Hazard Function interval kerusakan Bearing Infeed. Gambar 5.11. Cumulative Hazard Function Interval Kerusakan Bearing Infeed 2. Bearing Discharge Bearing discharge berfungsi untuk mempermudah dan mengurangi gaya gesek putaran as pada engkol discharge. Hasil pengujian dengan menggunakan software 5.40. diperoleh distribusi bearing discharge berdistribusi normal. Gambar 5.12. menunjukkan Probability Density Function PDF interval kerusakan Bearing Discharge. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.12. Probability Density Function Interval Kerusakan Bearing Discharge Gambar 5.13. menunjukkan Cumulative Distribution Function CDF interval kerusakan Bearing Discharge. Gambar 5.13. Cumulative Distribution Function Interval Kerusakan Bearing Discharge Universitas Sumatera Utara Gambar 5.14. menunjukkan Hazard Function interval kerusakan Bearing Discharge. Gambar 5.14. Hazard Function Interval Kerusakan Bearing Discharge Gambar 5.15. menunjukkan Cumulative Hazard Function interval kerusakan Bearing Discharge. Gambar 5.15. Cumulative Hazard Function Interval Kerusakan Bearing Discharge Universitas Sumatera Utara 3. Bearing Engkol Engkol yang digerakkan oleh sistem mekanik pada bottle washer memiliki bearing yang berhubungan dengan as. Bearing tersebut berguna untuk mempermudah putaran dan memperkecil gesekan. Hasil pengujian dengan menggunakan software 5.40. diperoleh distribusi bearing engkol berdistribusi weibull. Untuk membentuk probability density function distribusi weibull diperoleh dengan menggunakan rumus:             − −     − = − α α β γ β γ β α x x x f exp 1 Dimana: α = 0.49299, β= 275.2 dan γ = 387 Dengan menggunakan rumus tersebut maka dapat dihitung nilai fx dengan x yang ditentukan untuk memetakan koordinat dari x, fx. Contoh: 0067 . 2 . 275 387 400 exp 2 . 275 387 400 2 . 275 49299 . 400 49299 . 1 49299 . =               − −       − = − f Karena bersifat continuous maka nilai fx harus diintegralkan antara 400 x 480, untuk mendapatkan nilainya. Dengan selang interval sebesar 80 yaitu 480 dikurangi 400 maka titik koordinat y adalah: 0,5395 x 80 = 43,16. Nilai inilah yang digambarkan sebagai titik y. Demikian seterusnya dilakukan perhitungan sehingga diperoleh titik koordinat x dan y. Universitas Sumatera Utara Untuk perhitungan nilai koordinat y atau Fx untuk grafik Cumulative Distribution Function CDF diperoleh dengan cara:             − − − = α β γ x x F exp 1 199 . 2 . 275 387 400 exp 1 400 49299 . =               − − − = F Dan setersunya dilakukan perhitungan untuk semua interval dengan cara yang sama. Nilai hazard function rate diperoleh dari rumus: Nilai 0,00842 adalah nilai hx atau y untuk x sama dengan 400. Untuk nilai yang lain dihitung dengan cara yang sama. Untuk nilai cumulative hazard function dihitung dengan rumus: 1 ln x F x H − − = 222 . 199 . 1 ln 400 1 ln 400 = − − = − − = F H Untuk perhitungan lainnya dihitung dengan cara yang sama. Gambar 5.16. menunjukkan Probability Density Function PDF interval kerusakan Bearing Engkol. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.16. Probability Density Function Interval Kerusakan Bearing Engkol Gambar 5.17. menunjukkan Cumulative Distribution Function CDF interval kerusakan Bearing Engkol. Gambar 5.17. Cumulative Distribution Function Interval Kerusakan Bearing Engkol Gambar 5.18. menunjukkan Hazard Function interval kerusakan Bearing Engkol. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.18. Hazard Function Interval Kerusakan Bearing Engkol Gambar 5.19. menunjukkan Cumulative Hazard Function interval kerusakan Bearing Engkol. Gambar 5.19. Cumulative Hazard Function Interval Kerusakan Bearing Engkol 4. Universal Joint Universitas Sumatera Utara Universal joint adalah silang empat seperti engsel yang berfungsi untuk transmisi dayaputaran dari maindrive ke gearbox. Tanpa universal joint maka keseluruhan mesin tidak dapat berfungsi. Hasil pengujian dengan menggunakan software 5.40. diperoleh distribusi bearing infeed berdistribusi lognormal. Untuk membentuk probability density function distribusi lognormal diperoleh dengan menggunakan rumus: [ ]     − − − − = 2 2 2 ln exp 2 1 σ µ γ π σ γ x x x f Dimana: σ = 0.51947 µ = 5.053 γ = - 43.638 Dengan menggunakan rumus tersebut maka dapat dihitung nilai fx dengan x yang ditentukan untuk memetakan koordinat dari x, fx. Contoh: [ ]     − − − − = 2 2 2 ln exp 2 1 σ µ γ π σ γ x x x f [ ] 0044 . 51947 . 2 053 . 5 638 . 43 40 ln exp 2 51947 . 638 . 43 40 1 40 2 2 =     − − − − − − = x f π Karena bersifat continuous maka nilai fx harus diintegralkan antara 40 x 80, untuk mendapatkan nilainya. Nilai inilah yang digambarkan sebagai titik y. Demikian seterusnya dilakukan perhitungan sehingga diperoleh titik koordinat x dan y. Universitas Sumatera Utara Untuk perhitungan nilai koordinat y atau Fx untuk grafik Cumulative Distribution Function CDF diperoleh dengan cara mengkumulatifkan nilai fx dari probability density function. Dan setersunya dilakukan perhitungan untuk semua interval dengan cara yang sama. Nilai hazard function rate diperoleh dari rumus: Nilai 0,005 adalah nilai hx atau y untuk x sama dengan 40. Untuk nilai yang lain dihitung dengan cara yang sama. Untuk nilai cumulative hazard function dihitung dengan rumus: 1 ln x F x H − − = 127 . 12 . 1 ln 40 1 ln 400 = − − = − − = F H Untuk perhitungan lainnya dihitung dengan cara yang sama. Gambar 5.20. menunjukkan Probability Density Function CDF interval kerusakan Universal Joint. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.20. Probability Density Function Interval Kerusakan Universal Joint Gambar 5.21. menunjukkan Cumulative Distribution Function CDF interval kerusakan Universal Joint. Gambar 5.21. Cumulative Distribution Function Interval Kerusakan Universal Joint Gambar 5.22. menunjukkan Hazard Function interval kerusakan Universal Joint. Gambar 5.22. Hazard Function Interval Kerusakan Universal Joint Universitas Sumatera Utara Gambar 5.23. menunjukkan Cumulative Hazard Function interval kerusakan Universal Joint. Gambar 5.23. Cumulative Hazard Function Interval Kerusakan Universal Joint

5.3.2. Uji Kolmogorov-Smirnov

Dokumen yang terkait

Pengembangan Sistem Pemeliharaan Mesin Dengan Pendekatan Reliability Centered Maintenance (RCM) dan Failure And Mode Effect Analysis (FMEA) Pada Pabrik Kertas Rokok PT. Pusaka Prima Mandiri

11 150 124

Perancangan Preventive Maintenance dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) dengan Mengaplikasikan Grey FMEA pada PT. Kharisma Abadi Sejati

26 189 143

Penerapan Preventive Maintenance Untuk Meningkatkan Reliability Pada Boiler Feed Pump PLTU Tarahan Unit 3 & 4

22 117 179

Pendekatan Reliability Centered Maintenance (RCM) Untuk Merencanakan Kegiatan Perawatan Mesin Di PT. SMART, TBK

18 107 121

Perencanaan Pemeliharaan Paper Machine dengan Basis RCM (Reliability Centered Maintenance) Di PT.PDM Indonesia

13 90 170

Perencanaan Perawatan Mesin dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) pada PT. Sumatera Timberindo Industry

7 103 57

Perancangan Preventive Maintenance Dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) dan Fault Tree Analysis (FTA) Pada PT. Pusaka Prima Mandiri

4 9 20

Perancangan Preventive Maintenance Dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) dan Fault Tree Analysis (FTA) Pada PT. Pusaka Prima Mandiri

0 0 1

Perancangan Preventive Maintenance Dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) dan Fault Tree Analysis (FTA) Pada PT. Pusaka Prima Mandiri

0 0 7

Perancangan Preventive Maintenance dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) dengan Mengaplikasikan Grey FMEA pada PT. Kharisma Abadi Sejati

0 2 14