memeriksa fungsi tersembunyi hcidden function secara periodik untuk memastikan kapan suatu komponen mengalami kegagalan.
6. Run to Failure
Run to Failure tergolong sebagai perawatan pencegahan karena faktor ketidaksengajaan yang bisa saja terjadi dalam beberapa peralatan. Disebut juga
sebagai no schedule maintenance karena dilakukan jika tidak ada tindakan pencegahan yang efektif dan efisien yang dapat dilakukan, jika dilakukan tindakan
pencegahan terlalu mahal atau dampak kegagalan tidak terlalu esensial tidak terlalu berpengaruh.
7. Corrective Maintenance
Corrective Maintenance merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan untuk mengatasi kegagalan atau kerusakan yang ditemukan selama masa waktu
preventive maintenance. Pada umumnya, corrective maintenance bukanlah aktivitas perawatan yang terjadwal, karena dilakukan setelah sebuah komponen
mengalami kerusakan dan bertujuan untuk mengembalikan kehandalan sebuah komponen atau sistem ke kondisi semula.
3.2. Kehandalan Reliability
3
Kehandalan atau reliability dapat diartikan sebagai peluang bahwa sebuah komponen akan mampu melaksanakan sebuah fungsi yang spesifik dalam suatu
kondisi operasi dan periode waktu tertentu. Kehandalan merupakan salah satu ukuran keberhasilan sistem pemeliharaan yang digunakan untuk menentukan
Universitas Sumatera Utara
penjadwalan pemeliharaan sendiri. Konsep kehandalan digunakan juga pada berbagai industri, misalnya dalam penentuan interval penggantian komponen
mesin. Secara umum, fungsi kehandalan dinyatakan sebagai berikut:
Dimana fy merupakan fungsi kegagalan sedangkan Rt merupakan fungsi kehandalan. Oleh sebab itu, pemenuhan performa terjadi pada tiga batasan yaitu:
1. Fungsi
2. Waktu
3. Kondisi operasi
Ukuran pemenuhan performa dinyatakan dalam sebuah notasi peluang. Pemenuhan performa tersebut bukan bersifat deterministik, sehingga tidak dapat
diketahui dengan pasti terjadi atau tidak. Oleh sebab itu, kita harus menggunakan peluang dimana sebuah komponen akan sukses atau gagal dalam batasan tertentu
karena tidak mungkin untuk menyatakannya secara pasti.
Gambar 3.1. Bathtub Curve
Universitas Sumatera Utara
Secara umum konsep reliability dapat digambarkan dalam bathtub curve untuk menjelaskan siklus hidup komponen. Nama kurva tersebut disesuaikan
dengan bentuk kurva, dimana kurva tersebut menyatakan tiga hal: 1.
Infant Mortality Stage: pada tahap awal pengembangan produk, terdapat beberapa part, material, proses yang tidak terpantau oleh bagian quality
control. Item yang tidak standard ini kemudian rusak lebih cepat dari pada total waktu hidup produk. Saat masalah ini muncul dan perlahan diperbaiki,
tingkat kerusakan populasi akan menurun dan menstabilkan populasi. 2.
On Average Stage: saat stabilisasi populasi selesai, laju kerusakan produk menjadi konstan. Namun, kita tidak dapat memprediksikan secara pasti kapan
kerusakan terjadi karena terjadinya kerusakan tersebut secara random. 3.
Aging and Wearout Stage: saat masa pemakaian produk meningkat, beberapa mekanisme kegagalan potensial dapat terjadi namun tidak secara random.
Faktanya, kerusakan tersebut berdasarkan waktu atau siklus dan mengarah pada penuaan dan keausan. Dengan demikian, laju kerusakan akan mulai naik
dan umur pakai produk mendekati akhir. Beberapa bentuk variasi bathtub curve untuk menggambarkan siklus
kerusakan komponen dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.2. Variasi Bathtub Curve
Kurva-kurva tersebut terbagi ke dalam kelompok-kelompok sesuai dengan persentase kerusakan:
1. Hanya sekitar 3-4 yang sebenarnya mencerminkan konsep kurva bathtub
tradisional kurva A. 2.
Sekitar 4-20 komponen mengalami karakteristik proses penuaan atau aus aging selama masa pakai kurva A, B, C.
Universitas Sumatera Utara
3. Sebaliknya, 77-92 komponen tidak menunjukkan mekanisme keausan
atau penuaan selama masa pakai D, E, F.
3.3. Pola Distribusi Data