BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Human Capital dan Akumulasi Modal Fisik
Pasca perang dunia II para ekonom mengukur pertumbuhan ekonomi melalui pendekatan rasio capital-output sebagaimana pendekatan teori ekonomi neo-klasik
umumnya. Pendekatan ini menunjukkan hubungan yang erat antara formasi modal dan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat dan negara-negara yang telah
berkembang di Eropa Barat Myrdal, 1968. Dilihat dari kerangka pemikiran kelompok teori modern ada sejumlah
perbedaan mendasar dengan kelompok teori neo-klasik. Di antaranya adalah yang mencakup tenaga kerja, capital barang modal dan kewirausahaan. Dalam hal tenaga
kerja, kelompok teori modern memandang aspek kualitas menjadi penting dari pada aspek kuantitas. Aspek kualitas tenaga kerja tidak hanya dilihat dari tingkat
pendidikan tetapi juga kondisi kesehatannya. Tingkat pendidikan dan kondisi kesehatan menjadi dua variable bebas yang penting di dalam analisis empiris dengan
pendekatan ekonometris mengenai pertumbuhan ekonomi. Studi-studi empiris di sejumlah negara yang dilakukan oleh Barro 1991,
1998, Barro dan Lee 1993, Mankiw dan kawan-kawan 1991 serta Nelson dan Pack 1998 menjabarkan tingkat pendidikan biasanya diukur dengan persentase
tenaga kerja yang berpendidikan tinggi terhadap jumlah tenaga kerja atau penduduk
Armin Thurman Situmorang : Analisis Investasi Dalam Human Capital dan Akumulasi Modal Fisik Terhadap…, 2007 USU e-Repository © 2008
yang terdaftar enrolment pada suatu tingkat pendidikan tertentu. Sedangkan tingkat kesehatan umumnya diukur dengan tingkat harapan hidup life expectancy.
Demikian juga kualitas capital mencerminkan proses teknologi lebih penting dari pada kuantitasnya akumulasi kapital. Kewirausahaan termasuk kemampuan
seseorang untuk melakukan inovasi merupakan salah satu faktor krusial bagi pertumbuhan ekonomi Tambunan, 2001.
Pengalaman Korea Selatan memperlihatkan bahwa ternyata sumber pertumbuhan yang terpenting adalah peningkatan produktivitas dengan
mencerminkan adanya suatu progress teknologi, bukan jumlah dari faktor-faktor produksi yang digunakan. Tenaga kerja di dalam fungsi produksi tidak lagi
merupakan faktor eksogen namun bisa berkembang mengikuti kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan
serta pendidikan menjadi faktor-faktor yang penting dalam pertumbuhan. Dalam studi yang lebih intensif di Amerika Serikat dan negara Eropa Barat
ternyata ditemukan residual atau faktor lain yang lebih berpengaruh daripada investasi modal. Faktor lain yang bekerja dalam pembangunan ekonomi tersebut
adalah pendidikan, kesehatan, riset, teknologi, organisasi, manajemen, pemerintah regulator, administrasi dan lain-lain.
Engelbrecht 2003 mengemukakan bahwa investasi yang lebih besar pada Human Capital HC dan akumulasi atau formasi modal fisik menyebabkan Amerika
Serikat meraih keuntungan pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dan dari
Armin Thurman Situmorang : Analisis Investasi Dalam Human Capital dan Akumulasi Modal Fisik Terhadap…, 2007 USU e-Repository © 2008
sejumlah studi literatur ekonomi diperoleh berbagai macam fungsi khusus HC yang berguna untuk meningkatkan penghasilan individu dan sebagai mesin penggerak
pertumbuhan ekonomi. Perbaikan pendidikan diharapkan dapat memberi peluang pertumbuhan yang
lebih tinggi di masa depan sebab dengan perbaikan pendidikan maka para pekerja memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengoperasikan dan mengeksploitasi
sumber daya ekonomi modern dan memanipulasi modal fisik. Perbaikan tersebut terutama harus diprioritaskan pada pendidikan dasar.
Campbell dan Stanley 1986 menyebutkan investasi dalam human capital adalah seluruh kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas produktivitas tenaga
kerja pada waktu tertentu. Investasi dalam human capital bukan hanya pengeluaran atau belanja pendidikan formal dan pelatihan selama bekerja, tetapi termasuk juga
belanja kesehatan dan migrasi. Produktivitas pekerja meningkat melalui perbaikan kesehatan fisik dan mental serta melalui perpindahan lokasi tempat mereka bekerja.
Tujuan investasi perusahaan dalam physical capital seperti belanja aset atau mesin-mesin baru adalah meningkatkan penerimaan atau produksi di masa datang,
demikian juga halnya investasi yang dilakukan dalam human capital. Belanja pendidikan atau pelatihan bagi seseorang orang tua atau masyarakat bertujuan
mengantisipasi pengetahuan dan skill guna meningkatkanan penghasilan di masa datang.
Armin Thurman Situmorang : Analisis Investasi Dalam Human Capital dan Akumulasi Modal Fisik Terhadap…, 2007 USU e-Repository © 2008
Kurva penghasilan bertambah incremental earnings Campbell dan Stanley secara sederhana menggambarkan profil peningkatan pendapatan seseorang akibat
pendidikan lanjutan. Gambar 2-1 menjelaskan seberapa besar tambahan penghasilan yang akan diperoleh pekerja berpendidikan lanjutan dibanding dengan pekerja yang
berpendidikan menengah. Kurva HH menunjukkan penghasilan jika seseorang memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kurva CC
adalah biaya dan penghasilan bila melanjutkan pendidikan 4 tahun di perguruan tinggi sebelum memasuki pasar kerja. Area – 1 merupakan biaya langsung atau
pendapatan negatif selama melanjutkan pendidikan. Area – 2 merupakan biaya tidak langsung indirect cost atau biaya peluang opportunity cost yakni biaya akibat
menahan diri dari penghasilan yang seharusnya diterima karena mengikuti pendidikan. Jumlah Area-1 dan Area –2 adalah total investasi dalam pendidikan.
C H
65 2 Indirect Cost
1Direct Cost Age
22 18
H 3 Incremental Earnings
A N
N U
A L
E A
R N
I N
G S
Sumber : Campbell Stanley, 1986
Gambar 2-1 : Kurva incremental earnings pekerja berpendidikan tinggi
Armin Thurman Situmorang : Analisis Investasi Dalam Human Capital dan Akumulasi Modal Fisik Terhadap…, 2007 USU e-Repository © 2008
Area – 3 menunjukkan tambahan penghasilan bruto yang diterima oleh pekerja
berpendidikan lanjutan atau incremental earnings. 2.2. Kesehatan dan Pertumbuhan Ekonomi
Pada teori permintaan konvensional diajukan asumsi bahwa konsumen mempunyai cukup informasi untuk melakukan pemilihan barang yang akan
dikonsumsi secara optimal dalam mencapai utiliti maksimum, namun model tersebut tidak berlaku secara sempurna pada pasar pelayanan kesehatan. Hal ini terjadi karena
karakteristik komoditi kesehatan yaitu ketidaksempurnaan informasi, keterbatasan pengetahuan lack of knowledge, ketidakpastian permintaan, monopoli penawaran,
tidak pernah homogen, efek eksternalitas dan asing non-excludability, bahaya moral dan tergolong barang mutu jasa atau merit goods Tjipto dan Soesetyo, 1994.
Membicarakan kesehatan tidak hanya mempersoalkan pelayanan kesehatannya saja, melainkan akan berkaitan dengan kesejahteraan seluruh
masyarakat. Pemerintah harus bertindak mengatur pasar komoditi kesehatan guna menghindarkan konsumen menanggung kerugian besar akibat kesalahan dalam
melakukan pemilihan konsumsi komoditi pelayanan kesehatan. Tjiptoherijanto 1994 menyatakan bahwa secara umum sumber pembiayaan
kesehatan berasal dari pemerintah, swasta, lembaga komersial dan pengeluaran langsung oleh rumah tangga. Porsi terbesar dari segi kuantitas pembiayaan kesehatan
secara nasional berasal dari pengeluaran rumah tangga. Program-program di bidang
Armin Thurman Situmorang : Analisis Investasi Dalam Human Capital dan Akumulasi Modal Fisik Terhadap…, 2007 USU e-Repository © 2008
kesehatan dan pendidikan lebih berhubungan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia
Schultz, 1960 dan Denison, 1962 dalam Tjiptoherijanto, 1994 menunjukkan sekitar 20 pertumbuhan ekonomi AS untuk beberapa dasawarsa disebabkan oleh
perbaikan tingkat pendidikan dan kesehatan. Pengaruh perbaikan kesehatan meningkatkan partisipasi tenaga kerja selanjutnya memperbaiki tingkat pendidikan
dan kemudian menyumbang pertumbuhan ekonomi. Tingkat kesehatan yang cukup baik akan merangsang keinginan meningkatkan produktivitas dan mengubah sikap ke
arah aktivitas yang lebih bersifat kewiraswastaan atau bersikap lebih produktif.
2.3. Pertumbuhan Ekonomi