Penelitian Sebelumnya TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.2. memperlihatkan bahwa hanya satu titik yang melambangkan tingkat upah ekuilibrium, yaitu W e , jumlah tenaga kerja yang akan ditawarkan oleh individu pasar tenaga kerja sama besarnya dengan yang diminta oleh pengusaha. Pada tingkat upah yang lebih tinggi, seperti pada W 2 , penawaran tenaga kerja melebihi permintaan sehingga persaingan di antara individu dalam memperebutkan pekerjaan akan mendorong turunnya tingkat upah mendekati atau tepat pada titik ekuilibriumnya. Sebaliknya, pada upah yang lebih rendah W 1 , jumlah total tenaga kerja yang akan diminta oleh para produsen dengan sendirinya akan melebih kuantitas penawaran yang ada sehingga terjadilah persaingan di antara para pengusaha atau produsen dalam memperebutkan tenaga kerja, sehingga hal tersebut akan mendorong kenaikan tingkat upah mendekati atau tepat pada titik ekuilibrium. Pada titik We jumlah kesempatan kerja yang diukur pada sumbu mendatar atau horisontal adalah sebesar L e . Secara definitif, pada titik L e inilah tercipta kesempatan atau penyerapan tenaga kerja secara penuh full employement. Artinya pada tingkat upah ekuilibrium tersebut semua orang yang menginginkan pekerjaan akan memperoleh pekerjaan, sehingga sama sekali tidak terdapat pengangguran.

2.8. Penelitian Sebelumnya

Hasil penelitian Hakim, Kusmiarso, et.al. 2000 menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit perbankan yang rendah kepada dunia usaha merupakan salah satu persoalan yang turut berperan dalam lambatnya proses pemulihan perekonomian nasional. Ketentuan atau kebijakan yang paling menghambat bank untuk Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 menyalurkan kredit berturut dari yang paling tinggi adalah CAR, kemudian batas minimum pemberian kredit BMPK dan rate return RR. Hasil penelitian Lihan dan Yogi 2003 menunjukkan bahwa, peranan sektor ekspor di Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap perkembangan PDRB di Indonesia. Hal itu sejalan dengan pendapat Jung dan Marshall 1985 yang mengemukakan sebagian besar negara-negara berkembang tidak menunjukkan dukungan empiris bahwa pertumbuhan ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Temuan ini, juga sejalan dengan pendapat Sritua Arief 1993 yang menyatakan jika sektor ekspor ini masih tergantung pada input impor maka pengaruhnya terhadap PDRB tidaklah nyata. Faktor yang berpengaruh nyata dalam penelitian ini adalah ekspor dikurangi dengan impor tahun sebelumnya. Lee 2005, menjelaskan secara apriori setidaknya terdapat dua kemungkinan hubungan antara variabel-variabel keuangan dan variabel-variabel riil. Perkembangan sektor keuangan mengikuti pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menyebabkan kenaikan permintaan terhadap produk-produk keuangan, sehingga menghasilkan kenaikkan aktivitas pasar keuangan dan kredit. Dengan demikian, perkembangan sektor keuangan merupakan demand-following. Teori lain, mendalilkan jika perkembangan sektor keuangan merupakan determinan perkembangan ekonomi. Hipotesis supply leading ini menunjukkan kausalitas berasal dari perkembangan keuangan ke arah pertumbuhan riil, dimana perkembangan sektor keuangan merupakan necessary condition but not sufficient untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang sustainable. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Hasil penelitian Hamoraon 2005 menunjukkan bahwa konsumsi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kurun waktu 1960 – 2002. Konstribusi konsumsi terhadap pendapatan nasional sebesar 0,6973 yang berarti tingkat konsumsi Indonesia lebih dari 23 pendapatan nasional. Sedangkan MPC Indonesia adalah 0,74089 menunjukkan bahwa setiap kali terjadi kenaikan pendapatan US 1 akan menyebabkan pertambahan konsumsi sebesar US 0,741. Purbadharmaja 2006 melakukan penelitian untuk mengidentifikasikan dan menganalisis variabel-variabel ekonomi yang mempengaruhi PDRB Propinsi Bali dan menginterpretasikan implikasi variabel-variabel ekonomi yang memberikan kontribusi utama terhadap PDRB Propinsi Bali. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa data deret waktu dari tahun 1999 sampai dengan 2002. Data deret waktu diuji kestasioneritasnya dengan menggunakan autocorrelation fuction metode correlogram. Setelah itu dilakukan uji analisis faktor metode principal component analisys PCA untuk membentuk satu set variabel ortogonal yang bebas autokorelasi dan multikolinieritas. Dari variabel yang terbentuk lewat PCA kemudian dilihat bentuk model regresi bergandanya dengan melakukan uji mckinnon-white and davidson MWD apakah model berbentuk linier atau log linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel ekonomi yang berpotensi mempengaruhi PDRB Propinsi Bali diidentifikasikan sebagai variabel pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, nilai tukar rupiah terhadap US dollar, jumlah kredit modal kerja, ekspor netto, nilai hasil Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 produksi pertanian, investasi swasta domestik, investasi swasta asing, jumlah angkatan kerja, dan jumlah wisatawan asing. Setelah melewati metode PCA dan MWD diperoleh model berbentuk linier dengan hasil menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap PDRB adalah variabel pengeluaran dengan nilai t statistik sebesar 19,79 signifikan, sedangkan variabel yang tidak mempengaruhi PDRB secara nyata adalah variabel investasi dengan nilai t statistik sebesar 0,75 nonsignifikan. Variabel investasi tidak signifikan terhadap PDRB disebabkan oleh investasi yang dilakukan di Bali tidak efisien. Interpretasi terhadap implikasi variabel ekonomi dalam model menunjukkan bahwa variabel ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Propinsi Bali adalah nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya pola pikir dollar minded dalam masyarakat di Bali. Pengeluaran konsumsi pemerintah daerah yang tinggi menunjukkan tingginya ketergantungan keuangan pemerintah daerah pada pemerintah pusat. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009

2.9. Kerangka Konseptual